Connect with us
The Killer
Cr. Netflix

Film

The Killer Review: Sekuen Balas Dendam dengan Pembunuhan Metodologis

David Fincher kembali dengan kisah balas dendam pembunuh bayaran yang berbeda dari tren terkini.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“The Killer” merupakan film antisipatif terbaru dari David Fincher yang telah rilis di Netflix. Naskahnya diadaptasi dari grafik novel Prancis dengan judul serupa oleh Alexis “Matz” Nolent. Ini menjadi kembalinya kolaborasi David Fincher dengan penulis naskah Andrew Kevin Walker, dimana mereka menciptakan “Seven” (1995) sebelumnya. “The Killer” dibintangi Michael Fassbender sebagai pembunuh bayaran internasional tanpa nama sepanjang film.

Di tengah tren film action thriller dengan motif balas dendam, “The Killer” juga memiliki motif yang sama. Namun eksekusinya menghadirkan sesuatu yang baru dan segar di periode ini. Fassbender menjadi pembunuh bayaran yang tenang, fokus, dan memiliki metode serta aturan main untuk menjadi yang terbaik di bidangnya. Namun, ketika misinya tidak berjalan sesuai rencana; mampukah sang pembunuh profesional mempertahankan metode dan prinsip dasarnya?

The Killer

Travelling Bersama Pembunuh Bayaran Metodologis

“The Killer” dibagi menjadi enam chapter, ditandai dengan target berbeda dan latar lokasi berbeda, di beberapa negara. Serasa travelling bareng karakter Michael Fassbender, memantau sang pembunuh memanipulasi sistem kehidupan sehari-hari kita untuk membantunya sukses dalam menuntaskan objektif. Jika film action tentang balas dendam seperti “John Wick” hingga “Ballerina” memiliki eksekusi pembunuhan yang cepat, penuh aksi dinamis, dan “berantakan”, “The Killer” lebih tenang, bertahap, dan metodologis.

Setiap lokasi dan target memiliki berbagai aspek kehidupan di sekitarnya yang dijadikan bahan pertimbangan sang pembunuh. Kita akan melihat bagaimana ia berusaha menyusup ke tempat dengan keamanan tinggi, menyamar, hingga memastikan identitasnya tidak terungkap. Ia juga tidak memiliki banyak waktu dalam membuat rencana yang kompleks kemudian segera meninggalkan tempat kejadian. Sebetulnya cukup repetitif, sederhananya; “The Killer” adalah pembunuh yang keliling dunia untuk membunuh.

Satu yang sedikit menggangu adalah motivasi sang pembunuh. Motif secara emosinya kurang kuat, namun tidak terlalu mengganggu plot secara keseluruhan. Salah satu adegan terbaik adalah ketika protagonis berhadapan dengan target yang punya kemampuan berkelahi handal. Cuma ini babak bertarung yang kencang dan riuh sepanjang film. Namun berkesan dan ikonik justru karena hanya ada satu sepanjang film.

The Killer

Sinematografi, Editing Suara Berkualitas Tinggi, Akting Aktor Berkesan

Kalau soal sinematografi, “The Killer” David Fincher ini juga tak kalah menawan seperti film-film sang sutradara sebelumnya. Arahan visual juga esensial untuk presentasi naskah yang multilayer. Sepanjang film, ada dua sudut pandang yang silih berganti, antara sudut pandang orang pertama protagonis dan kita sebagai penonton, melihat dari sudut pandang orang ketiga.

Konsep sudut pandang narasi tersebut juga didukung dengan arahan musik dan sound effect. Editing dan mixing suara menjadi salah satu keunggulan teknis dari “The Killer”. Sebetulnya bisa jadi pengalaman yang sangat immersive jika ditonton di bioskop. Namun buat kita yang bisanya hanya streaming, mengunakan earbuds atau sound system berkualitas akan terasa lebih maksimal. Tidak terlalu mengandalkan banyak scorring yang berlebihan, lebih mengandalkan suara ambience dan sound effect.

“The Killer” didominasi dengan lagu-lagu The Smiths. Selain film jadi punya vibe yang konsisten, ini juga memberikan karakteristik untuk protagonis tanpa nama yang jarang sekali berbicara. Michael Fassbender jelas menjadi jantung dari “The Killer” dan ia berhasil mengeksekusi perannya tersebut. Meski tak banyak bicara secara langsung, sepanjang film diisi dengan monolog di dalam pikirannya.

Tilda Swinton selalu punya aura kehadiran yang memikat setiap muncul di film, sekalipun kali ini ia hanya karakter pendukung dengan screentime terbatas. Sala Baker sebagai The Brute juga patut diapresiasi penampilannya dalam sekuen bertarungnya dengan Fassbender.

Naskah Slow Burn yang Menegangkan dan Dipenuhi Simbol

(Slight Spoiler) “The Killer” merupakan film thriller action dengan plot slow burn. Adegan action-nya juga termasuk minim sekali karena konsep pembunuhan bayaran dalam film ini adalah pembunuh profesional yang bekerja serapi mungkin dan tidak meninggalkan jejak.

Sekilas film ini mungkin terlihat membosankan, benar-benar langsung menuntut kesabaran penonton sejak adegan pertamanya. Sebagaimana sang pembunuh ditampilkan sebagai karakter yang memiliki kesabaran tingkat tinggi.

“The Killer” akan menjadi koleksi David Fincher yang kita tonton kembali di masa depan, hanya untuk menyadari detail-detail yang belum kita pahami saat pertama kali ditonton. Ada banyak simbol dan presentasi visual yang bertentangan dengan narasinya, sangat menarik untuk dianalisa untuk kita mengenal protagonisnya.

Apa benar karakter Fassbender adalah pembunuh berdarah dingin tanpa perasaan? Menarik melihat bagaimana “The Killer” dibuka dengan pembunuh yang memiliki aturan tak terbantahkan, namun kelanjutan dari keseluruhan plot film adalah sekuen sang pembunuh melanggar aturannya sendiri.

“The Killer” akan butuh waktu untuk mencuri hati penontonnya, namun tak diragukan bahwa ini momen kembali David Fincher dengan film yang berkualitas hampir dari segala aspek. Film ini akan sulit menarik perhatian penggemar action periode ini, dengan tren action penuh ledakan dan presentasi dinamis. Ini saatnya menjadi lebih sabar, tenang, dan fokus melihat “The Killer” beraksi.

Rosemary's Baby (1968) Rosemary's Baby (1968)

7 Film Horor Klasik Terbaik dan Terikonik

Cultura Lists

Bangkok Breaking: Heaven and Hell Bangkok Breaking: Heaven and Hell

Bangkok Breaking: Heaven and Hell Review

Film

Speak No Evil Speak No Evil

Speak No Evil Review

Film

The Shadow Strays The Shadow Strays

Film & Serial Netflix Rilisan Oktober 2024

Cultura Lists

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect