Connect with us
Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas Review
Photo via tiff.net

Film

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas Review: Mengenang Damai Diri dalam Racun Maskulinitas

Membawa isu toxic masculinity dengan kemasan 80an.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Sudah ada beragam kultur toxic yang mewarnai hidup manusia dan diangkat dalam berbagai karya sinema, umumnya berupa toxic relationship dan toxic parenting yang masih menjadi isu sehari-hari pada berbagai kalangan. Akan tetapi, lain halnya dengan ‘Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas’ yang ingin mengusung toxic masculinity dalam kehidupan seorang pria.

‘Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas’ merupakan film karya Edwin yang diproduksi oleh Palari Films dan diadaptasi dari novel berjudul sama karya Eka Kurniawan, sekaligus berperan jadi penulis skenario di dalamnya. Dibintangi oleh Marthino Lio, Ladya Cheryl, Sal Priadi, dan Reza Rahadian, film ini mengisahkan tentang seorang pria dalam lika-liku hidupnya kala berdampingan dengan impoten yang ia idap karena trauma masa kecil.

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas Review

Film terbaru karya Edwin ini menampilkan cerita tentang gambaran kelamnya toxic masculinity yang bisa jadi dirasakan oleh beberapa orang dan ditambah dengan journey untuk mencari kedamaian atas diri sendiri. Didukung dengan berbagai dialog dan imagery vulgar yang diusung pada berbagai scene-nya, film ini nampak berhasil membawakan pesan tersebut dengan cara yang pasti mudah menggugah penontonnya.

Akan tetapi, ‘Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas’ belum bisa dianggap sebagai adaptasi novel yang utuh. Film seakan hanya menampilkan berbagai dialog ikonik dan memberikan modifikasi pada berbagai sisi demi merangkul kalangan penonton yang lebih luas, menjadikan momen-momen tertentu kurang memorable. Ditambah dengan teknik penceritaan maju-mundur yang serasa sangat jumpy, membuat film ini tampak akan membuat penonton bingung, utamanya yang belum membaca sumber asli dari adaptasi karya Eka Kurniawan ini.

Baca Juga: Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas: Dari Novel Stensilan Hingga Tulisan di Belakang Truk

Seperti novel aslinya, ‘Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas’ juga mengusung latar waktu 80an di Indonesia yang tampak otentik. Segala elemen pada tahun tersebut, mulai dari radio yang marak digunakan, truk dengan ragam corak di bagian belakangnya, hingga film grain yang mewarnai sinema pada masa-masa tersebut juga disematkan dengan indah pada karya terbaru Edwin ini.

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas Review

‘Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas’ membawa ragam aktor-aktris ternama Indonesia di dalamnya. Tentu saja, Marthino Lio dan Ladya Cheryl adalah dua pemeran yang paling bersinar dengan pembawaan menarik karakter Ajo Kawir dan Iteung. Selain itu, Reza Rahadian, Kevin Ardilova, dan Kiki Narendra juga tampil menawan dalam mewarnai ragam konflik berlatar kelam di film tersebut.

Sebagai film ambisius dari seorang Edwin, ‘Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas’ tampil dengan aspek teknis yang tak kalah menawan. Penggunaan sinematografi yang cantik, penggunaan visual yang menyerupai film tahun 80an, hingga scoring yang ciamik membuat film ini akan sangat enjoyable kala dinikmati di bioskop.

Akhir kata, ‘Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas’ adalah film tentang damai dalam diri sendiri di tengah isu toxic masculinity yang punya potensi baik sebagai adaptasi dari novel.

Dengan penampilan ciamik dari ragam aspek, penceritaan dari film ini tampak digerus secara signifikan demi mendapatkan audiens yang lebih luas. Bisa dibilang, film terbaru karya Edwin ini yang dapat mendorong penonton untuk tertarik membaca versi novel demi full insight-nya.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect