Kate (Mary Elizabeth Winstead) adalah seorang pembunuh bayaran yang bekerja di bawah komando Varrick (Woody Harrelson). Setelah menjalankan sebuah misi yang meninggalkan trauma, Kate memutuskan untuk pensiun dengan harapan memulai kehidupan yang sesungguhnya. Sebuah misi terakhir mengubah haluan Kate untuk melancarkan balas dendam, atau hidupnya akan berakhir sia-sia.
Disutradarai oleh Cedric Nicolas-Troyan, “Kate” merupakan sebuah film aksi yang meleburkan dua referensi budaya, Hollywood dan Jepang. Sama halnya romantisme pada gaya hidup mafia Italia, Hollywood dan segenap penikmat film aksi mengakui Yakuza sebagai “budaya” yang keren dari Jepang.
Netflix sendiri telah menghasilkan beberapa film dengan pengaruh Jepang seperti “The Earthquake Bird” (2019) dan “The Outsider” (2018). “Kate” menjadi produk baru dengan cita rasa jika John Wick adalah pembunuh bayaran wanita yang berdomisili di Jepang.
Film Aksi Balas Dendam Mainstream dengan Suasana Baru
“Kate” merupakan film laga dengan alur cerita yang sudah tidak asing lagi; dengan protagonis pembunuh bayaran yang lihai, balas dendam, karakter sidekick yang unik, dan pastinya sekuen adegan pertarungan yang brutal.
Naskah dieksekusi dengan plot kronologis yang mudah diikuti, mulai dari prolog, memasuki babak utama kisah Kate hingga akhir film. Dimana objektif utama protagonis dalam kisah ini hanya ingin melancarkan balas dendam sebelum waktunya habis. Kemudian kita akan dibawa pada sebuah perjalanan menaklukan setiap “boss” pada check point tertentu untuk mencapai “big boss”.
Ketika kita mengira perjalanan telah usai, plot twist ditambahkan sebagai objektif baru untuk akhir yang lebih dramatis. Sayangnya, ada beberapa karakter pendukung yang cukup menarik namun kurang ditonjolkan secara penokohan.
Sebagai film aksi berlatar di Jepang, nuansa yang terpancar dari “Kate” terasa lebih fresh dan baru. Terlepas dari cerita yang sudah sangat mainstream dan sudah terlalu sering kita temukan, terutama buat penggemar film aksi bertema mafia atau pembunuh bayaran.
Setiap adegan krusial diiringi dengan soundtrack Jepang modern yang futuristik. Kita juga akan lebih banyak melihat aktor Jepang dalam film ini. “Kate” juga memiliki dialog bilingual dengan porsi nyaris seimbang. Awalnya mungkin terasa mengganjal, namun seiring berjalanan film kita akan semakin terbiasa.
Panorama Kota Tokyo Menjadi Saksi Laga Brutal
Masih bicara tentang “Kate” yang berlatar di Jepang, panorama Tokyo pada malam hari dimaksimalkan secara maksimal untuk memberikan sinematografi yang memikat. “Kate” sendiri memiliki tema latar Jepang futuristic, dengan warna-warna neon dominan merah muda yang kontras dengan langit malam.
Dari adegan prolog, nuansa bubblegum pop langsung terasa mengiringi truck berwarna pink yang mengangkut pembunuh berdarah dingin. Kemudian adegan pengejaran dengan Kate dalam mobil neon pink, juga menjadi pembuka yang cukup mengakselerasi adrenalin.
“Kate” menghadirkan sekuen adegan pertarungan masal dengan koreografi yang diarahkan dengan baik. Mulai dari pertarungan di gang-gang Roppongi, restoran private ala Jepang dengan geisha, hingga gedung-gedung bertingkat yang memperlihatkan pemandangan malam kota Tokyo secara maksimal. Mary Elizabeth Winstead berhasil mengeksekusi setiap adegan pertarungan dengan mantap, didukung dengan para stunt sebagai pendukung aktris utama.
Ani (Miku Martineau), aktris keturunan Jepang menjadi sidekick Kate dengan sense of fashion ala Harajuku yang memenuhi ekspektasi kita akan remaja eksentrik dari Jepang. Kehadiran Ani tak hanya menjadi “pemanis” yang mengikuti Kate sebagai karakter yang lebih serius, namun memberikan sentuhan emosional pada keseluruhan kisah Kate.
Mary Elizabeth Winstead Kembali Memukau Dalam Film Laga
Dari banyak filmography Mary Elizabeth Winstead, film dengan genre action tampaknya menjadi “rasa” yang paling dinikmati oleh aktris ini. Ia memiliki modal sebagai pemeran protagonis yang mampu memberikan kesan pada sebuah film. Seperti pada film “Final Destination 3” (2006) dan “10 Cloverfield Lane” (2016).
Genre aksi seakan menjadi “bumbu” yang memberi rasa sedap pada karir Mary sebagai seorang aktris Hollywood. Belum lama ini, Ia menarik perhatian melalui “Bird of Prey: Harley Quinn” (2020) sebagai Huntress.
“Kate” menjadi pemuas bagi yang ingin melihat aksi Mary sebagai pemeran utama dalam sebuah film laga. Ia tampak sangat menikmati tampil menjadi protagonis wanita yang badass dalam film ini. Harus menjalankan misi terakhir dengan keadaan sekarat, Mary mampu menghadirkan akting yang memadukan kelemahan dengan kelincahan, dengan taburan ‘swag’ yang muncul secara alami dari pembawaan sang aktris.
Netflix belakangan ini merilis cukup banyak film bergenre action thriller, namun tak sedikit yang mengecewakan sekalipun dibintangi aktor besar. Salah satu contoh terbaru adalah “Beckett” yang dibintangi oleh John David Washington. “Kate” akhirnya menjadi film action terbaru Netflix yang enjoyable untuk ditonton.