“Moving” menjadi K-drama superhero yang ramai di kalangan penonton Indonesia belakangan ini. Rilis pada awal Agustus kemarin, September ini sudah tiba pada finale dengan total 20 episode.
Sebelumnya kita telah mengulas bagaimana serial ini mengingatkan kita pada serial Amerika, “Heroes”, serta kekuatannya sebagai serial superhero yang lebih membumi dengan sentuhan drama manusianya. Tanpa nama panggung, tanpa jubah dan kostum yang mencolok. Oleh karena itu karakter-karakter dalam “Moving” lebih cocok disebut sebagai superhuman daripada superhero. Karena mereka pada akhirnya hanya manusia yang kebetulan terlahir dengan kekuatan super.
Ada yang direkrut menjadi agen rahasia ala FBI versi Korea Selatan, ada yang hanya bekerja sebagai supir bus, orang tua yang ingin melindungi anak mereka, hingga anak-anak muda yang masih duduk di bangku sekolah.
Banyak judul-judul superhero belakangan disebutkan menyajikan sisi humanis dari sosok dibalik topeng atau kostum yang flashy, namun “Moving” tampaknya menjadi sajian yang paling sempurna dalam mempresentasikan konsep cerita superhero dengan ‘latar belakang manusia’ sebagai kekuatan utamanya.
Ketika Superhero Adalah Orang Tua Yang Ingin Melindungi Anak Mereka
Superhero pada umumnya tampil sebagai pahlawan di panggung utama. Dieluhkan dan dipuja oleh masyarakat, dengan tugas utama dan dorongan pribadi untuk melindungi umat manusia dalam skala yang besar. Salah satu kekuatan utama “Moving” adalah bagaimana manusia-manusia super ini lebih mengutamakan pasangan dan anak mereka. Bahkan rela meninggalkan tanggung jawab yang sifatnya wajib di bawah naungan negara.
Karakter seperti Lee Mi-hyun, Kim Doo-shik, Jang Joo-won terutama, mengalami titik perubahan karakter sesungguhnya ketika lmereka menjadi orang tua. Superhero seperti Spider-Man, Ironman, The Flash, memiliki penokohan spesia karena jenis kekuatan yang mereka miliki. Namun karakter-karakter dalam “Moving” memiliki penokohan karena rasa cinta dan kekuatan yang mereka kerahkan untuk melindungi anak-anak mereka; sebagai seorang suami, istri, ayah, dan ibu.
Ini yang membuat “Moving” memiliki cerita yang senitmental dan mengharukan sekaligus tetap seru dengan berbagai aksi laganya. Lebih terasa mendebarkan hati melihat para orang tua dalam serial ini menggunakan kekuatan mereka untuk melindungi orang yang mereka sayangi dalam level personal.
Han Hyo-joo tampil bersinar sebagai sosok ibu yang overprotective. Begitu pula Ryu Seung-ryong dan Kim Sung-kyun sebagai sosok ayah siap siaga. Chemistry antara aktor orang tua dan anak dalam serial ini benar-benar berhasil meluluhkan hati penonton.
Latar Belakang Konspirasi Politik Korea Selatan dan Korea Utara
Salah satu latar belakang yang menggerakan plot “Moving” adalah persaingan sistem keamanan negara Korea Selatan dan Korea Utara dengan memanfaatkan manusia super.
17 episode pertama terlalu bias untuk perspektif karakter-karakter dari Korea Selatan. Padahal deretan karakter Korea Utara pada finale juga memiliki latar belakangan yang tak kalah bikin simpati untuk dieksplorasi. Latar belakangan konflik yang ditampilkan dalam “Moving” menjadi skenario sempurna pertarungan antar dua kubu manusia super yang akan membuat penonton dilema.
Pada awal kemunculan, beberapa karakter terlihat satu dimensional. Namun pada akhirnya berkembang sebagai karakter ‘penjahat’ dengan kisah hidup mereka yang ternyata sama-sama mengharukan dengan jagoan kita dari Korea Selatan. Latar belakang ini juga yang membuat “Moving” diisi dengan beberapa episode yang terasa elemen thriller spionase-nya. Memperlihatkan aksi-aksi pertahan negara di medan perang, maupun misi menyelundup dalam kubu lawan mengandalkan kekuatan para agen yang digunakan dengan strategi.
Episode 18-19 Jadi Penutup Season yang Spektakuler
Satu lagi kelebihan dari “Moving” adalah strategi perilisan episodenya yang tepat. Pada Agustus awal, serial ini langsung merilis 7 episode yang bisa kita binge di Disney+ Hotstar. Kemudian pekan selanjutnya, perilisan dibatasi dua episode saja dalam seminggu. Dimana setiap minggunya fokus mengeksplorasi latar belakang dari masing-masing karakter utama dengan adil.
Didominasi dengan kisah masa lalu dari para orang tua sebelum memiliki anak, kemudian bagaimana memiliki anak mengubah cara mereka dalam menggunakan kekuatan. Setelah merilis dua episode setiap minggu, “Moving” langsung merilis tiga episode untuk finale.
“Moving” finale ini sudah seperti “Avenger: Endgame”. Kalau para Avengers bersatu melawan Thanos, para orang tua manusia super dalam “Moving” bersatu melindungi anak-anak mereka. Mulai elemen thriller, laga yang memicu adrenalin, elemen emosional dari para orang dewasa yang berusaha melindungi anak-anak melebur menjadi tiga episode yang intens dan berkesan. Penuh dengan aksi bertarung yang menengangkan dan brutal dalam skala besar. Meski sekali lagi, CGI bukan menjadi kekuatan utama untuk kdrama superhero ini. Namun koreografi dan arahan alur bertarungnya sudah rapi sebagai satu babak pertarungan puncak yang megah.
Mungkin satu lagi kelemahan kecil dari K-drama ini adalah pembagian adegan flashback menuju episode-episode terakhir yang terasa rushing. Kembali lagi pada poin tentang eksplorasi karakter-karakter Korea Utara yang minim. Meski secara keseluruhan tidak terlalu membingungan dan nilai sentimentalnya masih tetap dapat.
Buat penggemar tontonan bertema superhero, “Moving” benar-benar sayang untuk dilewatkan. Durasi per episode sama dengan standar serial umum, kurang lebih 40 menit. 20 episode lengkap sudah bisa di-binge di Disney+ Hotstar.