Connect with us
She-Hulk
Disney+

TV

She-Hulk: Attorney at Law Finale Review

Legal drama penuh kejutan, penampilan spesial, namun terlalu overwhelming. 

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

“She-Hulk: Attorney at Law” akhirnya mengakhiri kehebohan dalam fandom Marvel pekan ini pada episode 9. Serial yang telah menemani kita selama dua bulan belakangan di Disney+ ini memiliki durasi terpendek sebagai episode finale.

Dibintangi oleh Tatiana Maslany, Ia berperan sebagai Jennifer Walters, sepupu Bruce Banner alias Hulk (Mark Ruffalo) yang mendapatkan kekuatan monster hijau karena kecelakan tidak terduga. Jennifer tidak pernah ingin menjadi superhero, menjadi pengacara dengan reputasi terbaik selalu menjadi impian terbesar dalam hidupnya. Dan reputasinya sebagai Hulk perempuan terbaru di kota telah membawanya pada jalan karir yang berbeda.

She-Hulk dalam semesta Marvel memiliki citra yang menarik sekaligus klise. Para skeptis dan idealis mungkin merendahkannya sebagai superhero versi perempuan (dari versi original bergender laki-laki), namun cukup membuat penasaran bagi penikmat superhero yang selalu terbuka dengan keseruan baru.

Serial ‘She-Hulk’ sejak episode perdana telah menimbulkan berbagai ulasan dan tanggapan berbeda di media sosial. Ada yang tidak suka, namun tak sedikit yang tetap setia mengikuti episode terbaru setiap pekannya. Berikut ulasan lengkap ‘She-Hulk’ episode finale.

She-Hulk

Feminist Superhero Legal Drama Penuh Kejutan yang Overwhelming

(Spoiler Alert!) Mendeskripsikan serial ‘She-Hulk’ secara singkat, superhero unik satu seperti memadukan “Daredevil” dengan film chick flick, “Legally Blonde”. Namun jelas unsur femininnya lebih mendominasi keseluruhan konsep. Mulai dari penokohan Jennifer Walters, latar kehidupan dalam skenario, perjalanan karir wanita seperti Jen di kota, hingga genre komedi romansa.

Kita akan melihat Jen mengalami krisis kepribadian, krisis karir, hingga petualangannya dalam mencari cinta. Mencari seseorang yang mampu menerima Jen apa adanya. Kemudian ditambah tipis-tipis dengan beberapa elemen laga dan komedi superhero.

‘She-Hulk’ bisa jadi sajian pertama dalam MCU paling raw, jujur, dan sarkastik. Mengakui bahwa serial mereka payah, membosankan, bahwa penonton hanya tertarik dengan hal-hal tertentu. Kebebasan ini bisa aplikasikan dengan konsep ‘breaking the fourth wall’ yang telah diperlihatkan sejak episode pilot.

Presentasi mengejutkan diaplikasikan dengan menarik pada episode finale ‘She-Hulk’. Dimana hanya bisa diwujudkan karena serial ini tayang di Disney+ Hotstar. Mungkin lebih maksimal bagi penonton barat dengan interface Disney+ original. Aplikasi ‘She-Hulk’ dengan segala kebebasannya ini menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi berhasil menghibur penonton dan memberikan elemen kejutan. Namun di sisi lain bisa terasa sangat overwhelming dan bikin penonton geleng-geleng kepala.

Sederet Kejutan dalam She-Hulk Bersinggungan dengan MCU

Salah satu faktor yang membuat ‘She-Hulk’ tetap trending setiap minggu di media sosial adalah kejutan dan cameo dalam setiap episode. Mulai dari Wong, yang pada titik ini menjadi cameo dalam setiap judul MCU terbaru (sudah seperti pengganti cameo mendingan Stan Lee saja). Kemudian ‘kolaborasi’ dengan Hulk Bruce, Abomination sebagai client, hingga cameo spesial penyanyi Megan Thee Stallion yang sempat menggemparkan internet.

Sebelum Jennifer Walters, kita punya Matt Murdock alias Daredevil sebagai pengacara dalam MCU. Keduanya pun dipertemukan dalam episode 8, menjadi salah satu episode terbaik dalam ‘She-Hulk’. Karena akhirnya kita melihat costume reveal yang keren, aksi laga She-Hulk, dan pastinya, aksi dari Daredevil dengan vibe serupa di serial originalnya. Puncak kejutan terjadi pada episode finale. Mulai dari membawa konsep ‘breaking the fourth wall’ ke level selanjutnya, easter egg, hingga berbagai pengumuman kelanjutan MCU.

Ketika kita tidak bisa dibuat lebih heran dan pusing dengan kekalutan akhir dari ‘She-Hulk’, Jen ternyata juga tidak puas dengan ending dari serialnya. Ia secara harfiah keluar dari serialnya untuk komplain dengan tim produksi. Terutama pada Kevin, yang kita yakini adalah Kevin Paige, presdir dari Marvel Studios. Namun ternyata adalah K.E.V.I.N (Knowledge Enhanced Visual Interconnectivity Nexus), robot dengan kecerdasan buatan (A.I.) yang selama ini menulis naskah berbagai project MCU dengan pengetahuan yang Ia miliki dari materi sumber dan berbagai referensi Marvel lainnya.

Tak hanya mendapatkan informasi tentang kelanjutan ‘She-Hulk’, kita juga mendapatkan beberapa informasi tentang project MCU lainnya. Jen tidak hanya membela serialnya sendiri, pendapat minor dari fandom Marvel juga diwakilkan oleh Jen. Membuat penonton merasa relevan. Pada episode finale ini, kita juga melihat Bruce Banner memperkenalkan anaknya, Skaar. Meski pada akhirnya kita belum tahu apa ‘She-Hulk’ akan kembali dalam season terbaru atau bahkan film layar lebar.

Butuh Waktu untuk Menerima Konsep MCU Terbaru

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, “She-Hulk: Attorney at Law” memiliki tema superhero paling unik dalam MCU. Ide pengacara khusus superhero merupakan premis yang sangat menarik untuk dikembangkan dalam semesta superhero ini. Baik dieksekusi dengan genre drama komedi maupun diaplikasikan dalam skenario superhero yang lebih serius. Seperti judul-judul MCU sebelumnya. Namun dalam season perdana ini, ‘She-Hulk’ dipresentasikan dalam skenario chick flick superhero.

Chick flick sendiri secara umum merupakan genre dengan segmentasi penonton perempuan. Mungkin tidak akan terlalu menarik untuk penggemar Marvel yang lebih menyukai konsep superhero penuh aksi.

Sebetulnya tak hanya ‘She-Hulk’, beberapa judul dalam MCU Phase 4 sejauh ini menuai ulasan yang tidak mutlak antisipasinya. Sekuel ‘Doctor Strange’ terlalu overwhelming, “Thor: Love and Thunder” jadi film komedi yang berakhir sebagai lelucon, hingga “Ms. Marvel” yang dirundung sebagai superhero kelas B dalam MCU.

Banyak dari kita masih membutuhkan waktu untuk menerima kehadiran superhero baru dan konsep baru dalam fase yang MCU terbaru ini. Meski pada akhirnya konsep ini tidak diterima oleh beberapa penggemar pun, hal tersebut sudah masuk dalam soal selera. Dan tak ada yang salah dengan memfavoritkan fase tertentu dalam MCU.

House of Ninjas House of Ninjas

House of Ninjas Review: Laga Ninja Berlatar Thriller Spionase Modern

TV

Echo Echo

Echo Review: Alaqua Cox Semakin Memikat dan Ikonik sebagai Maya Lopez

TV

Plus Minus Avatar: The Last Airbender Live Action Plus Minus Avatar: The Last Airbender Live Action

Plus Minus Avatar: The Last Airbender Live Action

TV

Mr. & Mrs. Smith Mr. & Mrs. Smith

Mr. & Mrs. Smith Review: Marriage Story dengan Laga dan Ledakan

TV

Connect