Quantcast
House of the Dragon Season 2 Review: Filler Season yang Bikin Frustrasi - Cultura
Connect with us
House of the Dragon Season 2
HBO

TV

House of the Dragon Season 2 Review: Filler Season yang Bikin Frustrasi

Tidak sepanas musim perdana namun masih bikin penasaran untuk musim selanjutnya.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Cukup menarik bagaimana dua serial paling antisipatif periode ini memiliki masalah yang sama; “The Boys” Season 4 dan “House of the Dragon” Season 2. Kedua serial andalan platform masing-masing (Prime Video dan HBO/MAX) adalah filler season yang tidak memberikan perkembangan cerita signifikan.

Namun lepas dari opini tersebut, para penonton masih akan menanti “House of the Dragon” Season 3 dengan rasa frustrasi. Dibandingkan dengan Season 1 episode perdananya dan finale yang berkesan, Season 2 diawali dengan episode underwhelming dan diakhiri dengan episode anti-klimaks.

“House of the Dragon” Season 2 merupakan kelanjutan langsung pasca tragedi Aemond Targaryen dan Lucerys Velaryon. Ketika kita berpikir bahwa The “Black” Queen Rhaenyra Targaryen akan lebih ganas di musim selanjutnya, Rhaenyra masih tidak menunjukan perkembangan karakter yang signifikan pasca meninggalnya putra tercinta.

Melihat kembali kedelapan episode Season 2, tidak banyak momen berkesan. Jika sedikit masalah dari Season 1 adalah plot yang rushing dengan lompatan timeline hingga bertahun-tahun, “House of the Dragon” Season 2 sebaliknya mengulur-ngulur waktu menuju peristiwa utama dari “Fire & Blood” yaitu Dance of the Dragons.

(Slight Spoiler!) Ulasan ini mengandung spoiler

House of the Dragon Season 2

Rhaenyra yang Masih Mengusahakan Perdamaian, Daemon Terjebak di Harrenhal

“House of the Dragons” musim perdana diakhiri dengan penampilan Emma Darcy yang berkesan sebagai Rhaenyra, menunjukan ekspresi berkabung yang bertransformasi menjadi murka setelah mendengar kabar tentang putranya, Lucerys.

Adegan mengesankan tersebut seperti tidak ada artinya ketika selama setengah Season 2 Rhaenyra tampil tak berdaya sebagai pemimpin, mengharapkan perdamaian, dan mengusahakan diplomasi yang dipaksakan. Narasi semakin jelas bias terhadap Rhaenyra, mempresentasikannya sebagai karakter yang “baik” dalam perang saudara ini.

Serupa dengan Rhaenyra yang mencuri hati sebagaian besar penggemar musim lalu, Daemon Targaryen adalah karakter yang dipuja-puja lepas dari berbagai tindakan kriminal yang telah ia lakukan. Mempertahankan presentasi Harrenhal sebagai kastil berhantu dan terkutuk dalam semestanya, memberikan sajian baru dalam “House of the Dragon” Season 2. Namun mengurung Daemon dan Caraxes sepanjang musim di Harrenhal bukan plot yang disambut dengan positif. Sekalipun ini semacam ‘redemption season‘ bagi Daemon.

Sementara kubu hijau juga memiliki masalahnya sendiri dengan Aegon yang mengalami krisis kepemimpinan, Aemond yang bertransformasi sebagai sosok tiran, hingga Helaena yang kehadiran karakternya semakin terasa dalam “House of the Dragon”. Selain turbulensi emosi yang dialami oleh Alicent Hightower, hubungan gelapnya dengan Criston Cole terasa seperti gimmick romansa, hanya untuk menambahkan cela pada kubu hijau.

House of the Dragon Season 2

Kurang Aksi, Kebanyakan Strategi dan Konspirasi Terlupakan

Banyak dari kita memiliki ekspektasi tinggi untuk “House of the Dragon” Season 2, terutama untuk aksi sederet naga dalam perang saudara ini. Season 2 berada di puncak setidaknya ada Episode 4 dan Episode 7. Hanya di dua episode tersebut kita disajikan skenario showcase naga-naga dengan sinematografi memukau, koreografi visual pertarungan antar naga yang epik, serta merasakan ketegangan dan teror dari semburan api naga yang membara.

“House of the Dragon” mengandalkan practical effect yang maksimal untuk episode-episode ini. Ini mengapa serial naga produksi HBO ini masih diakui sebagai serial dengan presentasi naga terbaik saat ini. Namun setelah melihat produksi yang rumit dengan mengadalkan api menggunakan practical effect dan CGI naga yang berkualitas tinggi, sepertinya bagian produksi cukup berat di budget serta usaha di lapangan. Sayang sekali ternyata tim produksi serial ini tidak semaksimal yang kita bayangan, setidaknya untuk musim ini.

Ada satu potensi showcase naga ketika Aemond menyerang Sharp Point setelah Episode 7. Namun peristiwa tersebut dilewatkan begitu saja pada finale. Ada kematian yang monumental pada Season 2, beberapa perjanjian dan aliansi terbentuk, namun setelah seminggu atau dua minggu “House of the Dragon” Season 2 selesai mengudara, mungkin masih harus diingat kembali ketika Season 3 rilis. Sedikit hal monumental terjadi pada musim ini untuk mudah dilupakan.

Episode 7 adalah Episode Terbaik

Episode 4 jadi satu episode besar, namun Episode 7 masih jadi yang terbaik. Ini menjadi episode dimana Rhaenyra memutuskan untuk membentuk Army of Bastards. Mengijinkan anak-anak haram berdarah naga untuk mengklaim Seasmoke, Silverwing, dan Vermithor. Sebelum Episode 7, pertemuan Addam of Hull dengan Seasmoke juga menjadi adegan yang diarahkan dengan baik. Kemudian highlight pada Episode 7 pastinya adalah ketika sekelompok keturunan haram hendak mengklaim Vermithor.

Menjadi presentasi yang menarik bagaimana setiap ritual mengklaim naga ditampilkan berbeda-beda,tergantung dengan sifat naganya. Hal ini memberikan presentasi menarik untuk karakteristik setiap naga di semesta serial ini. Sejauh ini, interkasi dan komunikasi manusia dengan naga dalam “House of the Dragon” melampaui “Game of Thrones”, dimana dulu yang kita tahu hanya Daenarys Targaryen menyerukan ‘dracarys‘.

Episode 7 sebetulnya lebih cocok dijadikan sebagai episode finale dengan adegan penutup Rhaenyra sebagai Queen of Dragons. Bisa menjadi presentasi visual konsisten dari episode perdana dan finale Season 1. Sementara Episode 8 atau finale akan lebih memikat sebagai episode perdana Season 3 dengan bercabangnya plot untuk setiap karakter. Karena presentasi episode finale-lah yang membuat “House of the Dragon” Season 2 meninggalkan rasa frustrasi pada penontonnya.

Arcane Season 2 Arcane Season 2

Arcane Season 2 Review: Animasi Menawan yang Terlalu Cepat Berakhir

TV

The Penguin The Penguin

The Penguin Review: Era Baru Supervillain di Media

TV

The Boys Season 3 The Boys Season 3

The Boys Season 4 Review: Bukan Season Terkuat dari Serial Superhero Terbaik Saat Ini

TV

The Boys Season 3 The Boys Season 3

5 Hal Yang Patut Dinantikan dari “The Boys” Season 4

Cultura Lists

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect