“Arcane”, serial animasi yang diadaptasi dari dunia League of Legends, telah menjadi fenomena global setelah musim pertamanya. Serial yang dibintangi oleh Hailee Steinfeld dan Ella Purnell ini mendapatkan pujian berkat animasinya yang menakjubkan, ceritanya yang menarik, dan karakter-karakternya yang kompleks.
Menetapkan standar tinggi, menjadikan Season 2 sebagai salah satu serial yang paling dinantikan dalam beberapa tahun terakhir, dengan para penonton yang sangat ingin melihat bagaimana kisah Piltover dan Zaun akan berkembang.
“Arcane” Season 2 masih dikerjakan oleh studio yang sama dengan season perdananya, Studio Fortiche. Tak hanya konsisten, kualitas animasi season 2 telah melampaui season pertama. Meskipun budget 250 juta dollar Amerika terdengar sangat mengesankan (untuk serial animasi yang dirilis di Netflix), namun jelas “Arcane” lebih dari sekadar serial animasi terbaik karena budget maksimal.
Ini adalah bakat, kreativitas, dan semangat setiap talenta yang terlibat dalam mewujudkan proyek animasi ini.
Budget Maksimal, Kualitas Animasi Melampaui Season Pertama
Fortiche tidak hanya fokus pada adegan-adegan aksi spektakuler saja, mereka juga unggul dalam momen-momen emosional dengan still image yang dramatis. Salah satu adegan yang mengesankan dan viral adalah montage Caitlyn yang bergabung, yang merupakan hasil gambaran tangan dengan arang, kemudian dikombinasikan dengan elemen 3D.
Kemudian adegan yang lebih komikal ketika Heumerdinger panik setelah terkejut dalam suatu adegan. Matanya yang berkedip-kedip menciptakan keseimbangan antara humor dan realisme. Masih banyak lagi variasi eksekusi animasi yang disalurkan dengan detail melalui medium animasi.
Fortiche memahami bahwa ini adalah medium seni tanpa batas. Mengingatkan kita pada semangat serupa pada film animasi “Spider-Man: Into the Spider-Verse” (2018). Budget memungkinkan nilai produksi yang tinggi, tetapi semangat dan keterampilan tim Fortiche, penulis, dan musisi ‘lah yang telah menghidupkan serial animasi ini.
Dimanjakan dengan Sederet Karakter dan Pertarungan Epik
“Arcane” Season 2 meningkatkan standar dengan presentasi karakter yang luar biasa dan adegan pertarungan yang memukau. Dari pertarungan jalanan yang intens hingga pertempuran berkekuatan super antara para champion dari League of Legends.
Dimana semua champion akhirnya telah mencapai wujud komplit mereka sebagai karakter adaptasi video game-nya. Pertarungan tidak hanya terlihat memikat secara art, ada bobot dan kelancaran yang mulai jarang terlihat lam karya animasi 3D atau live-action dengan CGI penuh belakangan ini.
Musik juga memberikan pengaruh besar pada season kedua, memberikan elemen musikal yang melengkapi kedalaman presentasi karakternya. Keahlian Riot Games dalam menciptakan lagu-lagu ikonik terlihat jelas dalam montage seperti “Renegade (We Never Run)” dan “Cocktail Molotov”. Kemudian “Paint the Town Blue” yang menjadi simbol dari pemberontakan Zaun digawangi Jinx sebagai figurnya.
Duo alternatif Twenty One Pilots juga resmi merilis single terbaru mereka berjudul “The Line” yang membawa nuansa emosional mendalam sekaligus energi eksplosif. Lagu ini menggambarkan perjuangan, loyalitas, dan batasan moral yang dihadapi karakter dalam dunia Piltover dan Zaun.
Perkembangan Cerita dan Penokohan Terlalu Cepat
Meskipun “Arcane” Season 2 unggul dalam animasi dan musik, kekurangan season ini terletak ada pekembangan cerita dan penokohan yang terlalu cepat. Terutama pada tiga episode terakhir yang terasa sangat ngebut lepas dari hutang penjelasan akan berbagai fenomena dan peristiwanya.
Pacing yang cepat di Act III tidak hanya mempengaruhi akhir cerita, tetapi juga membuat seluruh musim terasa kurang jika dilihat kembali. Episode-episode sebelumnya mengatur konflik dan hubungan yang menarik, namun banyak dari benang merah ini diabaikan atau diselesaikan terlalu cepat untuk terasa bermakna. Loncatan waktu yang tiba-tiba, di mana karakter-karakter tampaknya memaafkan dan melupakan kesalahan masa lalu, terasa tidak pantas. Pergeseran ini merusak eksplorasi pertunjukan tentang ketidaksetaraan dan perjuangan kelas yang berakar dalam di Piltover.
Salah satu kekuatan utama Arcane adalah fokusnya pada tema-tema seperti pengampunan dan belas kasih. Namun, finalnya melewati kerja keras menyelesaikan konflik. Karakter-karakter tidak mengatasi kesalahan mereka atau mendamaikan perbedaan mereka—mereka hanya melanjutkan hidup. Akibatnya, pesan-pesan awal acara tentang perang kelas dan ketidakadilan sistemik dibiarkan menggantung, digantikan oleh alur cerita “bersatu melawan ancaman yang lebih besar” yang terburu-buru.
Sekalipun dengan kekurangan yang cukup krusial tersebut, “Arcane” Season 2 masih aman dalam deretan serial animasi adaptasi video game terbaik saat ini di Netflix. Terlebih adanya potensi eksplorasi lebih dari semesta League of Legends ke depannya.