Resident Evil (RE), salah satu franchise multimedia milik Capcom yang diawali dari game ber-genre survival horror rilisan 1996 dengan jutaan fans di seluruh dunia. Menginjak anniversary ke-25, waralaba ini merilis banyak media, salah satu di antaranya adalah Resident Evil Infinite Darkness, anime series yang rilis secara eksklusif di Netflix.
Resident Evil Infinite Darkness merupakan anime series eksklusif Netflix yang disutradarai oleh Eiichiro Hasumi. Dikemas dalam empat episode dengan durasi antara 20-30 menit, miniseries ini berfokus pada kisah Leon beberapa tahun setelah dirinya menyelamatkan putri Presiden Graham di tanah Spanyol. Namun, dirinya yang kembali bertemu Claire dan beberapa orang baru, harus dihadapkan dengan zombie outbreak dan deretan serangan penuh bahaya yang ditujukan pada White House.
Seperti beberapa media CGI dalam waralaba Resident Evil, Infinite Darkness ini membawa penonton pada bioweapon outbreak baru. Namun, menjadikannya sebagai series tidak membuat aspek narasinya tampak baik secara keseluruhan. Bahkan, layaknya tiga film CGI yang sudah rilis dari franchise tersebut (Degeneration, Damnation, dan Vendetta), kehadiran serial mini ini bisa dibilang tidak memberikan impact berarti pada canon dari dunia RE tersebut.
Resident Evil Infinite Darkness sendiri memiliki cerita yang tergolong linear dan bisa ditebak. Namun, yang membuat anime series ini tidak menjenuhkan adalah ragam konspirasi oleh beberapa karakternya dan selipan political element di dalamnya. Melihat bagaimana seseorang penuh ambisi memiliki wealth dan power sekaligus, sampai ke orang-orang yang menjadi bawahan petinggi ambisius tersebut berusaha menebar terror dengan bumbu bioweapon (BOW) ala Resident Evil, membuatnya stay true pada franchise populer ini.
Seperti Degeneration, Resident Evil Infinite Darkness menempatkan Leon dan Claire sebagai tokoh utama, membawa Nick Apostolides dan Stephanie Panisello sebagai pengisi suaranya seperti Resident Evil 2 Remake dua tahun lalu. Dua karakter ini mampu tampil menawan dengan segala keunikannya, meski bisa dibilang porsinya sangat tidak seimbang karena screen time lebih banyak habis untuk Leon dan signifikansi dari kehadiran Claire pada penceritaan serasa hampir nol.
Selain dua punggawa franchise tersebut, Jason dan Shen May menjadi dua karakter baru yang mewarnai plot dalam series ini beserta deretan pemangku jabatan Amerika Serikat lainnya. Deretan karakter ini dibangun dengan menarik, meski sayang sekali Capcom seakan membuang potensi kemunculan mereka pada future installments seperti yang sudah-sudah.
Semenjak judul keempat, Resident Evil identik dengan ragam adegan laga yang menarik, entah sekadar shoot-out, fistfight, atau pamer survival skill dari para karakternya. Namun, hal ini justru mendapatkan porsi yang sangat sedikit, menjadikan Resident Evil Infinite Darkness bukan action flick seperti film-film CGI Resident Evil sebelumnya. Momen terbaik yang dimiliki anime series ini bahkan bisa dihitung jari, sehingga jangan terlalu berharap mendapatkan aksi nan elegan di sini.
Pada akhirnya, Resident Evil Infinite Darkness adalah anime series yang hadir tanpa defining trait berarti sepanjang empat episodenya. Bahkan, serial ini seakan muncul demi merayakan umur panjang franchise populer Capcom tanpa substansi berarti ke cerita di dunia Resident Evil itu sendiri, seperti film-film CGI RE yang sudah-sudah.