Quantcast
Stranger Things: Season 5 Vol. 1: Kembalinya Hawkins dalam Pertempuran Gelap dan Emosional - Cultura
Connect with us
The Housemaid Korea
Cr. Netflix

TV

Stranger Things: Season 5 Vol. 1: Kembalinya Hawkins dalam Pertempuran Gelap dan Emosional

Awal penutup saga yang memuat ketegangan tinggi, nostalgia 80-an, dan konflik batin para pahlawan kecil Hawkins.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Stranger Things: Season 5, Volume 1 menandai dimulainya akhir dari perjalanan panjang salah satu serial fenomenal era streaming. Musim terakhir ini dibagi menjadi tiga bagian, dengan Volume 1 terdiri dari empat episode yang tayang di Netflix sejak 26 November 2025 (dan di Indonesia 27 November 2025). Keempat episode ini memperlihatkan konflik besar antara geng Hawkins dan ancaman supernatural terbesar mereka—Vecna—dengan ketegangan dan nuansa yang lebih gelap daripada musim sebelumnya.

Plot Volume 1 langsung menempatkan penonton dalam suasana mencekam: Hawkins berada di bawah pengawasan militer sementara ancaman dari Upside Down semakin nyata. Setiap episode menggabungkan aksi, horor, dan drama emosional saat para karakter dewasa dan remaja berusaha menghadapi ancaman terakhir ini. Dari pembukaan di “The Crawl” yang langsung menciptakan tekanan, hingga klimaks besar di “Sorcerer,” Volume 1 membangun momentum yang kuat menuju konflik besar di episode-episode berikutnya.

Script dan struktur naratifnya menunjukkan usaha untuk menyatukan banyak benang cerita yang telah terbentang selama lima musim, sambil memperkenalkan dinamika konflik yang lebih serius dan emosional. Fokus bukan hanya pada makhluk dan aksi, tetapi juga pada trauma yang dialami para tokoh—terutama Eleven, Will, dan Dustin—yang masing-masing menghadapi tekanan batin mereka sendiri. Beberapa kritikus memuji cara serial memadukan genre horor, petualangan, dan drama karakter, meskipun ada pula yang merasa beban cerita dan mitologi yang luas kadang membuat alur terasa penuh dan kurang fokus.

Sinematografi “Stranger Things Season 5” tetap berada pada kualitas tinggi yang telah menjadi ciri seri ini. Palet warna cenderung lebih gelap dan atmosfer lebih mencekam, mencerminkan eskalasi ancaman dari Upside Down. Teknik pengambilan gambar menggunakan banyak sudut sempit dan pencahayaan redup untuk menciptakan suasana horor yang intens, sementara transisi visual antara dunia nyata dan dunia lain makin diperhalus dengan efek yang kuat namun tetap bertaut erat dengan estetika 80-an yang ikonik. Banyak momen tensi tinggi, terutama pada adegan pengejaran atau konfrontasi dengan makhluk, yang dipadukan dengan framing sinematik yang memaksimalkan ketegangan.

Akting para pemeran utama menjadi salah satu fondasi emosional Volume 1. Millie Bobby Brown kembali memerankan Eleven dengan nuansa lebih gelap, memperlihatkan seorang pahlawan yang bukan hanya kuat secara fisik tetapi juga rapuh secara batin. Winona Ryder (Joyce) dan David Harbour (Hopper) membawa beban emosional sebagai figur orang tua dan pemimpin yang lelah namun tak pernah menyerah. Sedangkan Noah Schnapp (Will) menunjukkan perkembangan karakter yang signifikan, terhubung langsung dengan Ancaman Vecna dengan cara yang mengejutkan. Selain itu Sadie Sink (Max), Finn Wolfhard (Mike), Gaten Matarazzo (Dustin), dan aktor pendukung lain semuanya membuktikan kekuatan aktorial yang membantu memperkaya cerita.

Beberapa poin kuat Volume 1 adalah kemampuannya memadukan ketegangan supernatural dengan drama karakter yang kompleks. Ketika Stranger Things pertama kali muncul, daya tariknya adalah nostalgia 80-an dan petualangan remaja menghadapi dunia tak terlihat. Kini, nostalgia itu dibumbui dengan urgensi tingkat tinggi dan konsekuensi emosional yang lebih berat, termasuk tema tentang trauma, kehilangan, dan persahabatan yang diuji. Adegan seperti konflik batin Will atau upaya tim Hawkins mempertahankan persatuan mereka menunjukkan perkembangan cerita dari tontonan ringan menjadi drama epik dengan banyak lapisan.

Namun, Volume 1 bukan tanpa kelemahan. Beberapa penonton mengkritik pacing yang terasa lambat di beberapa bagian, serta plot yang, menurut sebagian ulasan, cenderung mengulang formula lama—menciptakan rencana, mengeksekusi, dan menghadapi kegagalan—tanpa memberikan terobosan naratif yang benar-benar segar. Ada juga komentar bahwa beberapa subplots terasa agak berdesakan di tengah fokus besar pada ancaman Vecna dan hubungan antar tokoh.

Secara keseluruhan, Stranger Things: Season 5, Volume 1 merupakan pembuka penutup yang solid dan memuaskan: gelap, emosional, dan penuh dengan momentum yang membangun harapan besar untuk Volume 2 dan finale. Meski menarik kritik minor, Volume 1 berhasil mempertahankan daya tarik cerita dan karakter yang telah membuat serial ini dicintai selama bertahun-tahun.

Netflix Akuisisi WBD: Era Baru Atau Awal Keruntuhan Hollywood Lama?

Entertainment

Ketika Netflix Mengincar WBD: Akankah Budaya Pop Global Berganti Penjaga?

Entertainment

Shōgun: Epos Politik dan Budaya yang Dibangun dengan Keheningan, Darah, Serta Ketelitian

TV

years of living dangerously 2014 years of living dangerously 2014

Years of Living Dangerously: Ketika Krisis Iklim Menjadi Wajah Manusia, Bukan Angka

TV

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect