Quantcast
The Old Guard 2 Review: Sequel yang Kehilangan Nyawa dan Energi - Cultura
Connect with us
Late Spring Movie
Netflix

Film

The Old Guard 2 Review: Sequel yang Kehilangan Nyawa dan Energi

Sequel yang menjanjikan konfrontasi besar justru berakhir setengah jadi tanpa penyelesaian naratif memuaskan.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

‘The Old Guard 2’ adalah entri kedua dalam franchise Netflix yang kembali mengangkat kisah pejuang abadi pimpinan Andromache “Andy” (Charlize Theron). Disutradarai oleh Victoria Mahoney dan dibintangi oleh deretan aktor lama serta pendatang baru—termasuk Kiki Layne, Uma Thurman, Veronica Ngô, dan Henry Golding—film ini diharapkan membawa kilas balik emosional sekaligus eskalasi aksi heroik. Sayangnya, realitasnya jauh dari harapan.

Berlangsung enam bulan setelah film pertama, film ini berpusat pada kebangkitan Quỳnh (Veronica Ngô) yang telah diselamatkan dari kematian panjang di dasar laut. Quỳnh disertai antagonist baru, Discord (Uma Thurman), dalam upaya menghancurkan tim Andy dan menguasai ribuan tahun pengetahuan abadi mereka. Misi tim dipicu oleh konflik internal, kehilangan keabadian Andy, dan ancaman terhadap nuklir global.

Namun narasi cepat kehilangan arah. Menurut kritikus, plot terasa “membosankan dan terputus-putus,” bahkan disebut “sebuah prolog panjang untuk sekuel yang belum pasti” tanpa penyelesaian nyata. Akhirnya, film berhenti tiba-tiba dan terasa seperti bagian (atau Episode 2) dari cerita yang belum selesai.

Skrip karya Greg Rucka dan Sarah L. Walker banyak dikritik sebagai “klise, penuh dialog ekspositori, dan membosankan”. Karakter pendukung seperti Nile (Kiki Layne), Copley (Chiwetel Ejiofor), dan Baron (Henry Golding) tidak mendapatkan ruang emosional yang cukup, sehingga aksi mereka terasa hampa dan tidak bernyawa.

Barry Ackroyd, cinematografer film ini, awalnya menghadirkan energi lewat adegan aksi awal di villa Kroasia—menampilkan tembak-menembak dan kejar-kejaran dinamis. Sayangnya, setelah itu visual terasa datar dan tidak konsisten. Pencahayaan buruk di adegan penting dikritik sebagai “murahan” dan membuat suasana kehilangan daya tarik.

Adegan awal di villa Kroasia dinilai mengesankan dan sukses menampilkan chemistry karakter sekaligus skill koreografi. Namun, set selanjutnya—termasuk konfrontasi di fasilitas nuklir dan duel Andy vs Discord—kurang berkesan. Banyak adegan aksi dikatakan “generik, setengah matang, dan tanpa makna dramatis” .

Charlize Theron tetap menjadi daya tarik utama dengan wibawa dan fisik memukau. Veronica Ngô sukses menghadirkan Quỳnh yang penuh luka lama, sementara chemistry antara keduanya menjadi momen emosional terbaik film. Namun karakter Discord (Uma Thurman) dianggap tipis dan tidak berkembang. Karakter pendamping lainnya, termasuk Nile, Booker, dan Copley, banyak dikritik karena minim eksposisi emosional.

Film berupaya mengeksplorasi tema kematian, pengampunan, dan pertanyaan tentang arti keabadian. Namun eksekusinya dangkal, gagal menyentuh emosional seperti film pertama yang seimbang antara refleksi dan aksi.

‘The Old Guard 2’ memulai dengan janji aksi dan intrik emosional, tetapi akhirnya menjadi film yang terjebak di tengah jalan—seolah hanya menjadi bagian menunggu final yang sebenarnya. Walaupun Theron dan Ngô memberi performa kuat, naskah lemah dan eksekusi visualnya membunuh potensi besar. Dengan akhir yang menggantung tanpa resolusi, film ini mungkin akan mengecewakan semua pihak—penonton maupun penggemar franchise.

Sequel ini terasa lebih seperti “bridge episode” daripada karya mandiri. Penggemar genre sebaiknya menunggu kelanjutan nyata sebelum kembali masuk ke dunia The Old Guard.

por thozhil 2023 por thozhil 2023

Por Thozhil: Sekolah Pemburu di Jalanan Ngeri

Film

The Last Emperor The Last Emperor

The Last Emperor: Indah, Emosional dan Intelektual

Film

The Frozen Ground: Memburu Sang Pemburu di Tanah Beku

Film

The Next Three Days The Next Three Days

The Next Three Days: Saat Hati Melawan Sistem

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect