“Mask Girl” merupakan K-drama thriller yang langsung trending setelah barusan tayang di Netflix. Serial sepanjang 7 episode ini merupakan adaptasi dari Webtoon populer sekaligus kontroversial bertajuk sama yang mengangkat isu lookism dan isu sosial minor lainnya di Korea Selatan. Kisah berpusat pada protagonis titular, Mask Girl alias Kim Mo-mi, seorang pekerja kantoran yang sejak kecil bercita-cita sebagai idol.
Meski mimpinya terhalang oleh penampilannya, Mo-mi berusaha menghidupi mimpinya dengan menjadi streamer bertopeng dengan tubuh seksi, kemampuan menyanyi dan menari yang mempesona. Berusaha keras diterima dan dicintai, Kim Mo-mi justru bergulir dalam sekuen tragedi dan kesialan yang menghancurkan dirinya dan orang-orang disekitarnya.
Beberapa tahun belakangan, kdrama adaptasi Webtoon dengan isu lookism atau diskriminasi penampilan mulai bermunculan. Mulai dari “My ID is Gangnam Beauty” (2018), “True Beauty” (2020), dan K-drama yang masih jalan, “Lookism”. Namun “Mask Girl” tampaknya memiliki presentasi yang lebih solid dan lebih sesuai dengan pasar serial internasional di Netflix. Kualitas hype-nya berpotensi serupa dengan fenomena “Squid Game” yang meledak pada 2021 lalu.
Dengan isu sosial yang mengeksploitasi sisi buruk dari standar kecantikan negeri asalnya, dipadukan dengan plot pembunuhan dan balas dendam ala neo-noir Hollywood, “Mask Girl” adalah serial yang berani dalam skenanya.
Kisah Kim Mo-mi sebagai Pegawai Kantoran dan Streamer Bertopeng Sensasional
Episode pertama bertajuk ‘Kim Mo-mi’ dimulai dengan adegan pembuka, gadis kecil naif dengan semangat besar untuk menjadi idola. Namun mimpinya pudar secara perlahan dengan kenyataan wajahnya yang semakin hari semakin jauh dari standar kecantikan wanita Korea.
Berlatar pada 2000an awal, vibe kpop generasi pertama seperti ‘Saturday Night’ oleh Son Dam Bi yang menjadi soundtrack paling ikonik yang memberikan nuansa pada “Mask Girl”. Dengan diskriminasi penampilan yang masih sangat kuat di masyarakat pada era tersebut, membuat cerita babak pertama Mo-mi terlihat lebih membaur dengan latar. Bicara tentang latar, serial ini juga memiliki desain produksi yang menghidupi eranya.
Mulai dari era 2000an awal, 2010an, hingga masa kini, perbedaan latar waktu bisa diidentifikasi berdasarkan presentasi visualnya. Tak kalah dengan anti-hero dalam film neo-noir Hollywood, Kim Mo-mi memiliki perkembangan karakter paling gila, menegangkan, sekaligus emosional dalam tiga babak.
Setiap episode memiliki presentasi yang kuat, menghidupkan materi sumbernya dalam serial yang produksinya maksimal dan pengembangan naskah yang mantap. Daripada terus mengeksploitasi kisah kriminal sungguhan, serial seperti “Mask Girl” inilah yang seharusnya lebih banyak diberi panggung di Netflix.
Momen Bersinarnya Aktor-aktor Underrated Korea Selatan
Bicara tentang kualitas akting, skena K-drama tak pernah gagal menghadirkan talenta dengan kualitas di atas rata-rata. “Mask Girl” telah memberikan panggung untuk sederet aktor Korea yang underrated selama ini. Adapula yang baru debut akting, namun juga tak kalah mencuri perhatian di layar.
Karakter Kim Mo-mi sendiri dibintangi oleh tiga aktris; Lee Han-byeol yang menjadi Mo-mi sebelum operasi, kemudian Nana sebagai Mo-mi setelah menjalani operasi plastik, dan Go Hyun-jung sebagai Mo-mi pasca operasi plastik. Ketiga aktris ini memberikan penampilan terbaik mereka sebagai protagonis yang mengalami naik turun perjalanan hidup ekstrim.
Setiap aktris juga memiliki porsi episode yang maksimal sebagai showcase akting masing-masing. Nana menjadi aktris dengan penampilan terfavorit sebagai Kim Mo-mi. Meski telah tampil di beberapa serial drama, penampilannya dalam “Mask Girl” bisa jadi batu loncatan besar untuk karir aktingnya. Penampilannya paling bersinar pada Episode 6.
Beberapa karakter lain yang juga mendapatkan episode spesial seperti Ahn Jae-hong sebagai Joo Oh-nam, Yeom Hye-ran sebagai Kim Kyung-ja, serta Kim Min-seo sebagai Kim Chun-ae, berhasil memberikan penampilan yang memikat. Setiap aktor berhasil meng-carry setiap episode dipercayakan pada mereka, karena serial ini memiliki kekuatan immersive yang tak hanya bergantung ada protagonisnya.
Salah satu episode terbaik, Episode 4, ‘Kim Chun-ae’, Nana dan Kim Min-seo memberikan penampilan dengan chemistry yang mencuri hati penonton. Tak ketinggalan juga apresiasi untuk aktor pendukung lainnya seperti Choi Daniel dan Lee Jun-young.
Dua publik figur yang terkenal dengan citra ‘good guy’ di industri Korea ini berhasil tampil sebagai karakter cowok dengan trait jahat yang membuat penonton geregetan sekaligus merasakan kengerian melalui kehadiran mereka.
Sekuen Tragedi, Pembunuhan, dan Plot Balas Dendam yang Brutal
“Mask Girl” memiliki konten kekerasan seksual, visual dewasa, dan adegan bertengkar atau aksi pembunuhan yang cukup brutal dan sadis. Cerita seperti ini juga bisa triggering bagi korban dari kekerasan dan pelecehan seksual.
Serial didominasi dengan sinematografi kehidupan kota dan malam yang suram meski dengan gemerlapnya. Naskah yang disajikan juga lebih banyak menyuguhkan kisah pilu, kesialan, dan tragedi yang bergulir semakin besar dan menghancurkan nasib dari setiap karakternya.
Tak hanya Kim Mo-mi yang menjadi satu-satunya karakter yang hancur, naskah “Mask Girl” adalah runtutan dari kesalahan setiap karakter yang bersangkutan. Menunjukan bagaimana hasrat untuk menghancurkan hidup orang lain yang berujung pada tindakan impulsif akan kembali sebagai karma bagi pelakunya.
Setelah Episode 2, “Mask Girl” digerakan oleh plot balas dendam yang menegangkan. Di sinilah Yeom Hye-ran sebagai Kim Kyung-ja mendapatkan kesempatan untuk menjadi sosok antagonis yang konsisten dan presisten dengan objektifnya. Secara tidak langsung juga memperlihatkan sisi terburuk sekaligus terbaik dari setiap ibu yang lebih dari apapun memiliki cinta dan insting melindungi yang besar pada anak mereka. Setiap karakter memiliki alasan atas keputusan brutal dan salah yang mereka ambil dalam skenario ini.
Secara keseluruhan, “Mask Girl” merupakan satu lagi serial K-drama sukses di Netflix. Setiap aspek dari serial ini dipresentasikan dengan hasil yang sangat dekat dengan kesempurnaan. Terutama pada aplikasi agenda lookism-nya yang dikembangkan dalam sajian neo-noir berani, provokatif, namun berbobot dari berbagai sisi.