Film
Godzilla (1954) Review: Amarah yang Lahir dari Abu Hiroshima
Ishirō Honda menciptakan alegori kelam tentang trauma, sains, dan kehancuran yang menjelma dalam wujud raksasa abadi.
Ishirō Honda menciptakan alegori kelam tentang trauma, sains, dan kehancuran yang menjelma dalam wujud raksasa abadi.
Juzo Itami menyajikan komedi kuliner yang menggugah selera dan perasaan, di mana makanan menjadi bahasa cinta dan kehidupan.
Kiyoshi Kurosawa menghadirkan alegori eksistensial yang menumbuhkan keheningan di antara absurditas manusia dan alam.
Eksperimen surealis Nobuhiko Obayashi yang mengubah horor menjadi permainan antara trauma, warna, dan absurditas.
Perjalanan sinematik yang memantulkan ingatan, kehilangan, dan kerinduan pada masa yang tak pernah kembali.
Ketika peluru, persaudaraan, dan moralitas bertabrakan di jalanan penuh neon Hong Kong.
Sebuah kisah romantis yang menyeimbangkan tawa dan air mata, antara takdir dan kebetulan.
Perpaduan brutal antara seni bela diri, komedi hitam, dan kritik sosial yang dibungkus dengan darah dan absurditas.
Sebuah lagu yang tidak hanya bercerita tentang cinta, tapi juga tentang kehilangan yang tak perlu disesali.
Terkadang cara kita mengingat adalah kunci untuk memahami siapa kita sebenarnya.
Ketika gangster mencari cinta dan pelarian di lorong-lorong gelap Mong Kok.
Selalu ada hati nurani yang menuntut kita untuk melihat manusia di balik setiap berita besar.
Stanley Kubrick menantang batas etika dan estetika melalui kisah sadis, satir, sekaligus filosofis.
Sebuah elegi gangster dari Brian De Palma yang melampaui rentetan peluru.
Thriller politik yang membuktikan kekuatan jurnalisme investigatif sebagai senjata melawan penyalahgunaan kekuasaan.
Satire politik yang abadi dalam balutan animasi klasik.
Potret megah dan tragis seorang Kaisar yang terjebak di antara tradisi dan modernitas.
Potret remaja, persahabatan, dan musik yang sederhana namun menghangatkan hati.
Harga sebuah mimpi kadang dibayar mahal—dan tugas kitalah memastikan para petarung itu tidak membayar dengan hidupnya.
Dibungkus dalam semangat punk rock dan aroma darah kering.
Film ini menyelinap ke bawah kulit penonton, membekas bukan karena aksinya, tapi karena atmosfernya.
Komedi romantis klasik yang membuktikan bahwa cinta bisa melintasi batas status sosial dan ekspektasi publik.
Kisah epik menyayat hati tentang dua aktor opera Beijing yang terjebak dalam pergolakan politik dan identitas selama lima dekade sejarah...
Puisi layar lebar tentang kehilangan dan keteguhan.
Film klasik Yasujirō Ozu yang halus namun menggetarkan, menggambarkan kesunyian batin dalam transisi generasi pascaperang.
Melankolia yang tak pernah usai.
Film anti-perang paling menghantui sepanjang masa yang tidak menampilkan heroisme, tapi kehancuran manusia yang tak bisa dihapus.