Quantcast
Garbage 'Let All That We Imagine Be the Light' - Kegelapan yang Menemukan Cahaya Baru - Cultura
Connect with us
Late Spring Movie
Photo Cr. Joseph Cultice

Music

Garbage ‘Let All That We Imagine Be the Light’ – Kegelapan yang Menemukan Cahaya Baru

Album kedelapan yang memadukan kemarahan alt‑rock dengan harapan transformatif di tengah pergulatan pribadi dan sosial.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Pada 30 Mei 2025, Garbage merilis album studio kedelapan mereka, ‘Let All That We Imagine Be the Light’ di bawah label BMG. Ini adalah album pertama mereka sejak ‘No Gods No Masters’ (2021), dan menjadi pernyataan musikal penuh kekuatan: kemarahan terhadap ketidakadilan, keresahan akan perubahan sosial, sekaligus harapan akan masa depan yang lebih baik.

Diproduksi oleh Garbage bersama Billy Bush, album ini rekaman antara 2022–2024 di studio Red Razor, GrungeIsDead, bahkan kamar pribadi Shirley Manson. Kualitas produksinya tetap tajam dan kaya—aransemen ala Depeche Mode yang elektronik, gitar tajam, dan synth yang sinematik membentuk lanskap yang intens dan dramatis. Meski terdapat beberapa lagu yang terasa agak “mengawang” tanpa fokus tema yang kuat, produksi keseluruhan menunjukkan profesionalitas band yang terus terasah.

Album ini lahir dari masa pemulihan Shirley pasca dua operasi pinggul, dirilis dari ruang isolasi dan rasa sakit menjadi ekspresi yang kuat tentang perjuangan dan harapan .

“There’s No Future in Optimism” adalah anthem protes yang menyuarakan perlunya mengambil harapan sebagai senjata, entstanden dari turbulensi pasca George Floyd.

“Get Out My Face AKA Bad Kitty” melawan misogini dan kekerasan terhadap perempuan, menegaskan kembali suara Shirley yang tak tergoyahkan.

“The Day That I Met God” menutup album dengan rasa revelasi spiritual sekaligus catharsis emosional, memperlihatkan kebangkitan dari kegelapan.

Beberapa lagu interspersed seperti “Radical” dan “Love to Give” memiliki progresi minor-key yang agak serupa dan lirik yang belum sepenuhnya matang, menunjukkan bahwa tidak semua trek mencapai puncak drama yang diinginkan.

‘Let All That We Imagine Be the Light’ adalah album yang penuh kontradiksi: gelap namun penuh harapan, luka tetapi mengandung kekuatan. Shirley Manson menunjukkan ketahanan luar biasa, sementara produksi band mempertahankan daya pikat sonik mereka. Meskipun tidak sempurna, album ini berhasil menyampaikan pesan potent mengenai kemanusiaan, feminisme, dan harapan—di tengah tengah kegelapan.

Album ini memberi nyawa baru pada Garbage, menegaskan relevansi dan keberanian mereka dalam menyuarakan emosi dan kritik sosial lewat musik.

Eye of the Tiger: Dentuman Nada, Semangat Juang

Music

“The Way We Were” dan Hasrat Menoleh ke Belakang

Music

Gloria Gaynor Gloria Gaynor

I Will Survive: Ketika Disko Menyuarakan Perlawanan

Music

Ketika Disko Menyelamatkan Jiwa: Mengulas Keabadian “Stayin’ Alive”

Music

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect