

Film
The Worst Person in the World Review: Berkaca Melalui Khawatir Diri
Tampil dengan drama yang sederhana, The Worst Person in the World menjadi cerminan terbaik untuk menghadapi kekhawatiran dalam hidup.
Tampil dengan drama yang sederhana, The Worst Person in the World menjadi cerminan terbaik untuk menghadapi kekhawatiran dalam hidup.
Meski hadir kembali dengan tema horor zombie, ‘All of Us Are Dead’ memberikan penyegaran dari perspektif remaja dalam kisah survival-nya.
Tetap dengan penampilan super megah, Death on the Nile justru berikan cerita yang tidak lebih menarik dibanding prekuelnya.
Tidak hanya sekadar drama romansa penuh pilu yang terasa dekat, namun juga sebagai pengingat pentingnya kesehatan mental.
Berbeda jauh dengan dua prekuel Filosofi Kopi, Ben & Jody hadir sebagai action flick lokal yang cukup menghibur.
Giddens Ko berhasil bawa Till We Meet Again menjadi tontonan ragam rasa yang mengharukan.
Wregas Bhanuteja melalui film ini memberikan seni penuh arti mengenai membuka suara bagi para penyintas.
Melalui art style menawannya, Mamoru Hosoda ingin membawa penonton dalam kisah pilu yang memiliki arti sangat personal.
Membawa penonton dalam drama memahami pencarian bahagia di tengah krisis yang terasa heart-warming.
Berusaha bertransisi dalam industrinya, 2021 tetap mampu hadirkan deretan film Indonesia terbaik yang ramaikan sinema lokal.
Penuh fan service untuk menjadi dewasa.
Tampil penuh rasa sembari membawa penonton mengilhami segala stigma perempuan dalam masyarakat secara umum.
Membawa isu toxic masculinity dengan kemasan 80an.
Eternals yang penuh potensi seakan terlalu mengekor pada deretan film lainnya pada MCU.
Edgar Wright mampu menjadikan film ini pengalaman sinematik thriller yang menyenangkan.
Hadir sebagai pesaing Star Wars & Star Trek, Dune seakan tampil dengan bobot lebih mengusung penyelamat angkasa bermuatan politik.
Meski di balik layar terdapat ahli horor Thailand dan Korea, nampaknya The Medium mengalami krisis identitas pada eksekusi elemen horornya.
Malignant seakan jadi bukti bahwa James Wan sudah mulai kehabisan ide dalam karyanya.
Film yang didapuk sebagai origin dari pahlawan super asal Tiongkok ini tampil generic yang minim inovasi.
Berbekal tema gritty drama, Nicolas Winding Refn mampu membawakan kisah seorang supir multitalenta yang penuh lika-liku.
Seakan ingin menangkap isu perselingkuhan yang tiada habisnya, film garapan Tompi ini justru menampilkan problem baru yang semakin mengganggu.
Selain melalui musiknya yang menawan, La La Land memberikan kisah getir dua manusia menghadapi gejolak cinta dan karier dalam hidup.
Tampil dengan ragam aspek baik, The Suicide Squad memberikan kesegaran pada film bertema superhero tahun ini.
Walau mengusung tema yang sudah umum, trilogi I Will Survive memberikan angin segar bagi penikmat film Indonesia.
Berbekal adat Bali dan segala ilmu kehidupannya, film ini menyuguhkan drama romansa yang terasa hangat dan menohok sepanjang durasi filmnya.
Meski berada dalam satu canon yang sama, RE Infinite Darkness seakan tampil dengan minim kesan dan impact bagi penikmatnya.
Berusaha untuk kuat dalam narasi dan ingin over-the-top seperti versi game-nya, Dynasty Warriors terasa setengah hati dalam mengeksekusi keduanya.