Connect with us
Tetris Review
Apple TV+

Film

Tetris Review: Permainan Henk Rogers Memperebutkan Lisensi Game Retro Terikonik

Drama biopik menegangkan dengan estetika retro gaming yang seru untuk para gamers.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Siapa yang tidak mengenal ‘Tetris’? Video game puzzle balok ini diciptakan oleh Alexey Pajitnov, pria Rusia pada 1984, ketika ia masih hidup di bawah pemerintahan komunis yang sedang mengalami krisis. Permainan sesungguhnya adalah ketika Henk Rogers berusaha memperebutkan lisensi ‘Tetris’ untuk keluar Uni Soviet.

“Tetris” merupakan film biopik terbaru Apple TV+ tentang game retro ikonik tersebut, fokus pada sudut pandang Henk Rogers (Taron Egerton) ketika ia menemukan ‘Tetris’ pertama kalinya pada 1988. Melihat potensi besar dari game tersebut, Rogers mempertaruhkan segalanya untuk bisa mendapatkan lisensinya.

Secara umum, “Tetris” menerima ulasan yang cukup variatif, 80% dari Rotten Tomatoes dan 59% dari Metacritic. The Verge menyebutkan bahwa “Tetris” tidak memiliki arah yang jelas dalam filmnya. Begitu pula ulasan di Letterboxd masih seimbang antara penonton yang menikmati film ini dan menganggap film ini terlalu serius hanya untuk film biopik game.

“Tetris” merupakan film biopik dengan eksekusi unik, dimana masalah akurasi sejarah seharusnya tidak terlalu dipermasalahkan, ketika plot berhasil membuat penonton melihat; ‘Tetris’ bukan puzzle game retro biasa.

Penampilan Memikat Taron Egerton sebagai Henk Rogers

Taron Egerton berperan sebagai Henk Rogers merupakan jantung dari “Tetris”. Egerton tampil sebagai sosok protagonis dengan kualitas heroik yang mungkin didramatisir, namun tidak terasa dipaksakan.

Henk Rogers sebagai protagonis dalam kisah ini gambarkan sebagai pebisnis dengan minat besar pada game, berkemauan besar, ambisius dan pantang menyerah. Protagonis dengan karakter yang kuat seperti Henk Rogers ini yang membuat penonton tidak akan bosan mengikuti kisahnya.

Penokohan Rogers juga didukung dengan dialog-dialog yang mantap dari karakternya, sebagai pihak yang berambisi untuk kesuksesan game ‘Tetris’ di pasar dunia. Terutama ketika ia sedang mempersuasi pihak tertentu untuk membuat perjanjian. Kita sebagai penonton juga ikut diyakinkan dan terpikat untuk mendukung keberhasilan Rogers. Memang naskah yang sangat bias, namun dengan eksekusi yang sepadan untuk mendapatkan hati penonton.

Tetris Review

Estetika Retro Gaming dan Musik 80an yang Seru

“Tetris” merupakan film tentang game yang memikat untuk para gamers. Terutama bagi kita yang menyukai gamegame retro. Henk Rogers diposisikan sebagai ‘Player 1’, karena dalam misinya mendapatkan lisensi ‘Tetris’, ia juga harus balapan dengan pihak-pihak lain yang juga menginginkan apa yang Rogers inginkan. Setiap memasuki babak terbaru dalam plot ditandai dengan leveling seperti dalam video game. Ada ‘Level 1’, ‘Level 2’, ‘Level 3’ menjadi babak yang paling kompleks, hingga akhirnya ‘Level 4’.

Tema ini lebih dari sekadar gimmick, namun juga menandai kisah Henk Rogers yang semakin mengalami kesulitan dalam setiap level. Konsep bahwa quest untuk mendapatkan lisensi ‘Tetris’ adalah ‘permainan’ bagi Henk, pebisnis game dari perusahaan lain, hingga agen KGB, yang harus dimenangkan demi uang menjadi konsep yang menarik untuk biopik tentang video game.

Film “Tetris” memiliki vibe produksi yang ‘Tetris’ banget. Mulai dari efek visual, editing, dan pilihan musiknya. Terutama musiknya, selain sering menggunakan lagu tema original dari game ‘Tetris’, lagu-lagu populer pada masanya seperti ‘The Final Countdown’  dan ‘Holding Out For A Hero’ (dalam versi Jepang dan Rusia) diaplikasikan pada adegan-adegan yang tepat.

Editing film ini mungkin terasa cepat dan membingungkan pada babak pertama, namun seiring berjalannya film, penonton akan mulai terbiasa. Visualnya juga dipadukan dengan berbagai aset bertema 8-bit yang diaplikasikan dengan mulus. Bagi penggemar game retro, pasti dibuat excited ketika nama-nama seperti Nintendo, Sega, Atari, hingga euforia Game Boy terlibat juga dalam permainan perebutan lisensi ‘Tetris’ ini.

Film Drama Biopik dengan Plot yang Menegangkan

“Tetris” merupakan drama biopik dengan eksekusi plot yang dramatis dan menegangkan. Ada urgensi, tekanan, dan kompetisi sepanjang kisahnya. Terkadang ada adrenalin yang membuat kisah semangat, layaknya pemain yang melihat kemenangan di depan mata. Ada juga kegagalan, serta adrenalin antara kekalahan dan kemenangan yang tipis.

Untuk menikmati film biopik seperti, jangan terlalu berpicu dan membandingkan filmnya dengan sejarah yang sesungguhnya. Setidaknya “Tetris” tetap mengikuti fakta-fakta yang dirasa penting untuk menjaga kredibilitas biopiknya, hanya dipoles dengan elemen dramatisir yang pas. Karena dewasa ini kita melihat semakin banyak film-film biopik yang dieksekusi dengan berbagai gaya. Ada yang sangat patuh dengan akurasi, ada yang merupakan interpretasi dari penulis naskah maupun sutradara, hingga selipan plot tambahan tanpa mengubah sejarah.

“Tetris” merupakan kisah tentang kebangkitan video game retro terikonik sekaligus keruntuhan pemerintahan komunis di Uni Soviet pada 1980an.

Secara keseluruhan, film “Tetris” merupakan biopik tentang salah satu game retro terikonik yang pernah ada dengan konsep menarik dan seru. Unggul dalam penokohan protagonis, pacing, dan tema produksinya. Akan lebih berkesan bagi kita yang sungguh-sungguh mencintai game retro.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect