Connect with us
The Assistant & Promising Young Woman- Combo Sempurna Membahas Isu #MeToo
Illustration via lwlies.com

Current Issue

The Assistant & Promising Young Woman: Combo Sempurna Membahas Isu #MeToo

Analisa film untuk memahami isu pelecehan seksual pada perempuan dari dua perspektif berbeda.

Film bertema #MeToo telah menjadi media cukup ampuh beberapa tahun belakangan ini dalam menimbulkan kesadaran akan isu ini. Baik melalui film atau serial dokumenter seperti “Jeffrey Epstein: Filthy Rich”, hingga film dengan naskah original yang ditulis dengan format sempurna seperti “The Invisible Man”.

Kali ini kita akan membahas dua film bermuatan kasus pelecehan seksual pada perempuan rilisan tahun 2020 lalu, “The Assistant” & “Promising Young Woman”.

Meski kedua sutradara sama sekali tidak berhubungan, kedua film ini memiliki combo sempurna untuk memahami isu pelecehan seksual pada perempuan yang sering kali diacuhkan oleh institusi besar.

“The Assistant” sendiri merupakan feature film debut dari sutradara Kitty Green. Sutradara asal Australia ini sebelumnya lebih banyak mengerjakan film dokumenter, membuat “The Assistant” memiliki naskah fiksi yang terasa sangat realistis dengan isu yang nyata; pelecehan seksual di industri hiburan.

Sementara “Promising Young Woman” merupakan film debut dari sutradara Emerald Fennell. Kalau film dari sutradara satu ini memiliki penulisan naskah yang lebih berani dan tegas dengan sentuhan thriller.

Jika ingin mengamati combo sempurna dari kedua film ini, disarankan untuk menonton “The Assistant” baru kemudian dilanjutkan oleh “Promising Young Woman”. Mari kita bahas bagaimana kedua film ini memiliki kesinambungan yang sempurna dalam membahas isu #MeToo.

(Spoiler Alert) Pembahasan dalam artikel ini mengandung heavy spoiler dari film The Assistant dan Promising Young Woman.

The Assistant (Photo: Bleecker Street)

Karakter Jane & Cassandra Tampil Sebagai Representasi Perempuan Secara Universal

Salah satu aspek paling kontras dari kedua film ini adalah penokohan pada karakter protagonis. Dalam film “The Assistant” aktris Julia Garner berperan sebagai Jane, pegawai baru di sebuah rumah produksi film. Desain karakter Jane secara visual maupun penokohan terlihat sangat biasa saja. Namun, pemilihan busana Jane yang konsisten menggunakan blouse lengan panjang berwarna merah muda, secara tak langsung menjadi simbol yang identik untuk kaum perempuan. Representasi dari feminisme.

Jane mungkin hanyalah seorang asisten yang tidak diperhitungkan dalam perusahan film besar, namun Ia tetap berhasil menjadi protagonis yang menarik sepanjang film.

Sebagai pegawai baru yang masih polos dan idealis, Jane hanya ingin melakukan apa yang benar. Melihat ada praktek manipulasi pada perempuan muda yang kerap berhubungan dengan atasannya, Jane masih bisa merasakan kegelisahan dan urgensi untuk mengambil tindakan. Berbeda dengan pegawai lainnya yang secara visual maupun penokohan sudah terbiasa dan melebur dengan praktek pelecehan seksual di perusahan tersebut.

Sementara “Promising Young Woman” memiliki protagonis yang bernama Cassandra Thomas alias Cassie, diperankan dengan sempurna oleh aktris Carey Mulligan.

Sebagai film dengan sentuhan thriller, Cassie ditampilkan sebagai karakter ikonik yang one of the kind. Karakter ini tampak diciptakan dengan segenap hati oleh penulisnya. Secara penokohan, Cassie merupakan wanita yang cerdas dengan latar belakang mantan mahasiswa kedokteran yang tekun.

promising young woman

Cassie merupakan sosok yang kuat dan mampu melakukan apapun. Yang menjadi tujuannya dalam kisah ini adalah balas dendam akan sahabatnya yang menjadi korban pelecehan seksual, Nina.

Tak sekadar balas dendam yang emosional dan impulsif, kelihaian Cassie dalam menyusun rencana yang “sadis” berhasil membuat kita menyukai protagonis ini, karena siapa yang tidak menyukai protagonis wanita yang cerdas? Protagonis yang berhasil memberikan pertunjukan akan rencana baik maupun jahat sempurna selalu berhasil mencuri hati penonton dalam sebuah film.

Dalam segi busana, Emerald Fennell memberikan request spesial pada perancang busana untuk filmnya, Nancy Steiner. “Emerald sangat menginginkan Cassie untuk berbusana seakan dirinya adalah gadis bahagia yang beruntung. Kamu tak akan pernah tahu bahwa dirinya depresi”, uangkap Nancy dilansir dari Variety.

Kita tak pernah tahu ketika seorang perempuan menjadi korban pelecehan seksual, mereka bisa saja gadis biasa yang kebetulan adalah rekan kerja kita, atau teman perempuan yang tampak baik-baik saja ketika sedang hang out.

Hal inilah yang kerap membuat orang tak memiliki simpati pada korban pelecehan seksual; mereka terlihat baik saja-saja, tetap cantik dan menawan. Meski Cassie tidak menjadi korban dalam kisah ini, hal tersebut menjadi pesan yang bisa kita ambil dari presentasi penokohan karakter ini.

Protagonis dengan Masalah yang Sama Namun Dalam Situasi Berbeda

Meski memiliki penokohan yang sangat bertolak belakang, Jane dan Cassie menghadapi problem dan posisi yang sama; perempuan yang menjadi saksi praktek pelecehan seksual. Jane melihat banyak perempuan muda dimanipulasi oleh atasannya, dan tak ada satupun di perusahan yang berpihak padanya.

Sementara Cassie memiliki beban besar yang harus Ia tanggung sendiri dengan melihat sahabatnya, Nina, menjadi korban pelecehan seksual dari salah satu mahasiswa kedokteran lainnya. Baik Cassie dan Jane tidak memiliki bukti, namun keduanya tahu apa yang sedang terjadi dan memiliki kepedulian besar pada perempuan yang menjadi korban. Keduanya juga memiliki tujuan yang sama yaitu mengusahakan keadilan.

Dalam film “The Assistant” Jane akhirnya memutuskan untuk melapor ke HRD tentang situasi yang Ia lihat bersangkutan dengan atasannya yang terduga memanipulasi gadis muda demi memenuhi nafsunya sendiri. Bukannya mendapatkan dukungan, Jane justru diancam karena posisinya sebagai pegawai baru yang bisa diganti kapan saja.

Jane sendiri memiliki impian menjadi seorang produser dan pekerjaan tersebut merupakan kesempatan besar baginya untuk tetap mengejar mimpinya. Dan untuk alasan yang paling basic namun penting yaitu untuk menyambung hidup.

Jane tidak siap mengorbankan masa depannya untuk mengungkap kejahatan yang sangat kecil kemungkinannya Ia menangkan. Namun, Jane juga tidak bisa disalahkan dengan berakhir menurut dengan sistem dan melanjutkan hidupnya sementara atasannya masih bebas mencari perempuan muda lainnya untuk dijadikan korban selanjutnya.

promising young woman

Cassie (Carey Mulligan) di Promising Young Woman (Photo: Focus Features)

Berbeda dengan Cassie yang telah melepaskan semua mimpinya, Ia memutuskan untuk putus kuliah kedokteran, kemudian berakhir hidup bersama orang tua hingga usia 30 tahun dan bekerja di kedai kopi dengan gaji rendah. Karena berbeda dengan Jane yang masih mimpi besar, Cassie tak memiliki apapun untuk menghalanginya, Ia sudah kehilangan segalanya; Ia sudah kehilangan Nina, sahabat yang paling Ia sayangi.

Cassie hadir sebagai karakter yang eksentrik dan totalitas. Harga tinggi yang harus Cassie relakan untuk mencapai keadilan adalah masa depannya, hidupnya. Ia mendedikasikan rutinitasnya untuk berburu pria-pria hidung belang di malam hari, memberikan “pelajaran” pada mereka.

Hingga pada akhirnya, Cassie merencanakan agenda besar untuk balas terhadap setiap pihak yang bertanggung jawab atas nasib buruk yang menimpah Nina. Sekalipun hal tersebut harus ditukar dengan nyawanya, pada akhirnya Cassie berhasil mengungkap kasus pelecehan seksual sahabatnya.

Mengungkap Realita yang Kelam dan Bagaimana Kejahatan Ini Seringkali Terabaikan

“The Assistant” telah melakukan bagiannya dalam mengungkap isu pelecehan seksual di industri hiburan. Tanpa dramatisir dan alur plot yang lambat, kita diajak memahami isu ini secara realistis, sebagai saksi mata.

Tanpa adegan dimana atasan tertangkap basah sekalipun, film ini berhasil menunjukan bagaimana sebetulnya bentuk kejahatan satu ini sangat muda tercium. Sayangnya, banyak pihak masih memilih untuk bungkam karena tidak mengalami. Sebagian besar karena memiliki sesuatu yang lebih menjadi prioritas; karir dan masa depan.

Namun, siapa yang mau memikirkan masa depan para korban dari pelecehan seksual? Cassie menjadi sosok yang siap melakukan apapun untuk memastikan pelaku menerima ganjarannya.

Bleecker Street

Dalam “Promising Young Woman” kita akan ditunjukan bagaimana kejahatan ini jarang terungkap. Pertama, Cassie melancarkan balas dendam pada teman sesama mahasiswa kedokteran yang menjadi saksi, namun memilih untuk tidak melaporkan kebenaran, malah menyebarkan gosip tidak benar tentang Nina.

Korban pelecehan seksual seringkali malah merasa lebih malu dibandingkan oleh pelakunya. Rasa malu itu akan menjadi trauma yang Ia tanggung seumur hidup. Sekalipun pelaku tertangkap pun, mungkin traumanya tak akan mudah hilang begitu saja.

Kedua, Cassie menodong pengacara yang membela pelaku, namun dalam kisah ini, pengacara mengakui kesalahannya dengan membela pihak yang salah hanya karena tuntutan profesi.

Ketiga, Cassie mendatangi pihak universitas, yang menutupi kejahatan yang dilakukan mahasiswanya demi nama baik sekolah dan masa depan mahasiswa tersebut. Hingga pada akhirnya, Cassie menghakimi pelaku dari pelecehan seksual pada sahabatnya. Ada banyak pihak yang mungkin secara tidak langsung saling mendukung satu sama lain, memojokan perempuan yang menjadi pelecehan seksual hanya demi satu laki-laki, demi reputasi atau demi uang.

Pada akhirnya, “The Assistant” telah mengungkit isu #MeToo melalui layar lebar dengan pendekatan realita, bagaimana pada akhirnya dunia berpaling dari isu yang serius ini.

Kemudian “Promising Young Woman” muncul sebagai “film balas dendam” yang lebih memikat dan mengimbau kita untuk berhenti diam dan dengan berani memberi perhatian lebih pada isu ini.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect