Connect with us
Oppenheimer & Maestro
Cr. Universal Pictures

Entertainment

Oppenheimer & Maestro: Film Biopik yang Miliki Banyak Kesamaan

Film biopik Bapak Atom dan konduktor legendaris Amerika berikut sebetulnya memiliki banyak kesamaan.

Film biopik menjadi tren dalm industri perfilman yang tak pernah ada matinya. Apalagi di era modern dengan jejak tokoh bersejarah dan publik figur ikonik di belakang kita, menjadi tambang materi bagi para filmmaker yang tidak ada habisnya. Namun, berapa film biopik yang benar-benar dieksekusi sebagai masterpiece dan patut diapresiasi?

Pada 2023 kemarin, “Oppenheimer” dan “Maestro” menjadi dua film terbaik menurut Cultura. Meski pun film Christopher Nolan tentang Bapak Atom jelas lebih meledak di pasaran, “Maestro” dibintangi dan disutradarai oleh Bradley Cooper yang kalah pamor sebetulnya tidak jauh berbeda level produksinya.

Di tengah metode yang generik dan pemujaan berlebihan pada nilai akurasi dalam film biopik, Nolan dan Cooper jelas melihatkan usaha lebih untuk menghidari eksekusi tersebut. Mereka ingin film biopiknya berbeda dari yang lain. Berikut pembahasan lengkap tentang berbagai kesamaan produksi maksimal antara “Oppenheimer” dan “Maestro”.

Maestro Review

Cr. Netflix

Angkat Kisah Dua Tokoh Bersejarah Asal Amerika Serikat

J. Robert Oppenheimer adalah fisikawan Amerika yang terkenal karena memimpin Proyek Manhattan, pengembangan bom atom selama Perang Dunia II. Lahir pada tahun 1940, Oppenheimer dikenal karena kontribusinya dalam fisika teoritis, terutama dalam mekanika kuantum dan relativitas. Bom atom yang berhasil ia kembangkan kemudian digunakan pada pengeboman Hiroshima dan Nagasaki di penghujung Perang Dunia II. Pengeboman tersebut kemudian memunculkan perdebatan etis dan moral. Meskipun kontroversial, warisannya sebagai ilmuwan dan pemikirannya tetap meninggalkan warisan signifikan dalam sejarah.

“Oppenheimer” fokus pada perjalanan sang bapak atom sebelum, pasca, dan sesudah Proyek Manhattan. Terutama proses pengembangan senjata nuklir di Proyek Manhattan. Tak hanya mengeksplorasi dari sudut pandang teori ilmu praktis, ada perdebatan dan diskusi seputar moral, politik, hingga pergulatan pribadi yang harus dialami oleh Oppenheimer yang diperankan oleh Cillian Murphy sebagai figur yang telah melepaskan kekuatan terbesar dalam sejarah umat manusia.

Leonard Berstein adalah seorang konduktor dan komposer terkenal yang membawa inovasi ke dunia musik klasik. Karirnya yang gemilang mencakup kepemimpinannya sebagai direktur musik New York Philharonic dan penciptaan karya-karya orisinal memikat. Meskipun memiliki pernikahan bahagia dengan Felicia Montealegre, seorang aktris, Bernstein juga mengakui jati dirinya sebagai seorang homoseksual.

“Maestro” menjadi biopik yang fokus pada kisah cinta dan pernikahan dengan kompromi tidak biasa antara Leonard Berstein dan Felicia Montealegre. Meskipun dipresentasikan dengan subtil, kesuksesan karir musik Berstein selama bertahun-tahun tak lepas dari peran istri yang juga ia cintai, Felicia Montealegre yang diperankan dengan menawan oleh Carey Mulligan. Oleh karena itu Bradley Cooper sebagai bintang utama sekaligus sutradara mengambil sudut pandang pernikahan kedua tokoh yang menyebar ke berbagai aspek kehidupan sang maestro.

Cr. Universal Pictures

Film Biopik dengan Sinematografi Hitam Putih

“Oppenheimer” merupakan film hitam putih pertama yang melalui pengambilan gambar dengan kamera film IMAX. Namun tentu saja Christopher Nolan tidak hanya menggunakan visual hitam putih sebagai elemen estetika. Sutradara yang terkenal praktikal dan teknikal ini jelas memiliki visi lebih untuk memberikan kompleksitas dari narasi filmnya.

Sinematografi hitam putih dalam “Oppenheimer” diaplikasikan pada adegan-adegan yang sifatnya objektif. Sementara adegan berwarna yang lebih banyak porsinya menjadi representasi sudut pandang subyektif dari Oppenheimer sebagai protagonis dalam biopik ini. Aplikasi trik sinematografi serupa juga pernah ditampilkan dalam film lama Nolan, “Memento”.

“Maestro” juga mengadaptasi sinematografi hitam putih dalam filmnya. Namun aplikasi elemen visual dalam film Bradley Cooper ini fungsinya cukup klasik, yaitu menandai latar waktu dari kisah Leonard Bernstein. Dimulai pada tahun 1943, ketika karirnya mulai menanjak dan masa-masa pertamanya bersama Felicia Montealegre. Setelah itu, sinemmatografi mulai berwarna hingga akhir film. Tak hanya dengan berbagai perubahan filter, Cooper juga mengaplikasikan variasi ratio dalam “Maestro”.

Eksekusi Plot yang Tidak Konvensional

Masih serupa dengan “Memento”, “Oppenheimer” juga memiliki eksekusi plot maju mundur yang tidak generik. Buat yang memiliki ekspektasi film biopik kronologis seperti “Bohemian Rhapsody”, “Elvis”, dan biopik dengan plot urut pada umumnya, mungkin sempat overwhelming dengan plot “Oppenheimer” yang cukup acak.

Pertama, pergantian visual antara hitam putih dan berwarna tidak menandai perubahan waktu, namun lebih tentang perspektif narasi. Nolan mengungkapkan ini menjadi pengalaman pertamanya menulis naskah dengan perspektif orang pertama. Kedua, salah satu penandaan latar waktu bisa kita perhatikan melalui siapa presiden yang sedang menjabat. Oleh karena itu, pengetahuan sejarah bisa sangat membantu penonton untuk memahami plot “Oppenheimer” secara keseluruhan.

Sama-sama tidak konvensional, plot “Maestro” terlihat seperti kumpulan clipping dari karir dan pernikahan Leonard Bernstein dan istrinya. Mulai dari momen karir terbaik Bernstein, pertemuan pertamanya dengan Felicia, cinta, perselingkuhan, pertikaian, reuni, hingga momen duka, semua hanya ditampilkan dalam satu clipping solid. Dimana hanya bisa berkesan karena akting maksimal dari Bradley Cooper dan Carey Mulligan. Daripada menekanan pada kronologi dan timeline peristiwa, “Maestro” lebih menekankan naskahnya pada agenda terpenting dan emosi dari setiap momen yang dipertunjukan.

Punya Adegan Monumental sebagai Pertunjukan Produksi Maksimal

Adegan monumental dalam “Oppenheimer” adalah percobaan peledakan bom nuklir pertama dalam Manhattan Project, Trinity. Dilaksanakan pada 16 Juli 1945 pada jam 5.29 pagi, para ilmuwan dan satuan militer Amerika Serikat berkumpul untuk menyaksikan hasil dari penelitian dan pengembangan mereka akan senjata nuklir. Mulai dari musik, editing, hingga eksekusi praktikal dalam adegan ini, menjadi alasan utama “Oppenheimer” hype selama masa promosi. Dimana kita semua penasaran bagaimana eksekusi ledakan bom nuklir arahan Christopher Nolan tanpa teknologi CGI.

Dalam gelapnya teater bioskop yang serasi dengan latar langit gelap dini hari dalam film, pengalaman menyaksikan percobaan Trinity terasa immersive disaksikan dengan layar lebar dan audio bioskop. Meski hanya beberapa menit, pengalaman menonton “Oppenheimer” untuk adegan monumental tersebut tidak bisa ditandingi oleh medium lainnya. Misi ini pula yang menjadi kerinduan Nolan pasca mati suri industri perfilman dan tren streaming platform saat pandemi; menarik minat para penonton kembali ke bioskop.

Dalam “Maestro” adegan monumental adalah penampilan legendaris Leonard Bernstein di Ely Cathedral, Inggris pada 1973. Dimana ini menjadi konduktor dan menampilkan Resurrection Symphony milik Mahler. Hanya untuk adegan selama 6 menit, Cooper mempersiapkan dirinya selama 6 tahun melalui latihan khusus. Dalam salah satu wawancaranya, Bradley Cooper mengakui bahwa hal tersebut adalah hal paling menakutkan yang pernah ia lakukan.

Richard King, sebagai Supersiving Sound Editor “Maestro” mengungkapkan ambisinya bersama tim untuk membawa penonton “hadir” di katedral dan menyaksikan orkestra yang dipimpin oleh Bernstein. Musik yang ditampilkan oleh London Symphony Orchestra direkam secara live untuk kemudian mengalami post editing. Dimana eksekusi ini tidak semudah kedengarnya. Buat penggemar musik klasik, dijamin benar-benar terbawa suasana dan tersentuh dengan penampilan Bradley Cooper dalam adegan ini.

Cillian Murphy dan Bradley Cooper Tampilkan Akting Terbaik

“Oppenheimer” dan “Maestro” juga bukan film biopik yang menekankan akurasi pada penampilan fisik dan gesture aktornya untuk menyerupai tokoh sesungguhnya. Pada salah satu wawancara, Cillian Murphy sendiri menyebutkan bahwa hal tersebut bukan keahliannya dan Nolan tidak memaksa Murphy untuk terlalu memikirkan apa ia harus tampil sama persis dengan J. Robert Oppenheimer.

Berapa dari kita yang mengenal sosok Leonard Bernstein? Sekalipun tidak familiar dengan sosok konduktor tersebut, tak akan mengurangi pengalaman kita dalam menonton “Maestro”. Bernstein tidak seikonik Mozart atau Beethoven, nama yang lebih familiar bahkan di kalangan orang awam jika bicara tentang musik klasik. Justru dengan menonton film “Maestro”, Bradley Cooper berhasil hadir sebagai Leonard Berstein dan memperkenalkan sosok berbakat dan kompleks tersebut pada penontonnya.

Dalam ajang Oscar 2024, Cillian Murphy dan Bradley Cooper sama-sama masuk dalam nominasi Best Actor. Menjadi salah satu bukti level akting dalam film biopik mereka setara. Pada titik ini, setiap aktor yang masuk dalam nominasi Best Actor tidak diragukan lagi telah lulus seleksi dan diakui sebagai kandidat dengan penampilan terbaik. Soal menang atau kalah adalah persoalan popularitas dan hype penonton.

Kecenderungan ini sudah terlihat beberapa tahun belakang semenjak Oscar memiliki visi sebagai acara penghargaan yang lebih relevan dan television friendly. Siapa pun yang menang, sesungguhnya tidak bisa disimpulkan bahwa aktor tertentu jauh unggul dari aktor lainnya. Siapa pun yang menang sebagai Best Actor, tidak mengubah  fakta bahwa Cillian Murphy dan Bradley Cooper adalah aktor-aktor terbaik dalam dua film biopik terunggul 2023, “Oppenheimer” dan “Maestro”.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect