Connect with us
The Penguin
Cr. HBO

TV

The Penguin Review: Era Baru Supervillain di Media

The Penguin menjadi pengingat bahwa tak semua villain butuh simpati dan pengampunan.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Penampilan Colin Farrell dalam “The Batman” (2022) telah menjadi pondasi dari antisipasi akan miniseries HBO, “The Penguin”. Namun tanpa menonton film superhero yang disutradarai oleh Matt Reeves tersebut, dijamin tetap bisa menikmati serial ini selama, kurang lebih, memahami Gotham City, penggemar semesta DC, dan serial bertema mafia.

“The Penguin” fokus pada sepak terjang Oswald “Oz” Cobb (alias The Penguin) di pasca meninggalnya Carmine Falcone, kepala dari Falcone, salah satu keluarga mafia yang berkuasa di Gotham City.  Satu “keteledoran” Oz telah membuatnya masuk dalam lingkaran perseteruan antara keluarga mafia Falcone dan Maroni.

The Penguin

Ketika Tak Ada Batman yang Menghalangi Aksi Para Mafia Gotham

“The Penguin” diciptakan oleh Lauren LeFranc, namun Matt Reeves masih ada dijajaran produser. Membuat serial ini masih memiliki tone yang serupa dengan film “The Batman”.

Serial ini adalah kisah dunia mafia kelas kakap di Gotham City tanpa ada intervensi Batman. Kalau menyukai semesta mafia seperti “Peaky Blinders”, “The Godfather”, terutama “The Sopranos”, dijamin akan sangat menikmati “The Penguin”.

Kita akan dibuat mendukung, bersimpati, hingga akhirnya membenci Oz yang sejatinya adalah villain dalam semesta DC. Berpindah-pindah “kesetiaan” demi kepentingannya sendiri di tengah konflik Falcone dan Maroni. Terutama dalam agenda menguasai jenis obat terlarang baru, Bliss. Oz percaya, siapapun yang ngendalikan Bliss akan menggenggam Gotham di tangan mereka.

“The Penguin” didominasi drama kriminal dengan percakapan-percekapan yang menegangkan dan berbobot. Mulai dari usaha mencapai kesepakatan dalam dunia mafia, hingga percakapan manipulatif yang mengintimidasi. Ada pula plot drama keluarga penuh tragedi yang mendukung emosi dalam cerita, terutama untuk latar belakang masing-masing karakter. Juga ada adegan aksi kejar-kejaran dan pertarungan gang dengan baku tembak dan ledakan.

The Penguin

Colin Farrell dan Sederet Aktor Lainnya Tampil Berkesan

Colin Farrell telah menuai pujian sebagai The Penguin dalam “The Batman”. Serial ini lebih dari sekadar mengeksploitasi momentum tersebut, namun menjadi penguat dari kesuksesan portrait DC villain terbaru di era modern ini (setelah Joker). Tak hanya didukung oleh tata rias yang juara, karakter Oz tidak akan meninggalkan kesan tanpa pendekatan Farrell dalam aktingnya.

Selain Colin Farrell, deretan cast utama “The Penguin” juga meninggalkan kesan yang tak kalah kuat. Cristin Milioti sebagai Sofia juga tampil mempesona sebagai antagonis utama. Latar belakang dan perkembangan karakternya yang kompleks berhasil dipresentasikan dengan padat dan semakin menguatkan serial “The Penguin”, mengeksplorasi sisi gelap dari Gotham.

Rhenzy Feliz sebagai Victor juga menjadi favorit penggemar. Karakternya menjadi representasi dilema moral yang dialami oleh pemuda dengan hati baik di Gotham. Tak lupa chemistry-nya dengan Oz yang mampu menyentuh sekaligus mematahkan hati penonton.

Deirdre O’Connell juga tampil total sebagai Francis, ibu Oz yang kompleks. Baik secara mental, maupun kondisi fisiknya yang semakin memburuk karena penyakit yang diidap. Interaksi Oz dengan setiap karakter memiliki kompleksitas emosi yang berkesan dan sulit untuk dilupakan dalam waktu singkat.

The Penguin

 

Alasan Formula Supervillain The Penguin Berhasil Memikat Penontonnya

Trend superhero dan supervillain di media telah mengalami perubahan dari masa ke masa. Beberapa tahun belakangan, villain kerap ditampilkan dengan skenario yang menimbulkan simpati pada penontonnya. Contoh yang paling terkenal seperti serial “Loki” hingga film “Joker” oleh Todd Phillips.

Ketika formula yang sama terus diulang-ulang, timbul kejenuhan dan hasrat akan trend baru. “The Penguin” tampil sebagai kisah supervillain tanpa rasa ampun yang segar tahun ini. Bahwa tidak semua orang villain adalah orang baik yang menjadi korban. Beberapa villain memang terlahir jahat dan tidak membutuhkan simpati sekalipun kita telah mengetahui latar belakang dan masa lalu mereka.

Namun hal tersebut tak lantas membatasi kita untuk terpikat dengan kisahnya. “The Penguin” berhasil mengembalikan villain pada tempatnya; penjahat, pengkhianat, licik, egois, dan psikotik. Penokohan tersebut ditampilkan dengan konsisten dari awal hingga episode terakhir.

Secara keseluruhan, “The Penguin” telah menjadi serial terbaru HBO yang memberikan penawar tidak terduga. Mengingat beberapa serial antisipatif tahun ini seperti “The Boys” Season 4 dan “House of the Dragon” Season 2 yang underwhelming. Semoga karakter villain dari DC dalam semesta ini kedepannya juga mendapatkan kualitas naskah yang sama memikatnya.

Arcane Season 2 Arcane Season 2

Arcane Season 2 Review: Animasi Menawan yang Terlalu Cepat Berakhir

TV

Gladiator I vs Gladiator II Gladiator I vs Gladiator II

Gladiator I vs. Gladiator II

Film

Gladiator II Gladiator II

Gladiator II Review: Mencoba Menggabungkan Keagungan Masa Lalu Dengan Pendekatan Modern

Film

The Cure Songs of a Lost World The Cure Songs of a Lost World

The Cure ‘Songs of a Lost World’ Refleksi Tentang Kehilangan

Music

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect