Connect with us
Ulasan film Yuni
Photo via Akanga Film

Film

Yuni Review: Drama Mengenal Diri Kala Mendobrak Stigma Perempuan di Masyarakat

Tampil penuh rasa sembari membawa penonton mengilhami segala stigma perempuan dalam masyarakat secara umum.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Perempuan merupakan satu makhluk yang paling kompleks di dunia. Dengan segala kompleksitasnya, hadirlah beragam stigma yang berpusar pada perempuan, utamanya di daerah pinggiran. Hal tersebut ingin diangkat dalam film “Yuni” yang rilis secara massal di bioskop Indonesia mulai 9 Desember 2021.

“Yuni” sendiri merupakan film terbaru karya sutradara Kamila Andini, yang sebelumnya dikenal karena film arahannya berjudul “The Mirror Never Lies” dan “Sekala Niskala”. Datang dari kolaborasi Fourcolours Films dan Starvision Plus, film yang menempatkan Arawinda Kirana sebagai pemeran utama ini berkisah tentang lika-liku kehidupan Yuni, seorang remaja perempuan yang hidup di daerah pinggiran namun berprestasi.

Seiring berjalannya waktu, hidupnya perlahan terusik karena datang lamaran dari pria yang tak ia kenal. Namun, semuanya menjadi berbeda ketika lamaran ketiga datang, membuat Yuni bertanya-tanya dan harus membuat keputusan atas segalanya.

Yuni Review

Photo via Akanga Film

Sedari awal, Kamila Andini tampaknya ingin membawa “Yuni” menjadi satu film coming-of-age drama yang simpel mengenai karakter titular tersebut. Semuanya mengalir secara halus tanpa penggunaan alur mundur, membuat penonton pastinya mudah meresap dalam alunan ceritanya.

Selain itu, Yuni juga seakan ingin membuat penonton lebih peka dengan stigma yang dihadapi oleh para perempuan Indonesia. Hal-hal seperti menolak lamaran yang dianggap pamali, perempuan yang nantinya hanya terkungkung di rumah saja, hingga perempuan yang dipandang kehormatannya dari keperawanan saja, ditampilkan secara membumi namun tetap berbobot. Hal tersebut didukung pula dengan ragam simbolisasi sebagai penegasan dari fakta yang hadir dalam masyarakat.

Yuni Film

Photo via Akanga Film

Cerita ringan namun berbobot itu juga diperkuat dengan karakterisasinya yang sangat menggugah, baik dari karakter utama seperti Yuni, Yoga, dan Pak Damar, hingga yang sekelumit pendukung seperti teman-teman, guru, dan berbagai karakter lainnya. Semuanya seakan punya peran penting sebagai representasi dari ragam konflik yang diusung Kamila Andini dalam film terbarunya ini.

Tentu saja, karakterisasi yang menonjol dari masing-masing tokohnya didukung dengan peran dari para aktor-aktris yang menawan. Arawinda Kirana dan Kevin Ardilova jadi figur paling bersinar dalam Yuni, tampil sebagai remaja dengan segala kontemplasinya mengenai dunia seputar mereka. Selain itu, penampilan singkat dari Asmara Abigail, Ayu Laksmi, Mian Tiara, hingga Rukman Rosadi mampu memberikan rasa lebih pada film coming-of-age drama ini.

Semua hal baik terkait narasi dan karakterisasi Yuni disajikan dengan aspek teknis yang ciamik. Set design yang berfokus menyoroti daerah pinggiran dengan segala hiruk-pikuknya menjadikan film Kamila Andini ini mudah sekali untuk diilhami berbagai kalangan.

Belum lagi dengan sinematografi yang banyak bermain dengan shot cenderung steady dan wide, mampu tampilkan semerbaknya area pinggiran. Disokong pula dengan scoring ringan juga turut serta membangun emosi yang ingin dihadirkan untuk penonton sepanjang durasi film.

Pada akhirnya, Yuni merupakan film yang membuka cakrawala penonton akan stigma seputar perempuan di sekitar mereka. Akan tetapi, film terbaru Kamila Andini tetap mampu menyuguhkan drama coming-of-age yang sangat membumi dan dapat dinikmati berbagai kalangan.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect