Meski 2020 telah menjadi tahun yang sulit bagi industri perfilman, masih banyak film berkualitas yang akhirnya dirilis. Baik melalui platform streaming, on-demand service, maupun yang masih idealis rilis di bioskop. L
epas dari berbagai pro kontra maupun krisis secara finansial atas nama kapitalisme, baik melalui layar lebar maupun layar dekstop di rumah, banyak film yang tidak kehilangan kualitas cerita maupun produksinya. Good film is a good film, selama menghibur, menyentuh, dan berhasil memukau penontonnya. Berikut sederet film terbaik versi Cultura Best 2020.
Mank
Mank merupakan film yang paling dinanti-nanti akhir tahun ini dari sutradara David Fincher. Penulisan naskah mungkin bukan pesona utama dalam film ini, namun Mank menyuguhkan produksi yang maksimal secara audio dan visual.
Jika ingin mengetahui bagaimana produksi film Hollywood dari tahun 1930-an, Mank telah berhasil membawa kembali kualitas tersebut dalam filmnya. Mulai dari audio-nya yang masih kasar dan menggema mixingnya, garis yang jelas antara aktor dengan latar belakang di lokasi outdoor, hingga kualitas film hitam putih dengan bercak dan garis-garis kasarnya. Satu lagi yang unggul dari film ini adalah kualitas akting Gary Oldman yang tidak pernah mengecewakan.
Baca Juga: Mank Review
First Cow
Satu lagi film yang memiliki produksi maksimal tahun ini adalah First Cow. Film yang diproduksi oleh A24 ini seperti biasanya memiliki kualitas sinematografi yang mahal serta replika era 1820 di Amerika yang memukau. Mulai dari pemilihan kostum, makeup, dan lokasi syuting yang sebagian besar di alam terbuka dengan panorama alam yang indah.
Keindahan visual yang memanjakan mata diimbangi dengan penulisan cerita tentang persahabatan yang menyentuh hati antara Cookie dan King-Lu. John Magaro dan Orion Lee berhasil menciptakan chemistry antara dua karakter utama tersebut.
Baca Juga: First Cow
Sound of Metal
Sound of Metal sudah menjadi film yang mencuri antusiasme penggemar film semenjak rilis di Toronto International Film Festival 2019. Dibintangi oleh Riz Ahmed, Sound of Metal is more than just a film, it’s an experience.
Sangat menyentuh bagaimana Darius Marder memanfaatkan teknologi produksi sound effect dan mixing film modern untuk menyuguhkan pengalaman ini pada menonton. Kita akan diajak untuk memahami dunia para orang tunarungu secara audio dan penulisan naskah yang informatif sekaligus menyentuh. Riz Ahmed juga menjadi bintang utama yang bersinar dalam film ini, banyak media yang mengagumi kualitas aktingnya dalam film ini.
Baca Juga: Sound of Metal
Da 5 Bloods
Da 5 Bloods bisa jadi merupakan film paling ambisius dari sutradara Spike Lee. Mulai dari penulisan naskah, sinematografi, dan editing, menyuguhkan konsep yang kaya dan penuh dengan variasi.
Sebagai film yang mengangkat kisah sejarah, Da 5 Bloods merupakan dibungkus sebagai kisah nostalgia yang tidak mengeksploitasi kesuraman perang. Kita akan melihat kelima karakter utama melihat mengingat masa baktinya sebagai tentara negara like a good old days mereka di masa muda. Delroy Lindo sebagai Paul menjadi bintang utama yang mencuri layar dengan penampilan aktingnya dalam film ini.
Baca Juga: Da 5 Bloods Review
Swallow
Swallow menjadi film dengan penulisan naskah dan penokohan yang mendukung Haley Bennett untuk menunjukan kualitas akting terbaiknya. Hunter menjadi tokoh utama yang memiliki kompleksitas karakter dan kisah hidup.
Haley mampu menampilkan akting yang sekilas tak memperlihatkan banyak usaha, namun dalam ketenangannya kita tetap dalam merasakan gejolak pribadi yang Ia rasakan. Carlo Mirabella-Davis mampu membungkus isu kesehatan mental, kapitalisme, dan budaya patriarki dalam satu film dengan cerita dan tokoh yang ringkas dan tepat.
Baca Juga: Swallow Review
Babyteeth
Selalu ada film drama remaja coming of age yang menjadi bintang setiap tahunnya, untuk tahun ini Cultura memilih Babyteeth yang disutradarai oleh Shannon Murphy. Meski memiliki kisah tentang Mila yang didramatisir, tetap ada esensi seputar dunia remaja yang realistis dan patut kita pahami melalui film ini.
Babyteeth memadukan tema melankolis dan humor yang seimbang sebagai film drama remaja. Eliza Scanlen juga memberikan penampilan terbaiknya melalui film ini, banyak yang menggadang-gadang aktris muda ini sebagai the next Saoirse Ronan, sebagai aktris muda dengan banyak potensi.
Baca Juga: Babyteeth Review
The Trial of Chicago 7
Kembali ke tahun 1960-an di Amerika Serikat, The Trial of Chicago 7 memiliki isu serius dan monumental namun dibawakan dalam kemasan yang fresh dengan sedikit sentuhan heroik dan humor. Sekalipun kita tidak biasa menonton film legal drama, dijamin tetap bisa menikmati film satu ini. Perpaduan antara penulisan naskah dan editing menjadi kekuatan utama pada film karya Aaron Sorkin ini.
Baca Juga: The Trial of Chicago 7 Review
The Vast of Night
Sebagai film indie dengan produksi minimalis, The Vast of Night merupakan film yang memiliki kekuatan dalam penulisan naskahnya. Andrew Patterson membuktikan bahwa film bergenre fiksi ilmiah tak selalu harus membutuhkan budget besar dan visual dengan sinematografi mind blowing. Meski memiliki setting dan plot linear yang sederhana, setiap dialog dalam film ini memiliki esensi, sangat menghanyutkan dan menarik untuk diikuti.
Baca Juga: The Vast of Night Review
The Assistant
The Assistant merupakan film yang mengangkat isu seputar kesetaraan gender di dunia kerja, dan isu #metoo, dengan cara paling realistis dan elegan. Berbeda dengan film feminisme yang biasanya eye-catchy dan menghipnotis penontonnya dengan karakter wanita heroik dan powerfull, film debut Kitty Green ini menunjukan karakter wanita yang memiliki prinsip sekaligus rapuh dalam usaha mengungkap kebenaran.
Meski terlihat effortless, film ini sebetulnya mengandung kisah yang patut diangkat dengan detail-detail kecil yang sebetulnya memiliki arti untuk keseluruhan isu. The Assistant merupakan film yang memiliki pesan dan tujuan untuk diputar di bioskop, dan menuntut penonton mengambil peran dalam perubahan, karena protagonis dalam film ini tak mampu mengubah sistem sendirian.
Baca Juga: The Assistant Review
The Invisible Man
The Invisible Man menjadi judul wildcard dalam daftar film terbaik versi Cultura. Cukup serupa dengan The Assistant, The Invisible Man hendak memberikan pemahaman akan isu ketidakadilan pada kaum wanita dengan cara terbaiknya.
Sebagaimana unsur fiksi atau fantasi yang menjadi konsep dalam ceritanya, film yang digarap oleh Leigh Whannell ini hendak menggambarkan isu kekerasan pada wanita dengan cara yang unik dengan sentuhan thriller dan psychological suspense. Elisabeth Moss sebagai pemeran utama juga menyajikan kualitas akting yang menyakinkan dan membawa cerita dari awal hingga akhir.
Baca Juga: The Invisible Man
Additional List
Host
Host merupakan karya film hybrid yang lahir di tengah pandemi. Dengan genre horror dan konsep layar laptop yang sudah sering diangkat, Host secara mengejutkan akan melebihi ekspektasi penonton. Film ini menjadi salah satu film terbaik yang diproduksi secara terbatas pada masa pandemi namun tetap menyuguhkan kualitas maksimal.
She Dies Tomorrow
Satu lagi film yang cukup mewakili perasaan kita di masa pandemi ini adalah She Dies Tomorrow. Film ini memiliki konsep art house yang absurd dan idealis, menimbulkan ulasan dan kritik yang cukup variatif di media. She Dies Tomorrow merupakan film yang menyuguhkan sebuah pemikiran daripada sekedar kisah dengan plot.
- Tenet
- Nomadland
- Promising Young Woman