Connect with us
spider man no way home review
Photo: Matt Kennedy/Sony Pictures

Film

Spider-Man: No Way Home Review

Penuh fan service untuk menjadi dewasa.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Dalam semesta Marvel Cinematic Universe, Peter Parker digambarkan sebagai sosok Spider-Man yang masih berkutat dengan kehidupan pahlawan super dan masa remajanya. Hadirnya ‘Homecoming’ dan ‘Far From Home’ seakan menjadi ajang untuk mengembangkan superhero remaja tersebut, yang sementara ini ditutup dengan hadirnya ‘No Way Home’ sebagai installment ketiga dalam seri Spider-Man MCU.

‘Spider-Man: No Way Home’ merupakan film terbaru dalam Marvel Cinematic Universe yang masih disutradarai oleh Jon Watts seperti dua film Spider-Man sebelumnya. Dibintangi oleh Tom Holland sebagai sang karakter titular, film ini berfokus tentang Peter Parker dengan kehidupannya setelah identitas pahlawannya terbongkar.

Kejadian ini mendorong dirinya untuk menemui Doctor Strange demi membuat semuanya melupakan dirinya. Akan tetapi, usaha keduanya membuat gerbang multiverse terbuka, yang justru mengancam eksistensi semesta naungan para pahlawan di sana.

No Way Home Spider ManNo Way Home Spider Man

Cerita dalam ‘No Way Home’ bisa dibilang sebagai salah satu yang paling kelam, bahkan dalam keberlangsungan Marvel Cinematic Universe sejauh ini. Nuansanya yang lebih dark ini sekaligus digunakan sebagai perantara dalam mendewasakan sang Peter Parker versi Tom Holland tersebut.

Pada dasarnya, proses pendewasaan dari ragam karakter film adalah hal yang patut disimak, utamanya dari Peter Parker terbaru ini. Akan tetapi, aspek tersebut nampak hanya bersinar ketika film seakan memaksakan hadirnya pihak eksternal yang justru mencuri perhatian ketimbang sang karakter utamanya sendiri.

Hal ini sangat kentara ketika penceritaan serasa makin kabur dengan hadirnya seabrek fan service dari properti intelektual Marvel lainnya, yang sebenarnya tidak mutlak buruk. Seiring hadirnya fan service dan segudang nostalgia dari kemunculannya, film tampak jelas kehilangan taringnya yang membuat penonton berpaling dari bigger picture penceritaannya.

Sebagai film Spider-Man, Tom Holland seharusnya diposisikan sebagai center di dalamnya. Namun sayangnya, pemeran paling bersinar dalam ‘No Way Home’ justru muncul pada Willem Dafoe yang memerankan Norman Osborn. Aura villainous-nya mampu mendepak seluruh cast dalam film tersebut dan merepresentasikan kekelaman di dalamnya.

Selain itu, ‘No Way Home’ arahan Jon Watts ini tetap dapat tampil ciamik secara teknis layaknya berbagai film Marvel Cinematic Universe lainnya. Adegan laga dengan permainan CGI dan props yang keren, scoring yang menggugah rasa, hingga sinematografi dengan visual menawannya seakan dapat membawa penonton terserap di dalamnya.

Akhir kata, ‘No Way Home’ dapat dianggap sebagai salah satu penutup seri ‘Spider-Man’ yang kelam dan lebih bagus dibanding ‘Spider-Man 3’ dari Sam Raimi maupun ‘The Amazing Spider-Man 2’ dari Marc Webb. Akan tetapi, hadirnya segudang fan service membuat penceritaannya seakan kabur, menjadikan film ini semata-mata layaknya wahana penuh nostalgia untuk penontonnya.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect