Beberapa tahun ke belakang, David Leitch dikenal sebagai salah satu sutradara yang kerap menghadirkan berbagai film laga. Setelah ‘Hobbs & Shaw’ dan ‘Nobody’ yang mendapatkan respon baik dari penikmat sinema, sang sutradara kembali lagi melalui film terbarunya yang berjudul ‘Bullet Train’.
‘Bullet Train’ merupakan film aksi komedi arahan David Leitch yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Kotaro Isaka. Dibintangi oleh Brad Pitt dan berbagai aktor-aktor Hollywood ternama lainnya, film ini membawa penonton dalam kisah Ladybug dan berbagai pembunuh bayaran yang menaiki satu kereta Shinkansen. Mereka semua secara tak langsung berkaitan dan harus berhadapan satu sama lain, tanpa sadar mengenai ancaman sesungguhnya di depan mata.
Salah satu hal yang memikat dalam ‘Bullet Train’ ini adalah ensemble cast yang tergolong meriah. Selain Ladybug yang diperankan oleh Brad Pitt, masih ada berbagai karakter lain yang meramaikan main plot. Berbagai karakter ini memiliki ciri khasnya dan penonton seakan diberi waktu lebih dalam memahami karakternya.
Tak hanya itu, ensemble cast tersebut ditampilkan dengan baik oleh para aktor-aktris yang terlibat dalam ‘Bullet Train’. Dari sekian banyak pemeran, kombinasi antara Aaron Taylor-Johnson dan Brian Tyree Henry-lah yang paling bersinar. Interaksi dua karakter inilah yang membuat film aksi ini tampak lebih hidup sepanjang durasinya.
Walau begitu, penceritaannya bukanlah salah satu poin baik dari film arahan David Leitch ini. Alih-alih tampil grounded seperti ‘Hobbs & Shaw’ dan ‘Nobody’ beberapa waktu lalu, ‘Bullet Train’ banyak bermain dengan alur maju-mundur yang diulang berkali-kali demi meng-elaborate cerita utamanya. Alur seperti ini juga difungsikan sebagai elemen untuk menyatukan kisah berbagai karakter yang terhubung secara virtual, meski pada akhirnya langkah tersebut dilakukan untuk menutup hambarnya main plot dari film tersebut.
Layaknya beberapa film terbarunya, David Leitch tetap berhasil mengemas berbagai adegan laga yang disajikan dalam ‘Bullet Train’. Berbagai laga tersebut mampu beberapa kali memicu adrenalin penonton, meski memang kali ini sang sutradara memberikan jeda yang membuatnya tidak full-blown action semata. Akan tetapi, elemen komedi yang diselipkan terasa hit-and-miss bila dibandingkan dengan ‘Deadpool 2’ maupun ‘Hobbs & Shaw’.
Selain itu, aspek teknis dari ‘Bullet Train’ tampil menawan. Permainan visual bertema neon dengan gaya presentasi ala anime melebur dengan baik sepanjang film. Camera work dan scoring berpadu untuk memberikan pengalaman sinematik yang menarik.
Akhir kata, ‘Bullet Train’ hadir dengan sajian laga yang seru serta ensemble cast yang memiliki ciri khasnya masing-masing dengan selipan komedi tipis-tipis. Akan tetapi, aspek penceritaan maju mundurnya membuat filmnya terasa menutupi main plot-nya yang membosankan.