Pada 6 Juni 2025, Pulp merilis ‘More,’ album studio terbaru mereka setelah penantian selama 24 tahun. Dirilis lewat Rough Trade dan diproduseri oleh James Ford, ‘More’ menandai babak kedua dalam kehidupan musikal band asal Sheffield yang kini terdiri dari Jarvis Cocker (vokalis), Candida Doyle (keyboard), Nick Banks (drum), dan Mark Webber (gitar), tanpa kehadiran bassist awal Steve Mackey yang meninggal pada 2023.
Citarasa sonik ‘More’ terasa matang dan dewasa; string section romantis beradu dengan synthesizer 70‑an dan groove disco-kuat. Pitchfork memberi skor 7.5/10, menyebutnya sebagai “coming-of-age saga” yang dimainkan dengan penuh gaya dan kelincahan lirik khas Cocker . Paste Magazine juga memuji Spike Island dan Got to Have Love sebagai single yang memikat dan pembuktian bahwa Pulp tak kehabisan lagu bagus.
Jarvis kembali menyelidiki tema tentang seks, kelas, dan nostalgia dengan rentang yang lebih luas: pertengahan usia, keretakan perasaan romantis, bahkan krisis paruh baya. The Guardian menyebutnya “anthem and rage for the next life stage”, dengan lagu seperti “Tina,” “Background Noise”, dan “My Sex” yang menyinggung cinta yang gagal, libido menurun, serta rasa kesepian di tengah rutinitas sehari-hari.
‘More’ adalah perayaan paruh baya: bijak, menyentuh, sekaligus penuh humor khas Cocker. Meski dalam beberapa bagian terasa kurang fokus, ia berhasil membuktikan bahwa Pulp memiliki lebih banyak cerita untuk disampaikan. Aransemen kaya, lirik elegan, dan introspeksi emosional membuat album ini bukan sekadar nostalgia, namun sebuah karya yang relevan untuk masa kini.
Tur arena UK–Irlandia menyusul album ini. Konser pembuka di Glasgow menunjukkan sambutan hangat dari fans, dengan materi baru mendapat respons antusias—mengonfirmasi bahwa ‘More’ mampu menyambung resonansi emosional meski bukan “hits” klasik.
Kekuatan Utama dan Kelemahan
Kelebihan:
- Kekuatan lirik: Cocker tetap piawai mengangkat kisah sepele menjadi cut-to-the-bone observation lewat kombinasi humor dan ironi, ciri khas organik Pulp.
- Produksi yang matang: Ford membantu menghadirkan kesatuan musikal yang rapi—tak terlalu terkekang atau berlebihan.
- Konsistensi estetika band: Tidak terdengar seperti “comeback cloying”, melainkan sebagai perpanjangan alami dari evolusi artistik mereka yang sudah matang.
Kekurangan:
- Atensi terhadap tempo: Sedikit lambat di bagian tengah akhir album, beberapa pendengar merasa pacing lamban agak mengendur.
- Expektasi suara legendaris: Beberapa kritik menunjukkan bahwa Jarvis tampak tidak terlalu energik pada track tertentu, walau sebagian besar tetap memikat.
‘More’ adalah album comeback yang matang dan reflektif—sebuah karya yang memadukan kejujuran emosional, cerdas secara naratif, dan musikalitas yang elegan.
Pulp menampilkan evolusi yang tidak kehilangan identitas awal mereka, namun juga tidak terjebak nostalgia kosong. Walaupun dinamika album terkadang terlalu lambat dan beberapa track kurang bertenaga, secara keseluruhan More adalah perpanjangan jati diri artistik band ini—sebuah bacaan kehidupan dewasa lewat lensa Britpop yang bertambah kedalam dan lembut.
Pulp kembali bukan untuk sekadar mengenang masa lalu, tetapi untuk merayakan kehidupan yang sedang berjalan—dengan semua kekecewaan, cinta, dan kejenakaan di dalamnya.
