Kembali sampai dipenghujung tahun, Cultura Best 2023 kembali dengan sederet serial sepanjang tahun ini. Mulai dari serial superhero, epic action, dan cukup banyak serial drama kehidupan yang populer tahun ini. Ini juga menjadi tahun di mana kita mendapatkan (bisa jadi) anime live-action terbaik sejauh ini.
Dalam daftar serial terbaik kali ini, kita akan melihat beberapa judul populer yang sesuai dengan kualitas produksinya. Kita juga akan melihat beberapa serial terbaik namun kurang populer dan patut mendapatkan apresiasi lebih. Ini dia sederet serial terbaik 2023 versi Cultura.
Disclaimer: Ini bukan ranking. Angka urutan tidak mempresentasikan peringkat!
Succession Season 4 – Finale
“Succession” merupakan serial terbaik dalam beberapa tahun ini. Ending yang disajikan pada season finale tidak mengkhianati naskah yang konsepnya adalah menertawakan kerakusan dan interaksi keluarga Logan Roy yang sangat difungsional.
Buat yang belum menonton serial HBO ini, “Succession” ibarat “Game of Throne” namun berlatar di perusahan media konglomerat di Manhattan, New York. Berpusat pada interaksi tidak sehat di antara ketiga anak Logan Roy; Kendall Roy, Roman Roy, dan Siobhan Roy. “Succession” bisa dibilang sempurna dalam berbagai aspek.
Setiap episode selama empat musimnya, selalu ada agenda atau acara besar yang terjadi, pada plot dan akan ada perkembangan cerita di akhir episode. Akting semua pemainnya memiliki kualitas masterclass, mengingat juga ini adalah karakter-karakter orisinal. Selain beberapa aktor utama, Matthew Macfadyen sebagai salah satu aktor pendukung memiliki penampilan terbaik dalam serial ini.
Sinematografinya yang meningatkan kita pada serial komedi seperti “The Office” menampilkan teknik yang akan membuat serial terasa seperti mockumentary. Elemen ini membuat kebanyakan adegan terasa immersive bagi penonton.

FX Networks
The Bear Season 2
Jika “Succession” merupakan potrait dari kekacauan dalam perusahaan dan keluarga Logan Roy, “The Bear” menjadi potrait kekacauan di dapur kedai sandwich keluarga Berzatto. Masih mengandung elemen unggulan dari season pertamanya, “The Bear” Season 2 patut diapreasi karena menghadirkan cita rasa yang baru. Jika season pertama adalah kekacauan murni, season 2 memiliki momen tenang dan cerita-cerita tentang kesempatan kedua dengan harapan.
Kita memiliki episode yang secara mengejutkan sangat membanggakan seperti ‘Honeydew’ yang memperlihatkan perkembangan Marcus di Denmark, hingga perkembangan positif Richie dalam ‘Forks’.
Untuk pertama kalinya, sesuatu tidak berakhir menjadi bencana. Namun kekacauan masih menjadi bagian dalam serial ini, pada salah satu episode terbaik dalam season ini, ‘Fishes’, mengungkap aib keluarga Berzatto di malam Natal. “The Bear” masih menjadi serial terbaik dan semua tak sabar menanti Season 3 yang telah dikonfirmasi.

Amazon Studios
Gen V
Meski banyak dari penggemar “The Boys” yang semangat menyambut “Gen V”, tak sedikt pula yang menaruh harapan kecil bahkan belum menonton spin-off ini. Namun “Gen V” telah melampaui ekspektasi kita akan perkembangan semesta superhero satir “The Boys” ini. Jika Avengers dan Justice League yang disatiri dengan munculnya Sevens, God U lebih mengingatkan kita pada X-Men. Namun lebih sadis, brutal, vulgar, dengan konspirasi universitas yang lebih gelap.
Sebagai serial dengan karakter-karakter remaja, protagonis bersama gengnya adalah karakter-karakter yang loveable. Kekuatan super mereka jujur saja lebih menarik dieksplorasi daripada superhero yang sudah kita kenal dalam “The Boys”.
Jika nonton “The Boys” membuat kita membenci superhero, “Gen V” akan membuat kita simpati dengan para superhero mudanya. Buat yang masih mikir dua kali, kalau suka “The Boys” tidak boleh kelewatan “Gen V” karena ini sudah seperti “The Boys” Season 3.5.

Marvel Studios
Loki Season 2
Sejauh ini “Loki” menjadi serial MCU pertama yang memasuki season 2, dimana serial ini memang layak mendapatkan kesempatan tersebut. Season 2 menjadi konklusi sempurna dari eksistensi Loki selama ini di MCU. Ia tampak selalu melewatkan kesempatan untuk membuktikan diri dalam berbagai film MCU sebelumnya, “Loki” memberikan keadilan yang tragis dalam perkembangan karakter Loki dengan Glorious Purpose-nya.
Tom Hiddleston telah meng-carry peran Loki selama 14 tahun, menjadi salah satu alasan kita mencintai karakter yang selalu tampil sebagai villain ini. Dalam serial “Loki”, chemistry-nya dengan Owen Wilson sebagai Mobius juga menjadi interaksi yang menyenangkan untuk disaksikan. Kisah “Loki” sudah berakhir di sini dan untuk menjaga kualitas ini, ada baiknya kita tidak menuntut kemunculan Loki di masa depan MCU.

Netflix
The Night Agent
Di Netflix memang banyak serial dan film orisinal bergenre laga, namun belum banyak yang benar-benar patut diapresiasi. “The Night Agent” menjadi serial laga spionase terbaik di Netflix saat ini.
Sudah dikonfirmasi pula keberlanjutannya untuk Season 2. Setelah tragedi dalam suatu misi lapangan, Peter Sutherland pindah tugas bekerja di basement Gedung Putih. Tugasnya sederhana, menerima panggilan dari telepon yang tidak pernah berdering, hingga suatu hari telepon tersebut berdering.
“The Night Agent” memiliki latar dunia spionase Amerika Serikat yang menegangkan. Plot dimana Peter Shuterland dan Rose Larkin dalam pelarian selalu berhasil membuat kita merasakan ketegangan tersebut. Perkembangan ceritanya menarik dengan karakter-karakter yang sulit dipercaya, kemudian keseruan ditambah dengan adegan-adegan bertarung, baku tembak, hingga ledakan yang spektakuler. Namun masih ada kedalaman naskah dan cerita yang disajikan dengan berbobot.

Amazon Studios
Swarm
Daripada nonton serial true crime yang naskah versi dramatisir Wikipedia, “Swarm” adalah serial “true crime” dengan ide kreatif dan cerdik dari Janine Nabers dan Donald Glover. Dibitangi oleh aktris muda berbakat, Dominique Fishback, ia berperan sebagai Dre. Dre gadis asal Houston penggemar fanatik diva pop bernama Ni’Jah. Setelah saudarinya meninggal secara tragis, ia rela melakukan hal-hal di luar nalar demi menonton konser Ni’Jah.
Serial ini juga menampilkan ikon pop muda, Chloe Bailey dan Billie Ellish. Dimana penampilan keduanya lebih dari sekadar gimmick, terutama Eillish, tidak terduga musisi ini juga punya bakat akting yang berkualitas. “Swarm” bisa menjadi panutan untuk penulis naskah yang gemar mengadaptasi kasus kriminal sungguhan. “Swarm” adalah serial fiksi, namun kita bisa melihat juga bagaimana ini benar-benar terjadi di dunia nyata.

Cr. Netflix
Transatlantic
“Transatlantic” menjadi serial paling underrated dalam daftar serial terbaik 2023 versi Cultura ini. Kita mungkin tidak akan melihat banyak media membicarakan serial ini. Lucunya, Netflix memiliki budget untuk membuat limited series bergenre period war semenawan ini hanya untuk tidak dipromosikan dengan baik. Mulai dari produksi desain, penampilan deretan aktor, kualitas naksah dan musiknya, “Transatlantic” adalah salah satu dari beberapa serial period war terbaik yang pernah ada.
“Transatlantic” adalah kisah tentang orang-orang biasa yang melakukan hal luar biasa di tengah Perang Dunia II di Perancis. Gillian Jacobs menjadi salah satu pemeran utama dalam serial ini, Mary Jayne Gold, wanita dari keluarga kaya yang “menghamburkan” uangnya demi menundukung kemanusian. Serial ini mengandung keindahan, tragedi, suka dan duka dengan cara paling menawan dari latar Perang Dunia II.
One Piece – Live Action
Proyek live action dari judul anime favorit kita jarang terdengar sebagai kabar baik. Namun “One Piece” hadir untuk memecahkan stigma tersebut. “One Piece” Live Action di Netflix merupakan hasil karya dari orang-orang yang memang mencintai materi sumbernya. Mulai dari penulis naskah hingga para aktornya, semuanya adalah penggemar berat “One Piece” dan semangat itu terpancar bahkan untuk kita yang baru dalam fandom ini.
Tidak perlu mengikuti manga atau anime-nya, “One Piece” Live Action bisa menjadi serial yang seru, selama kita adalah penggemar kisah petualangan bajak laut dengan karakter-karakter nyentrik. Kesuksesan live action ini juga tak lepas dari ikut campur Eiichiro Oda sebagai produser eksekutif. Dimana ia memiliki campur tangan besar dalam mengambil keputusan-keputusan penting selama proses produksi. Mulai dari pemilihan cast hingga arahan kreatif lainnya.

Netflix
Beef
Lucunya melihat A24 merilis salah satu serial terbaik dan serial terburuk tahun ini; “Beef” dan “The Idol”. “Beef” merupakan serial drama kehidupan sekaligus karya yang terasa seperti surat cinta untuk generasi milenial.
Dibintangi oleh Steven Yeun dan Ali Wong, keduanya terjebak dalam lingkaran balas dendam dan kebencian sebagai medium pelampiasan dari kesulitan yang mereka alami dalam kehidupan.
Steven dan Wong memiliki chemistry yang sangat menarik sebagai orang asing yang saling membenci. Meskipun “Beef” terlihat seperti serial tentang balas dendam, kisah Amy Lau dan Danny Cho justru mengekspos segala kerugian yang ditimbulkan dari kebencian. Di tengah kehidupan yang penuh kepelikan, ketidakpastian, dan memanasnya emosi kita, “Beef” secara mengejutkan memberikan pelajaran bermakna dalam menjalani kehidupan.

Cr. HBO
The Last of Us
“The Last of Us” menjadi serial adaptasi video game terbaik sejauh ini. Tak hanya setia dengan materi sumbernya, serial HBO ini justru menjadi medium lebih luas bagi Neil Druckman untuk mengeksplorasi cerita melampaui plot dalam video game-nya.
Dibintangi oleh Pedro Pascal dan Bella Ramsey, keduanya memiliki chemistry sebagai duo yang berusaha bertahan hidup di tengah post-apocalypse yang disebabkan oleh virus jamur.
Ini bukan serial “zombie” tipikal, dengan skenario fantasinya, naskah “The Last of Us” justru fokus pada isu kemanusian. Bagaimana pecahnya virus global mempengaruhi keadaan mental dan batin mereka. Bagaimana mereka menemukan cinta, tragedi, dan kehancuran pribadi di tengah krisis global. Setiap episode selalu memiliki kisah dari karakter-karakter yang hanya muncul sekali namun meninggalkan kesan.
Honorable Mention:
