Quantcast
10 Film Hollywood dengan Estetika Jepang - Cultura
Connect with us
The Outsider Review
Netflix

Cultura Lists

10 Film Hollywood dengan Estetika Jepang

Sederet film Hollywood original yang mengadaptasi budaya Jepang. 

Film Hollywood dengan estetika Jepang sudah cukup lama menjadi bagian dari industri perfilman mainstream. Seperti baru-baru ini saja, “Bullet Train” merupakan film laga Hollywood terbaru yang mengadaptasi estetika Jepang futuristik sebagai latarnya.

”The Fast and the Furious: Tokyo Drift” (2006) juga merupakan salah satu film Hollywood yang memanfaatkan pesona Tokyo, ibu kota Jepang yang kerap menjadi latar seru untuk film bergenre laga dengan kehidupan kriminal.

Banyak sineas Hollywood sangat kagum dengan kebudayaan Jepang. Ada yang memilih untuk me-remake judul Jepang, namun yang lebih kreatif memilih untuk menulis naskah baru. Ada yang benar-benar mengadaptasi kebudayaan Jepang sebagai intisari cerita, atau sekadar ‘meminjam’ estetika Jepang sebagai aset pendukung yang menunjang vibe dan visual. Berikut sederet rekomendasi film Hollywood dengan estetika Jepang.

Black Rain (1989)

Tak hanya dalam film terbaru saja, demam kebudayaan Jepang di Hollywood sebetulnya sudah ada sejak lama. Salah satu judul klasik film Hollywood dengan estetika Jepang adalah “Black Rain” yang disutradarai oleh Ridley Scott dan dibintangi oleh Michael Douglas dan Andy Garcia.

Bercerita tentang dua polisi New York yang ditugaskan untuk mengawasi kriminal dengan latar belakang anggota Yakuza untuk kembali ke Osaka, Jepang. “Black Rain” juga melibatkan aktor Jepang, Yusaku Matsuda, Ken Takakura, dan Tomisaburo Wakayama.

Sayonara (1957)

Selain film laga, romansa dengan latar belakang Jepang kerap mewarnai fantasi sineas Hollywood. Salah satu film Hollywood bergenre romansa dengan latar Jepang adalah “Sayonara”. Dimana aktor Marlon Brando beradu akting dengan aktris Jepang, Miiko Taka sebagai pasangan interracial.

Bercerita tentang anggota angkatan udara Amerika yang sedang bertugas di Kobe, Jepang saat Perang Korea. Ia jatuh cinta dengan seorang wanita penghibur berdarah Jepang, Hana-ogi. Namun pada masanya, pernikahan interracial merupakan tindakan ilegal di bawah hukum Amerika Serikat.

The Yakuza (1974)

Selain samurai dan geisha, salah satu ‘karakter’ Jepang favorit yang kerap diromantisir oleh Hollywood adalah komplotan yakuza. Sama halnya dengan trend mafia di industri film secara umum.

“The Yakuza” merupakan yang disutradarai oleh Sydney Pollack, dibintangi oleh aktor Robert Mitchum. Bercerita tentang Harry Kilmer, mantan detektif asal Amerika yang bertolak ke Jepang untuk membantu temannya, George. Dimana anak perempuan George diculik oleh komplotan yakuza.

The Outsider (2018)

“The Outsider” merupakan film tentang yakuza yang underrated di Netflix. Dibintangi oleh Jared Leto, sebagai tentara Amerika yang terjebak di Jepang setelah Perang Dunia II berakhir. Memiliki kehidupan yang tak menentu, Ia pun masuk dalam lingkaran yakuza dan memulai perjalanan untuk mendapatkan kelayakan sebagai yakuza meski dengan statusnya sebagai gaijin (orang asing).

Film yakuza ini memiliki pendekatan naskah yang lebih fokus pada nilai-nilai ‘moral’ dan prinsip yakuza. Minim adegan laga, namun sekalinya ada tampak sangat brutal dan sadis.

The Last Samurai (2003)

Film yang dibintangi oleh Tom Cruise dan Ken Watanabe ini merupakan salah satu film Hollywood dengan estetika Jepang paling ikonik hingga saat ini. Narasi protagonisnya cukup serupa dengan “The Outsider”, dimana seorang gaijin mempelajari gaya hidup orang Jepang, yang kali ini adalah prinsip, pengabdian, dan seni bertarung samurai.

Nathan Algren adalah mantan tentara yang direkrut untuk melatih orang Jepang bertempur dengan senjata dari negeri barat. Tidak setuju dengan kekaisaran yang mengalami westernisasi, Ia mempersiapkan pasukan amatir untuk bertempur melawan klan samurai terakhir. Namun Algren justru berkenalan dengan Katsumoto sebagai kepala klan samurai dan mendapatkan pencerahan hidup setelah cukup lama dihantui oleh trauma dari medan perang.

Kill Bill: Vol. 1 (2003)

“Kill Bill: Vol.1” merupakan salah satu film terbaik dari katalog Quentin Tarantino. Pada film pertamanya dalam trilogy ini, The Bride berhadapan dengan O-Ren Ishii (Lucy Liu), kepala komplotan yakuza-nya sendiri. O-Ren Ishii memiliki tampilan khas Jepang dalam balutan kimono putih dalam adegan bertarung utama di film ini.

Ada pula karakter Jepang lainnya, Gogo Yubari, salah satu anak buah O-Ren Ishii dengan kemampuan bertarung handal, tampil menarik dengan seragam sekolah khas murid Jepang.

Lost in Translation (2003)

“Lost in Translation” merupakan film drama arahan Sofia Coppola, dibintangi oleh Bill Murray dan Scarlette Johansson. Bercerita tentang Bob, seorang aktor yang bertolak ke Tokyo, Jepang untuk syuting film. Ia pun bertemu dengan Charlotte, seorang wanita yang meninggalkan suaminya. Keduanya pun menghabiskan waktu bersama di Tokyo, mengisi kekosongan satu sama lain sebagai teman seiring interaksi terasa semakin dekat.

Kate (2021)

“Kate” merupakan film Netflix Original yang dibintangi oleh Mary Elizabeth Winstead. Ia berperan sebagai Kate, pembunuh bayaran yang sedang menjalankan misi terakhirnya di Osaka. Namun, kate justru terkena diracuni dan hanya memiliki waktu selama 24 jam untuk balas dendam sebelum meninggal sia-sia.

“Kate” memiliki visual Jepang futuristik di malam hari dengan gemerlap gedung-gedung modern. Menjadi latar dari aksi kejar-kejaran dan baku tembak Kate dengan sindikat kriminal yang menjadi musuhnya.

Isle of Dogs (2018)

Wes Anderson merupakan sutradara Hollywood ikonik yang mengaku mencintai budaya Jepang. “Isle of Dogs” merupakan film animasi yang menjadi wujud cintanya terhadapan kebudayaan Jepang dan hewan anjing.

Berlatar di kota Jepang imajinasi Wes Anderson, Megasaki, dipimpin oleh walikota pecinta kucing yang ingin memusnahkan anjing di kotanya. Ketika semua anjing di karantina di pulau terpencil, seorang bocah nekat  menyelamatkan anjingnya.

Big Hero 6 (2014)

“Big Hero 6” merupakan film animasi Disney yang mengambil referensi dari komik Marvel dengan judul serupa. Namun dikembangkan untuk menjadi naskah yang baru dan lebih seusia dengan audience anak-anak. Film animasi ini memadukan antara latar belakang Amerika dengan Jepang. Menciptakan latar lokasi imajinatif, San Fransokyo, perpaduan antara San Francisco dan Tokyo.

Deretan karakter juga memiliki lineup perpaduan antara dua kebudayaan ini. Hiro Hamada menjadi protagonis dalam kisah ini yang hendak balas dendam atas kematian kakaknya dalam insiden yang telah direncanakan.

Babygirl Babygirl

Babygirl Review: Drama Erotis Tentang Kekuasaan dan Hasrat

Film

den of thieves 2: pantera den of thieves 2: pantera

Den of Thieves 2: Pantera Review

Film

Mufasa: The Lion King Review Mufasa: The Lion King Review

Mufasa: The Lion King Review – Asal-Usul Mufasa dalam Visual Spektakuler yang Kurang Menggigit

Film

Oscar 2025 Nominations: Snubs and Surprises

Entertainment

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect