Connect with us
Soccer Mommy: Sometimes, Forever Album Review
Cr. Sophie Hur

Music

Soccer Mommy: Sometimes, Forever Album Review

Kepasrahan dan sisi gelap dalam mencintai, dibalut eksplorasi musik Sophie Allison yang baru dengan shoegaze serta sentuhan industrial. 

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Sophie Allison memiliki kemampuan untuk menemukan keindahan dalam kesedihan dan rasa terpuruk. Namun membalutnya menjadi materi musik yang melankolis namun tegar, hangat sekaligus menghanyutkan.

Seperti pada album sophomore-nya pada 2020 lalu, ‘Color Theory’, Allison menggunakan warna sebagai simbol untuk mengekspresikan trauma, kehilangan, dan depresi masa remaja dalam balutan musik yang mengingatkan kita pada era 2000an. Bahkan semenjak album debutnya, ‘Clean’ (2018), label sebagai musisi terkini yang masih memeluk genre musik indie rock 2000an langsung melekat pada musisi 25 tahun ini. 

Pada 2022, Sophie Allison kembali dengan album ketiga bertajuk ‘Sometimes, Forever’. Masih memperdengarkan warna musik yang sudah menjadi signature-nya, grunge rock, Allison kali ini bekerja sama dengan Daniel Lopatin (Oneohtrix Point Never), memberikan kesempatan eksplorasi musik dalam Soccer Mommy. 

The Gist: Melalui tracklist ‘Sometimes, Forever’ setidaknya kita bisa menarik dua topik utama yang kali ini menjadi bahan curhat Allison; kepasrahan hidup dan pengakuan akan sisi gelap dalam seni mencintai. Dibuka dengan ‘Bones’, Allison bicara tentang bagaimana seseorang berusaha mengubah dirinya untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam suatu hubungan, dengan tujuan membuah hubungan tersebut berhasil.

‘With U’ juga menjadi syair menyentuh tentang rasa sakit dan penderitaan yang menjadi bagian dalam kesempurnaan cinta. Melalui press, Allison mengungkapkan bahwa kebanyakan orang hanya memiliki ekspektasi akan cinta yang indah dan bahagianya saja. Padahal rasa sakit juga menjadi bagian dalam cinta, justru membuat cinta semakin sempurna ketika bisa toleransi dengan perasaan tersebut. 

Kemudian dalam lagu seperti ‘Unholy Affliction’ Allison mengungkapkan idealisme sebagai musisi yang ingin sukses dan selalu menjunjung kesempurnaan. Namun tidak untuk menjadi bagian dalam sistem, melainkan sebagai usaha pengembangan diri secara pribadi.

Dalam ‘Don’t Ask Me’, kita akan kembali mendengar sikap khas dari Allison yang cuek dan pasrah dalam menjalani kehidupan. Namun bukan sebagai bentuk putus asa, melainkan kepasrahan yang membebaskan jiwa. ‘Cause it always come back around, don’t ask me how, ‘Cause it always come back in time, I don’t know why, So don’t ask me’, menjadi lirik yang mengingatkan kita untuk berhenti bertanya tentang apapun, terima saja, kehidupan selalu menemukan jalannya kembali. 

Sound Vibes: Kolaborasi bersama Daniel Lopatin dalam proses produksi musik telah memberi layer baru pada aransemen lagu-lagu dalam ‘Sometimes, Forever’. Bagi penggemar Soccer Mommy mungkin sudah jatuh cinta dengan signature musiknya. Kita tak pernah bosan dan Allison selalu tahu cara meracik lagu yang tak akan membuat kita bosan. Kita selalu mencintai perpaduan suara lembut, breathy, dan atmospheric dari Allison berdampingan dengan gitar favoritnya. Namun, kita selalu tahu bahwa Allison memiliki suara yang sempurna untuk musik bergenre shoegaze.

Meski tidak signifikan, kita bisa mendengarkan layer baru yang diaplikasikan dalam tracklist ‘Sometimes, Forever’. Pada lagu idealis seperti ‘Unholy Affliction’, Allison ingin mengemasnya dalam komposisi rock yang eksperimental dan teknikal. Namun mendengar hasil akhir dari track ini, kita tahu peran Daniel Lopatin sangat besar untuk eksplorasi baru ini. Karena Allison sendiri sebetulnya lebih konvensional dan memiliki gaya aransemen musik yang tidak sekompleks musik industrial.

‘Following Eyes’ juga menjadi track yang memiliki komposisi mencolok dalam album ini. Sisanya, kita masih mendengar warna musik Soccer Mommy seperti biasanya, hanya dengan sedikit layer baru yang menunjukan awal dari niat Sophie Allison untuk keluar dari zona nyamannya. 

Best Tracks: ‘Bones’ dan ‘With U’ menjadi dua track pembuka terbaik untuk ‘Sometimes, Forever’. Buat yang ingin memberikan lagu romantis pada kekasih, kedua track ini memiliki lirik yang mendalam dan menjadi definisi cinta bar yang patut dipopulerkan. Aransemen grunge rock-nya mungkin sudah biasanya, namun syair yang terkandung di dalamnya merupakan salah satu yang terasa paling tulus ditulis oleh Allison dari pengalaman pribadinya. 

‘Shotgun’ menjadi lagu penantian cinta yang sempurna sebagai single pertama album ini. Liriknya catchy dan hooky, terutama pada refrainnya, ‘Whenever you want me I’ll be around, like a bullet on the shotgun waiting to sound’. Dewasa ini siapa yang tak menyukai lagu tentang kepasrahan hidup? ‘Don’t Ask Me’ bisa menjadi anthem baru buat kita yang ingin memberikan sikap ‘masa bodoh’ pada kehidupan. Sedikit depresi, namun tetap ada kehangatan untuk optimis bahwa hidup selalu menemukan caranya sendiri. Dibalut dalam aransemen musik pop punk yang ceria, dijamin ketagihan dengan ‘Don’t Ask Me’. 

Meski masih banyak memperdengarkan gaya bermusik yang ‘aman’, Sophie Allison tak pernah membuat kita bosan dengan lagu-lagu terbarunya. Namun kita bisa melihat bahwa Allison juga menunjukan usaha untuk membawa Soccer Mommy untuk lebih berani mengeksplorasi spektrum lain dalam grunge rock yang selama ini melekat padanya.

Meski terkesan lambat, perkembangan layer musik ini bisa menjadi transisi yang nyaman untuk penggemar hardcore Soccer Mommy. Sekaligus membantu Allison untuk tidak terburu-buru mencoba hal baru untuk menjaga ketulusan dan idealisme yang menjadi salah satu kekuatan Sophie Allison dalam bermusik.

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Declan McKenna: What Happened to the Beach?

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Album Review

Music

Ariana Grande: Eternal Sunshine Ariana Grande: Eternal Sunshine

Ariana Grande: Eternal Sunshine Album Review

Music

Java Jazz Festival 2024: Embracing Unity Through Music

Entertainment

Green Day: Saviors Album Review

Music

Connect