Connect with us
Ben & Jody Review
Visinema Pictures

Film

Ben & Jody Review: Ketika Tukang Kopi Terjun ke Rimba

Berbeda jauh dengan dua prekuel Filosofi Kopi, Ben & Jody hadir sebagai action flick lokal yang cukup menghibur.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Ben dan Jody merupakan sepasang karakter yang terkenal karena lini film ‘Filosofi Kopi’ sebelumnya. Keduanya menghadirkan kisah bromance yang punya ragam rasa seiring film berjalan. Hal tersebut nampaknya menjadi sorotan utama dalam seri terbarunya, yakni ‘Ben & Jody’.

‘Ben & Jody’ merupakan film terbaru dari Visinema Pictures yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko. Menempatkan kembali Chicco Jerikho dan Rio Dewanto sebagai sepasang sahabat karib, film ketiga dari franchise ‘Filosofi Kopi’ ini berkisah tentang Ben yang kembali ke kampung halamannya untuk membantu warga sekitar membudidayakan ladang kopi. Akan tetapi, opresi dari perusahaan yang ingin menguasai ladang membuatnya disekap oleh para pembalak liar dan menyeret Jody bersamanya. Keduanya lalu berusaha untuk kabur dan harus terjun ke rimba demi mempertahankan hidup mereka.

Ben & Jody Review

Berbeda dengan dua film ‘Filosofi Kopi’, ‘Ben & Jody’ berubah drastis karena muatan action-nya yang lebih mendominasi. Hal ini tentunya membuat muatan drama dalam film terbaru dari Angga Dwimas Sasongko ini terasa lebih ringan, walau di beberapa kesempatan tetap terasa deep dan mampu menyentuh penontonnya.

Meski begitu, ‘Ben & Jody’ tidak secara instan membuat sepasang karakter utama, yakni Ben dan Jody, menjadi layaknya Rambo maupun Chuck Norris dengan segala gimmick-nya. Sang sutradara seakan membuat keduanya unintentionally terjun di tengah kerasnya rimba dengan apapun yang mereka miliki saat ini, membuat segalanya terasa lebih natural.

Sebagai sekuel dari film ‘Filosofi Kopi’ terdahulu, ‘Ben & Jody’ ini seakan berperan sebagai spin-off yang tidak lagi berkutat dengan dunia bisnis dan perkopi-kopian. Oleh karena itu, tidak akan sulit bagi para penonton untuk memahami main plot dalam film ini tanpa perlu menonton prekuelnya, toh sentilan terkait ‘Filosofi Kopi’ hanya dimunculkan di bagian prolog saja yang porsinya sangat singkat.

Tentu saja, jiwa dari ‘Ben & Jody’ adalah Ben dan Jody-nya sendiri. Keduanya sukses menyeret penonton dengan segala drama yang menyelimuti mereka, utamanya yang terkait persahabatan dan keluarga. Hadirnya ragam karakter juga turut meramaikan film laga petualangan ini, seperti duet Rinjani-Tambora yang punya masalahnya sendiri, hingga Aa Tubir sebagai ketua pembalak liar memiliki daya tariknya sendiri menjadikan film ini sangat enjoyable.

Karakterisasi menarik dalam ‘Ben & Jody’ ini muncul berkat akting menawan dari deretan cast-nya. Chicco Jerikho dan Rio Dewanto tetap memikat dengan peran mereka sebagai Ben dan Jody sejak 2015 lalu. Selain itu, hadirnya berbagai pemeran baru dalam semesta ‘Filosofi Kopi’ juga turut meramaikan film sangat menyenangkan dan penuh rasa, seperti Hana Malasan dan Aghniny Haque yang tampak natural dengan karakternya.

Akan tetapi, apresiasi terbaik patut ditujukan bagi Yayan Ruhian sebagai Aa Tubir, main villain dengan kedalaman emosional yang memiliki ciri khasnya sendiri dan tampil membumi sepanjang film. Tidak hanya itu, kehadiran Muzakki Ramdhan sebagai satu-satunya cast anak-anak dalam ‘Ben & Jody’ juga membuat semarak rimba di dalamnya jadi lebih menggugah.

Sebagai film yang mengedepankan laga, ‘Ben & Jody’ tentunya tampil dengan aspek teknis yang cukup menggugah. Permainan warna yang tampak cool, scoring yang terdengar menggelegar, hingga set design yang didominasi area pedalaman dan hutan membuat filmnya terasa sangat wild. Meski begitu, sinematografi yang terlalu shaky bisa jadi akan mudah membuat penonton mual, utamanya pada chase scene yang penuh adrenalin.

Akhir kata, ‘Ben & Jody’ bukanlah film penuh bobot dan pesan moral layaknya beberapa filmografi Visinema Pictures dan Angga Dwimas Sasongko lainnya. Dengan genre laganya, film ini akan sangat memanjakan bagi para penikmat action flick yang sudah jenuh dengan monotonnya film di Indonesia kala pandemi ini.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect