Fireworks Wednesday (2006) adalah salah satu karya awal Asghar Farhadi yang memperlihatkan keahlian sang sutradara dalam menelusuri dinamika psikologis manusia melalui keseharian yang tampak biasa. Film ini menjadi jembatan menuju karya-karya besarnya seperti A Separation (2011) dan The Salesman (2016), karena di sinilah Farhadi mulai menemukan gaya khasnya: drama realis yang memadukan konflik moral, sosial, dan personal tanpa memberikan jawaban pasti.
Cerita film ini berpusat pada Rouhi (Taraneh Alidoosti), seorang perempuan muda dari kelas pekerja yang baru saja bertunangan dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga sementara di rumah pasangan Mojdeh (Hedye Tehrani) dan Morteza (Hamid Farrokhnezhad). Saat hari raya Chaharshanbe Suri—perayaan api sebelum Tahun Baru Persia—semakin dekat, Rouhi justru mendapati rumah majikannya dipenuhi ketegangan. Mojdeh mencurigai suaminya berselingkuh dengan tetangga mereka, Simin (Pantea Bahram), dan Rouhi tanpa sengaja menjadi saksi sekaligus perantara dalam konflik rumah tangga yang semakin panas, seiring suara kembang api yang terus meledak di luar jendela.

Script karya Farhadi adalah contoh sempurna dari “drama moral realis” yang menjadi ciri khas sinema Iran kontemporer. Ia menulis konflik dengan subtilitas luar biasa—tidak ada karakter yang sepenuhnya salah, dan tidak ada yang benar sepenuhnya. Setiap dialog memiliki subteks emosional dan sosial yang dalam. Percakapan kecil antara suami-istri, bisikan di dapur, atau tatapan Rouhi yang diam—semuanya mengandung ketegangan psikologis yang perlahan meledak seperti petasan di malam perayaan.
Plot film ini tampak sederhana, namun penyampaiannya kompleks dan multilapis. Farhadi menjadikan Rouhi bukan hanya sebagai saksi, tetapi juga jembatan antara dua dunia: dunia kelas menengah yang diliputi hipokrisi dan dunia rakyat kecil yang memandang cinta dan kejujuran secara polos. Dengan cerdas, Farhadi menempatkan Rouhi di posisi ambigu—terjebak antara empati, rasa ingin tahu, dan kebutuhan ekonomi—membuat penonton terus mempertanyakan: siapa yang sebenarnya menjadi korban dalam kisah ini?
Sinematografi menampilkan keseharian Teheran dengan nuansa naturalis dan sedikit claustrophobic. Kamera bergerak lembut, seolah menjadi mata ketiga yang mengintip dari balik pintu atau tirai. Cahaya matahari yang menerobos jendela, asap petasan, dan warna abu-abu rumah Mojdeh menjadi metafora visual dari hubungan yang perlahan terbakar. Farhadi tak butuh keindahan visual berlebihan—justru lewat realisme dan kesempitan ruang, ia menciptakan atmosfer intens yang menekan secara emosional.

Akting para pemain adalah kekuatan utama film ini. Taraneh Alidoosti tampil memukau sebagai Rouhi, memadukan kepolosan, empati, dan keingintahuan dalam satu wajah yang penuh ekspresi. Ia adalah simbol ketulusan yang perlahan terkikis oleh dunia orang dewasa yang rumit. Hedye Tehrani sebagai Mojdeh memberi performa luar biasa sebagai istri yang dilanda kecemasan dan paranoia, sementara Hamid Farrokhnezhad berhasil menampilkan sosok suami yang rapuh, tersudut, dan tak sepenuhnya bersalah. Farhadi mampu mengarahkan aktornya agar bermain dengan emosi tertahan—mereka tidak perlu berteriak, karena ketegangan justru muncul dari keheningan.
Screenplay “Fireworks Wednesday” menunjukkan presisi dramaturgi yang luar biasa. Konflik tidak pernah benar-benar meledak dalam bentuk melodrama, tapi membara perlahan melalui percakapan dan gerak tubuh. Farhadi menggunakan struktur observasional, di mana setiap adegan terasa seperti potongan kehidupan nyata. Ia menolak simplifikasi moral, dan justru membiarkan penonton terjebak dalam dilema etika yang kompleks: apa yang lebih berharga—kebenaran atau kedamaian rumah tangga?
Simbolisme perayaan Chaharshanbe Suri juga memainkan peran penting dalam narasi. Kembang api, suara ledakan, dan api yang menyala di jalanan Teheran menjadi refleksi dari letupan-letupan emosi di dalam rumah Mojdeh. Film ini berakhir dengan ambiguitas khas Farhadi—tidak ada resolusi, hanya keheningan setelah ledakan, seolah api telah padam namun asapnya masih menggantung di udara.
“Fireworks Wednesday” bukan hanya drama rumah tangga, tapi juga potret sosial Iran yang menyoroti isu gender, kelas, dan kesetiaan dalam bingkai kehidupan urban. Ini adalah kisah tentang bagaimana kecurigaan kecil dapat meruntuhkan fondasi cinta, dan bagaimana seorang outsider dapat melihat kebenaran lebih jernih daripada mereka yang terjebak di dalamnya.
Sebuah film yang membara dalam diam, menelusuri celah-celah rapuh antara cinta dan kecurigaan, antara kebohongan dan pengampunan.

