Quantcast
The Wonderful Story of Henry Sugar Review - Cultura
Connect with us
The Wonderful Story of Henry Sugar

Film

The Wonderful Story of Henry Sugar Review

Wes Anderson angkat karya Roald Dahl sebagai pertunjukan panggung “kecil” yang kreatif dan menyenangkan.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Film pendek merupakan pondasi dari karir Wes Anderson, sutradara papan atas yang terkenal dengan gaya narasi dan sinematografi ikonik. Ia mulai berkarya dengan menciptakan beberapa film pendek sebelum merilis film panjang pertamanya, “Bottle Rocket” pada 1996.

Meski kini sudah sukses di Hollywood dengan film-film durasi penuhnya seperti “Moonrise Kingdom”, “The Royal Tenenbaums”, hingga “The Grand Budapest Hotel” yang memborong banyak penghargaan Oscar, ia tak pernah melupakan film pendek.

Dalam mempoduksi “The Darjeeling Limited”, Anderson juga membuat film pendek “Hotel Chevalier” sebagai pembuka. Ia juga pernah menciptakan film pendek yang didedikasikan untuk perfilman Italia bertajuk “Castello Cavalcanti”. Serta menjadi sutradara dari iklan bergengsi untuk American Express. Kini, “The Wonderful Story of Henry Sugar” menjadi film pendek terbarunya yang tayang di Netflix. Diangkat dari cerita pendek bertajuk serupa oleh Roald Dahl pada 1977.

Dibintangi oleh Benedict Cumberbatch sebagai Henry Sugar, pria kaya karena warisan orang tua, melajang karena terlalu egois untuk berbagi kekayaan dengan pasangannya, serta memiliki hobi berjudi untuk menambah hartanya.

Suatu hari, ia menemukan catatan oleh seorang dokter tentang ‘pria yang bisa melihat tanpa menggunakan matanya’. Henry Sugar pun tertarik untuk mengungkap rahasia dari teknik tersebut untuk memudahkan dirinya ketika berjudi. Namun kisah ini akan membawa penonton pada pengalaman yang melampau ekspektasi dengan sentuhan Wes Anderson. Film ini juga dibintangi oleh Ralph Fiennes, Ben Kingsley, dan Dev Patel.

“The Wonderful Story of Henry Sugar” memiliki plot cerita di dalam cerita. Fiennes berperan sebagai Roald Dahl yang menceritakan kisah Henry Sugar dari perspektifnya. Cumberbatch sebagai Henry Sugar diceritakan menemukan catatan bertajuk “The Man Who Sees Without His Eyes”, yang kemudian menampilkan Ben Kingsley sebagai Imdad Khan, bagaimana karakternya menemukan dan mempelajari teknik ‘melihat tanpa mata’. Konsepnya mirip “Inception”, namun tentu saja dengan cita rasa original dari Anderson.

Setiap aktor pada dasarnya menjadi narator bagi kisahnya sendiri sepanjang film. Ini merupakan ‘buku yang difilmkan’, setiap aktor membawakan dialog seperti membaca novel, dimana mengundang humor tidak terduga pada beberapa adegan dengan gaya narasi seperti ini.

Kita bisa melihat alasan Wes Anderson masih menciptakan film pendek meski setelah kesuksesan film-film berdurasi penuhnya. Film pendek menjadi semacam taman bermain penuh eksperimen quirky tanpa tekanan yang tinggi, jelas ketika memproduksi film sebesar “The Grand Budapest Hotel” atau film terbarunya, “Asteroid City”.

“The Wonderful Story of Henry Sugar” terlihat seperti Anderson mengajak aktor a-list seperti Benedict Cumberbatch, Ralph Fiennes, dan Ben Kingsley untuk tampil di pertunjukan panggung kecilnya. Dengan desain produksi latar bergaya pertunjukan teater, hingga latar belakang jalanan tanpa usaha lebih menyembunyikan bahwa itu hanya layar dengan footage (daripada menggunakan CGI). Masih memikat dengan warna-warna pastel khas Anderson dan kostum-kostum yang unik.

Sebagai film berdurasi pendek, Anderson juga mampu mengaplikasikan berbagai elemen yang beberapa tahun ini ia kembangkan. Mulai dari animasi stop-motion, trik kamera yang eksperimental, gaya humor yang cerdas dan subtil, hingga komposisi adegan dalam frame yang penuh detail seperti pada “The French Dispatch”.

Sutradara seperti Wes Anderson ini yang selalu mengingatkan kita bahwa sutradara berbakat tidak pernah memiliki batasan. Mau dalam film panjang atau pendek, budget besar atau budget standar, eksekusi avant grande atau back to basic; jiwa sutradara tetap menjadi penentu utama dari kualitas suatu film. “The Wonderful Story of Henry Sugar” akan membangkitan apresiasi dan kekaguman pada film pendek. Film dengan porsi satu gigitan ini tetap menyajikan segalanya tentang keajaiban sinema seorang Wes Anderson yang kita eluh-eluhkan selama ini.

den of thieves 2: pantera den of thieves 2: pantera

Den of Thieves 2: Pantera Review

Film

Mufasa: The Lion King Review Mufasa: The Lion King Review

Mufasa: The Lion King Review – Asal-Usul Mufasa dalam Visual Spektakuler yang Kurang Menggigit

Film

Oscar 2025 Nominations: Snubs and Surprises

Entertainment

Nosferatu 2024 Nosferatu 2024

Nosferatu Review: Kisah Klasik Vampir yang Dibalut Visual Gotik Modern

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect