Connect with us
Green Day
Green Day (American Idiot)

Cultura Lists

10 Album Konsep dengan Cerita Menarik

Mulai dari Ketika musisi bercerita melalui musik.

Lagu tidak selalu harus ‘relatable‘ dan ‘raw‘ untuk menjadi lagu yang mencuri hati pendengarnya. Album konsep menjadi medium dimana musisi bisa berkreasi dalam narasi fiksi dan fantasi layaknya seorang pendongeng. Definisi album konsep sendiri adalah album yang memiliki tema yang kohesif, terbentuk dari rangkaian track yang bersifat kolektif.

Album konsep seperti “Whatever People Say I Am, That’s What I’m Not” dari Arctic Monkeys dan “Song fo the Deaf” dari Queens of the Stone Age, merupakan contoh dari album dengan konsep kohesif akan nuansa dan tema situasi yang spesifik.

Sementara album seperti “Midnight” oleh Taylor Swift disebut-sebut sebagai album konsep yang fokus pada mood. Berikut sederet album konsep yang memiliki tema cerita fantasi menarik, dengan karakter fiksi yang diciptakan oleh musisinya.

Tommy (1969) – The Who

“Tommy” merupakan album konsep dari band The Who, menceritakan kisah karakter bernama Tommy Walker, yang tuli, buta, dan bisu, setelah melihat peristiwa traumatis di masa kecilnya. Namun lepas dari disabilitas yang ia miliki, Tommy menemukan talenta unik yaitu bermain pinball yag kemudian memberikan ketenaran dan kesuksesan untuknya.

Dalam album The Who ini, kita diajak mengikuti perjalanan hidup Tommy melalui rentetan lagu dengan genre pop, rock, hingga aplikasi elemen orkestra. Dengan berbagai lagu yang menjadi simbol dari peristiwa hidup dan karakter-karakter lain yang ditemui oleh Tommy selama hidupnya.

The Rise and Fall of Ziggy Stardust and the Spiders from Mars (1972) – David Bowie

Dalam album rilisan 1972 ini, David Bowie bermain peran sebagai Ziggy Stardust, musisi rock adrogini dan alien yang tiba di Bumi untuk mewartakan pesan akan harapan dan penyelamatan sebelum dunia berakhir. Ziggy Stardust akhirnya menjadi ikon budaya, yang mencapai ketenaran hingga ditelan oleh namanya sendiri.

Secara musikal, album ini memperdengarkan musik glam rock, art rock, dan proto-punk. Menjadi pengiring dari sederet lagu tentang identitas, ketenaran, cinta, dan self-destruction yang kerap menjadi gaya hidup rock n’ roll dari seorang musisi atau selebritis. Album David Bowie satu ini mendapatkan pengakuan luas sebagai salah satu album konsep terbaik sepanjang masa.

The Wall (1979) – Pink Floyd

Pink Floyd menghadirkan karakter fiksi bernama Pink dalam album konsep mereka, “The Wall”. Dimana Pink adalah rock star yang menderita dalam isolasi emosional dan membangun tembok dalam artian metafora, untuk melindungi dirinya dari dunia luar. ‘Tembok’ menjadi simbol batasan yang diciptakan oleh Pink di antaranya dengan orang lain karena trauma dan tekanan sosial yang ia alami sepanjang hidupnya.

Album ini mengeksplorasi tema tentang pengasingan, identitas personal, dan kehancuran alami yang ditimbulkan oleh isolasi. Kisah Pink diceritakan dalam narasi serangkaian memori akan peristiwa yang dialami oleh Pink. Mulai dari kisah ayahnya di Perang Dunia II, tekanan yang ia alami di sekolah, kegagalan dalam hubungan, dan dirinya menuju dalam kegilaan.

Kisah hidup Pink yang penuh trauma diiring oleh aransemen musik rock, progresif rock, dengan elemen orkestra yang dramatis. “The Wall” diakui sebagai salah satu album konsep terbaik sepanjang masa.

Three Cheers for Sweet Revenge (2004) – My Chemical Romance

My Chemical Romance memiliki album konsep yang menjadi puncak dari kesuksesan mereka “The Black Parade” pada 2006. Album mereka yang bertajuk “Danger Days” pada (2010) juga merupakan album konsep dengan cerita fantasi, bahkan ada komiknya juga. Namun kedua album tersebut sudah terlalu sering dibahas, mungkin banyak dari kita yang tidak tahu, album “Three Cheers for Sweet Revenge” juga album konsep MCR dengan cerita bernuansa gothic yang menarik.

Narasi cerita fokus pada karakter ‘The Patient’ dan ‘The Ghost of You’ yang merupakan sepasang kekasih. Plot utamanya adalah The Patient yang dikirim ke alam lain antara kehidupan dan kematian. Untuk bisa kembali bersama kekasihnya, The Patient harus membalaskan dendam, membunuh, dan mengumpulkan seribu jiwa jahat.

Diiringin dengan sederet lagu bergenre pop-punk, alternative rock, dan elemen emo yang akhirnya menjadi jati diri yang paling melekat pada MCR. Menarik bagaimana Gerard Way dan kawan-kawan membebaskan diri dalam menciptakan cerita yang gruesome, disturbing, dan kelam dengan dasar tema akan cinta, kehilangan, balas dendam serta penebusan dalam album ini.

American Idiot (2004) – Green Day

“American Idiot” merupakan salah satu album punk rock paling ikonik sepanjang masa dari Green Day. Album ini merupakan kisah dari karakter fiksi yang disebut sebagai ‘The Jesus of Suburbia’ dan pengalamannya sebagai pemuda Amerika yang hidup pasca peristiwa 9/11.

Narasi memiliki alur bagaimana protagonis menemukan jalan di peradaban modern, dengan usaha memahami situasi politik dan isu sosial, serta mencari makna sesungguhnya di balik saturasi media perang dan pemberontakan masyarakat.

Ada pula karakter lain dalam album ini yaitu ‘St. Jimmy’, alter ego protagonist serta ‘Whatsername’ sebagai love interest. Secara keseluruhan, “American Idiot” merupakan manifestasi rasa frustasi, amarah, dan harapan dalam generasi Amerika akan kompleksitas masyarakat yang kontemporer, terutama pada masanya.

Miss Anthropocene (2020) – Grimes

“Miss Anhtropocene” bisa jadi album terbaik dari Claire Elise Boucher alias Grimes yang rilis pada 2020 lalu. Grimes selalu terlihat memiliki konsep fantasi menarik yang ia terapkan dalam setiap karyanya. Sesuai dengan judulnya, Grimes ingin bermain peran sebagai Miss Anthropocene dalam album keenamnya ini.

Miss Anthropocene adalah dewi krisis iklim, digambarkan sebagai dewi yang membendung kekejaman, tampil telanjang, tercipta dari gading dan minyak. Grimes terinspirasi dari mitologi Romawi dalam menciptakan karakter villain ini.

Melalui personanya sebagai dewi yang membawa bencana pada Bumi, Grimes justru menggunakan album ini untuk mewartakan isu seputar krisis lingkungan, perubahan iklim, serta kekalutan dalam peradaban manusia. Grimes merangkai topik generik menjadi opera akhir zaman versinya sendiri.

Memadukan mitologi kuno dengan latar futuristik dan luar angkasa yang megah. Memberikan kemasan yang menarik dan memikat untuk isu yang mungkin masih kurang dihargai oleh masyarakat luas.

Tranquility Base Hotel & Casino (2018) – Arctic Monkeys

Setelah sukses dengan album “AM”, Arctic Monkeys kembali pada 2018 dengan album mereka yang paling eksperimental saat ini,”Tranquility Base Hote & Casino”. Sempat menerima ulasan yang pro dan kontra, album sebetulnya memenuhi kualitas sebagai salah satu album terbaik Arctic Monkeys yang ternyata tidak memilih main aman dalam bermusik.

Terinspirasi dari lokasi pendaratan bulan oleh Apollo 11 yang disebut Tranquility Base, Arctic Monkeys membangun hotel fantasi di bulan, dengan casino dan berbagai hiburan yang mampu ditawarkan. Mungkin tidak memiliki karakter khusus atau plot yang linear, namun album ini merupakan medium bagi kita mendapatkan pengalaman mengunjungi hotel di bulan tersebut.

Dialuni dengan musik lounge pop, psychedelic, hingga glam rock, dengan elemen jazz dan blues yang terasa di sana sini, ‘Tranquility Base…’ merupakan album yang mengandung topik seputar isolasi, budaya konsumtif teknologi futuristik, dan titik peradaban manusia saat ini.

Chip Chrome & The Mono-Tones (2020) – The Neighbourhood

The Neighbourhood juga sempat bermain dengan konsep bermusik yang baru dalam album bernuansa glam rock, “Chip Chrome & The Mono-Tones”. Chip Chrome merupakan karakter utama yang hadir dalam album ini, sosok rock star menyerupai alien, dengan kulit berwarna silver chrome. Sementara The Mono-Tones adalah band yang mengiringi Chip Chrome ketika sedang bernyanyi. Dalam video klipnya, kita bisa melihat Jesse Rutherford tampil sebagai Chip Chrome.

Pastinya banyak langsung melihat konsep Ziggy Stardust oleh David Bowie dalam album ini, karena memang The Neighbourhood terinsipirasi dengan era glam rock dari masa tersebut.

Album ini mengangkat topik seputar identitas, ketenaran, dan penemuan jati diri. Bagaimana album ini terdengar berbeda dengan album The Neighbourhood yang lainnya, menjadi keseluruhan dari konsep untuk album ini, dimana band ini hendak bermain peran sebagai band yang seakan baru dan benar-benar berbeda.

Mylo Xyloto (2011) – Coldplay

Coldplay juga memiliki album dengan konsep cerita yaitu “Mylo Xyloto”. Salah satu album dimana Coldplay menonjolkan eksplorasi musik pada genre pop. Album ini juga sempat disertai dengan rilisan komik yang menceritakan kisah Mylo dan Xyloto di sebuah negeri distopia dimana semua warna dan harapan dilarang oleh pemimpinnya.

Dikisahkan suatu semesta, masyarakat hidup dalam tekanan, batasan, dan perundungan ‘Major Minus’ serta pemerintahan yang dijuluki Silencers. Dimana mereka melarang hadirnya seni dan semarak warna yang dilambangkan sebagai perlawanan oleh pemerintah daripada simbol cinta dan pemersatu. Mylo dan Xyloto adalah karakter dengan kekuatan spesial yang kemudian terpanggil untuk melawan pemerintahan Silencers bersama.

Dawn FM (2022) – The Weeknd

Jika Arctic Monkeys memberikan gambaran fantasi akan hotel dan casino di bulan, The Weeknd menciptakan konsep purgatori fantasi versinya dengan album “Dawn FM”. Abel Makkonen Tesfaye membayangkan bahwa album ini adalah lagu untuk para pendengar yang sudah meninggal. Sedang berada di purgatory, layaknya orang yang terjebak dalam terowongan macet di atas kendaraan, menunggu giliran untuk sampai ‘akhir dari terowongan’ alias alam yang selanjutnya.

Selagi menunggu gilaran dan dalam perjalanan untuk ‘menyeberang’ ke alam berikutnya, orang-orang mati tersebut mendengarkan Dawn FM, saluran radio dengan pembawa acara yang menuntun pendengar untuk sampai dengan tujuan.

Dengan alunan musik bernuansa new wave, funk, dan electronic dance yang terinspirasi dari era 1980an. Bagi The Weeknd, perjalanan dalam album ini bisa dimaknai sebagai selebrasi maupun suram, apapun yang setiap orang rasakan, namun itulah yang dirasakan oleh penyanyi pop satu ini.

Ethel Cain Ethel Cain

Keindahan Chapter Baru Ethel Cain dalam ‘Punish’

Music

Two Shell Two Shell

Two Shell: Two Shell Album Review

Music

Dschinghis Khan Dschinghis Khan

Dschinghis Khan: Musik Disco yang Melekat di Era 70-an

Music

Megan Thee Stallion Megan Thee Stallion

Megan Thee Stallion: Megan Act II Album Review

Music

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect