2023 telah menjadi momen terbaik untuk industri perfilman dunia semenjak pandemi. Semakin banyak rilisan terbaik yang mendapatkan apresiasi layak di layar lebar, beberapa bahkan berhasil memecahkan rekor box office terbaru. Film juga berdatangan dari berbagai genre, mulai dari biopik, laga, drama orisinal, hingga naskah adaptasi dari peristiwa-peristiwa bersejarah.
Banyak juga franchise film horor yang kembali dengan installment terbaru tahun ini. Dimana menjadi komidi utama di bioskop Indonesia. Namun, akan ‘kah salah satu franchise tersebut masuk cukup layak untuk masuk daftar ini? Ini dia sederet film internasional terbaik 2023 versi Cultura.
Disclaimer: Ini bukan ranking. Angka urutan tidak mempresentasikan peringkat!
Air
Ada banyak film biopik baru tahun ini, salah satu yng terbaik adalah “Air”. Film yang disutradarai oleh Ben Affleck dan dibintangi oleh Matt Damon ini bercerita tentang proses lahirnya edisi sepatu terlaris Nike, Air Jordan.
Film biopik ini memiliki tema strategi dan permainan bisnis dari perusahaan produk. Air Jirdan sebagai objeknya, menjadi kisah yang suatu produk yang bisa jadi paling bermakna dalam sejarah bisnis Amerika Serikat. Bagaimana sepatu ini tak hanya berarti bagi Michael Jordan, namun juga nasib atlit basket hingga saat ini.
Affleck memastikan untuk tidak lupa memberikan pada setiap sosok yang penting dalam menciptakan sepatu ini. Mulai dari CEO Nike pada masanya hingga desainer sepatunya. Arahan naskah yang diberikan sentuhan komedi membuat film ini terasa segar, namun dialognya tetap bermakna dan informatif. Disesuaikan dengan citra dari produknya yang stylish, menyenangkan, dan sporty.
John Wick: Chapter 4
“John Wick: Chapter 4” menjadi salah satu film laga terbaik tahun ini mengikuti kesuksesan ketiga film sebelumnya. Kembalinya Keanu Reeves sebagai pembunuh bayaran terfavorit saat ini selalu dinanti-nanti oleh penggemarnya.
Dalam chapter ke-4 ini, Joh Wick semakin dengan The High Table, eksistensi mereka di dunia kriminal bahwa tanah sudah meneror John Wick sejak film kedua. “John Wick” selalu kembali dengan sinematografi dan sekuen laga yang skalanya semakin besar, hal tersebut bisa kita lihat pada “John Wick: Chapter 4” yang melampaui film sebelumnya.
“Chapter 4” memiliki presentasi yang lebih spesial dengan memadukan Western neo-noir yang sudah menjadi ciri khas franchise-nya, dengan laga futuristik samurai. Meskipun terus berusaha memperluas jangkauan mediumnya, “John Wick” tetap konsisten dengan konsep dasarnya yang sangat kita cintai; John Wick yang dingin dan cekatan, plot fokus, diisi sekuen aksi yang masih menjadi atraksi utama.
Guardians of the Galaxy Vol. 3
Di tengah kekecewaan dan menurunnya kualitas film-film MCU, “Guardians of the Galaxy Vol. 3” menjadi rilisan yang berhasil mengobati sekaligus menghancurkan hati penontonnya dalam artinya baik. Terutama karena kisah masa lalu Rocket Racoon yang menjadi highlight dari sekuel ketiganya ini.
Menjelang perilisan GOTG Vol. 3 ini, sutradara James Gunn menyadari adanya demam supehero fatigue, namun ia percaya hal tersebut bukan kesalahan genre, melainkan presentasi dari film-film terbaru periode ini. GOTG Vol. 3 setidaknya berhasil tidak mengecewakan penontonnya karena tidak meninggalkan ciri khasnya. Mulai dari sentuhan komedi, soundtrack pilihan, dan sekuen aksinya yang seru sekaligus menyenangkan. Kemudian tidak lupa membumbui sentimen dengan tema persahabatan dan kekeluargaan di antara karakter GOTG.
Mission: Impossible – Dead Reckoning Part I
Rilis dalam periode yang sama dengan Barbenheimer, “Mission: Impossible 7” juga menjadi film laga terbaik 2023. Tak kalah dengan pamor Keanu Reeves, Tom Cruise juga selalu dinantikan oleh penggemar film laga dengan adegan stun berbahayanya. Tak pernah berhenti berusaha melampaui kemampuannya sendiri, Tom Cruise kembali dengan aksi gila pada adegan stun utamanya dalam film ketujuh yang menjadi bagian pertama dari seri ‘Dead Reckoning’ ini.
Mengikui dan perkembangan teknologi, “Mission: Impossible” juga mulai bereksperimen dengan ancaman dengan senjata berbasis kecerdasaan buatan. Sebagai film yang memiliki pola dasar franchise-nya, ‘Dead Reckoning Part I’ ini memiliki kualitas naskah yang sudah mantap. Kehadiran beberapa aktor baru yang bersanding dengan Ethan Hunt juga tak kalah berkesan.
Barbie
“Barbie” tentu saja menjadi salah satu film terbaik 2023 ini. menjadi kejutan bagi semua pihak, Greta Gerwig membawa Barbie menjadi “nyata” untuk membawakan kisah tentang krisis identitas.
Tidak semarak dan penuh perayaan, tak banyak yang menduga bahwa pesaing “Oppenheimer” ini juga mengandung tema yang cukup gelap seiring berjalannya kisah Barbie dan Ken, diperankan oleh sempurna oleh Margot Robbie dan Ryan Gosling.
Selain ceritanya yang memikat, “Barbie” unggul di berbagai aspek teknikal. Mulai dari set Barbieland yang sempat menimbulkan krisis cat merah muda, dan pastinya tata rias dan busana Barbie yang selalu on point. Tidak ketinggalan orginal soundtrack-nya mulai dari “Dance The Night” hingga “I’m Just Ken” yang ikonik.
Oppenheimer
Barbenheimer merupakan fenomena puncak sinema global pada 2023, baik “Barbie” maupun “Oppenheimer” berakhir menjadi film terbaik dari dua sutradara terbaik. “Oppenheimer” disutradarai oleh Christopher Nolan menjadi film kedua berdasarkan perstiwa bersejarah nyata (sebelumnya
“Dunkirk”, 2017), kali ini tentang J. Robert Oppenheimer yang diperankan oleh Cillian Murphy.
“Oppenheimer” menjadi film yang menantang dengan durasi 3 jam dan sinematografi berwarna dan hitam putih-nya. Tidak perlu meragukan kualitas naskah Nolan, sutradara ini selalu kreatif dalam mengeksplorasi biopik agar tidak terlihat generik.
Maestro sinema ini tak pernah gagal dalam memenuhi ekspektasi penikmat film. Kita juga tidak bisa melupakan bagaimana “Oppenheimer” menggunakan efek visual praktikal daripada mengandalkan CGI.
Killer of the Flower Moon
Satu lagi sutradara legendaris yang mengangkat peristiwa bersejarah adalah Martin Scorsese dengan “Killers of the Flower Moon”. Dilm ini diangkat dari kasus pembantian Osage Nation pada 1920an di Oklahoma, menjadi cikal bakal FBI di Amerika Serikat juga.
Dibintangi oleh Leonardo DiCaprio dan Lily Gladstone yang tampil memukau, film ini menghadirkan intensitas dan kebenaran yang menegangkan dari kasus eksploitatif tersebut.
Ini juga menjadi film berdurasi 3 jam yang menantang penonton. Memadukan sentimen kisah nyata dan sentuhan seni Martin Scorsese yang familiar di sinema drama kriminal, “Killers of the Flower Moon” juga memiliki muatan sejarah kelam yang sama berartinya seperti “Oppenheimer”. Ini adalah kisah sejarah yang patut diangkat kembali sebagai pengingat penonton dari peradaban modern.
The Killer
“The Killer” merupakan film David Fincher yang rilis di Netflix di penghujung tahun ini. Dibintangi oleh Michael Fassbender sebagai sosok pembunuh bayaran yang ahli dalam mengerjakan misi, hingga suatu hari agenda tidak berjalanan sesuai rencana.
Film-film David Fincher seringkali tidak langsung tertangkap oleh pemahaman kita baru kita tonton. “The Killer” secara perlahan akan menunjukan pesonanya ketika kita mau menganalisa kembali keseluruhan plotnya.
Penampilan Michael Fassbender sangat berkesan sebagai protagonis yang berkali-kali mengubah indentitasnya. Hanya ada satu adegan bertarung yang brutal dalam film ini, namun dieksekusi dengan sempurna dan berkesan. Ada banyak referensi peradaban modern dan kapitalisme tersebar di sepanjang film. “The Killer” membutuhkan waktu untuk kita pahami, namun statusnya sudah pasti sebagai salah satu film terbaik tahun ini.
Past Lives
A24 memang tidak pernah diragukan sebagai kurator film-film terbaik, “Past Lives” menjadi yang terbaik di 2023 ini. Film debut Celine Song ini memiliki konsep drama romansa dengan skenario ‘seandainya…’ dengan sentuhan kebudayaan Korea Selatan.
Film ini bercerita bagaimana kedua mantan gebetan yang bertemu kembali setelah terpisah selama 12 tahun, mengeksplorasi apa saja yang terjadi diantara keduanya selain hidup bersama.
Selain ceritanya yang sederhana namun mendalam, kekuatan utama dari film ini adalah chemistry antara Greta Lee dan Teo Yoo sebagai Nora dan Hae Sung. Dinamika interaksi dan hubungannya dengan aktor John Magaro sebagai Arthur juga semakin mengecoh hati penontonnya. Sebagai pasarnya film drama romansa, “Past Lives” bahkan viral dan berhasil menghancurkan hati para penikmat film Indonesia.
Are You There God? It’s Me, Margaret.
Tidak banyak film coming of age barat yang bersinar di panggung utama, “Are You There God? It’s Me, Margaret” menjadi film yang terasa sudah pernah ada namun mulai kita rindukan.
Bercerita tentang Margaret (Abby Fortson), ia anak dari pasangan beda agama; ibunya dari keluarga Kristen sementara ayahnya orang Yahudi. Diberi kebebasan untuk memilih agama setelah dewasa, Margaret sudah mulai berbicara dengan Tuhan, dimana ini menjadi eksekusi narasi yang presentasinya berbeda dengan film-film drama remaja serupa.
Namun tak melulu tentang agama, film ini mencangkum berbagai kisah konyol, lucu, dan menyentuh dari kehidupan awal remaja gadis di Amerika Serikat pada era 70an. Keempat aktris muda yang tampil sebagai geng Margaret memiliki interaksi yang jenaka. Konflik yang dihadirkan juga disampaikan dengan arahan naskah yang berkesan. Netral dengan caranya sendiri namun tetap berhasil memberikan pencerahan pada akhir kisahnya.