Quantcast
As Tears Go By: Romansa Kelam dan Pelarian dari Jalanan - Cultura
Connect with us
Late Spring Movie

Film

As Tears Go By: Romansa Kelam dan Pelarian dari Jalanan

Ketika gangster mencari cinta dan pelarian di lorong-lorong gelap Mong Kok.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“As Tears Go By” adalah film debut Wong Kar-wai, ditulis oleh Wong dan Jeffrey Lau, dirilis di Hong Kong tahun 1988. Film ini menggabungkan elemen kriminal triad, kisah cinta terlarang, dan drama emosional yang membentang antara kesetiaan dan pengkhianatan. Dengan Andy Lau sebagai Wah, Maggie Cheung sebagai Ngor, dan Jacky Cheung sebagai Fly, film ini tampil sebagai karya yang menunjukkan tanda-tanda awal gaya visual dan emosional khas Wong Kar-wai.

Wah adalah seorang anggota triad kecil di Mong Kok yang bertugas sebagai penagih utang. Teman dekatnya, Fly, sering membuat masalah dan terlibat dengan utang yang tak tertagih, membuat Wah harus terus keluar masuk bahaya demi menyelamatkan Fly. Kehidupan Wah berubah ketika sepupunya, Ngor, datang dari Lantau untuk kunjungan sementara. Kehadiran Ngor membangkitkan sisi lembut dalam Wah yang selama ini terbenam dalam kekerasan dan kesetiaan geng.

Konflik memuncak ketika Fly mengambil pekerjaan berbahaya, utang menumpuk, dan pilihan-pilihan moral dihadapkan di depan Wah: tetap berada dalam dunia yang keras, atau mencoba melarikan diri dari kekerasan agar bisa memiliki kehidupan bersama Ngor. Pada akhirnya, Fly menghadapi nasib tragis, dan Wah pun harus membayar harga emosional atas loyalitas dan cinta yang dibangun di tengah kekacauan.

Naskah karya Wong Kar-wai dan Jeffrey Lau tidak berusaha menjadi plot kriminal yang rumit, melainkan lebih mengutamakan karakter dan hubungan interpersonal. Perilaku Wah, Fly, dan Ngor dikembangkan dengan baik meski ada bagian di mana Fly terasa terlalu karikatural sebagai sosok teman yang impulsif.

Adegan­-adegan kecil seperti interaksi Wah dan Ngor di restoran, atau ketegangan antara Wah dan Fly setelah utang melejit, memberi ruang bagi emosi; dialognya sederhana tapi efektif, tidak banyak retorika, lebih banyak diam dan tatapan.

Walau ini adalah karya awal Wong Kar-wai, sinematografinya sudah menunjukkan ciri khas: penggunaan lampu neon, kontras malam hari vs interior gelap, dan pencahayaan yang dramatis. Andrew Lau sebagai sinematografer berhasil menangkap Mong Kok yang padat, jalanan sempit, bar, kedai kecil, dan lorong-lorong kota yang berdebu dengan atmosfer tegang tapi juga melankolis. Ada penggunaan slow motion dan shot handheld yang menciptakan ketegangan dan memberi penekanan emosional, terutama di adegan kekerasan atau konflik batin.

“As Tears Go By” adalah film debut yang menjanjikan dari Wong Kar-wai, menggabungkan unsur kriminal dan romantis dengan gaya visual yang kuat dan nuansa emosional yang nyata. Meskipun bukan karya yang sempurna dan masih terdapat kekurangan dalam pengembangan karakter dan beberapa momen romantis, film ini tetap penting sebagai pembuktian bakat dan identitas sinematik sutradara.

Membaca Ulang G30S Melalui Lensa Peter Weir Membaca Ulang G30S Melalui Lensa Peter Weir

Jurnalistik Versus Propaganda: Membaca Ulang G30S Melalui Lensa Peter Weir

Film

A Clockwork Orange: Distopia Brutal yang Menguji Moral dan Kebebasan

Film

Carlito's Way (1993) Carlito's Way (1993)

Carlito’s Way: Jalan Pulang Carlito yang Tak Pernah Sampai

Film

The Eagle Huntress Review The Eagle Huntress Review

The Eagle Huntress: Keberanian Gadis Mongolia Menantang Tradisi

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect