Film Animasi stop-motion kembali menarik perhatian di industri hiburan. Terutama setelah kesuksesan “Pinocchio” versi Guillermo del Toro di Netflix pada penghujung 2022 kemarin.
Tak kalah dengan medium animasi yang semakin mutakhir, animasi stop-motion juga memiliki pesonanya sendiri dan terus mengalami perkembangan. Produksi film animasi stop-motion lebih dari sekadar film sebagai seni visual, namun juga craftsmanship.
Perhatian pada detail, mulai dari menciptakan latar hingga karakter yang benar-benar dihadirkan dalam bentuk dummy atau boneka, on sett. Nafas kreativitas terasa lebih tebal ketika kita menonton film animasi yang diproduksi secara stop-motion. Berikut sederet rekomendasi film animasi stop-motion terbaik yang patut dikagumi kualitasnya.
The Nightmare Before Christmas (1993)
Jack Skellington terkenal di Halloween Town dan telah sukses dalam mengeksekusi perayaan setiap tahunnya. Ketika ia mulai merasa bosan, ia menemukan Christmas Town. Ia pun menemukan tujuan baru, yaitu menculik Sinterklas dan menggantikan tugasnya di hari Natal.
“The Nightmare Before Christmas” masih menjadi film animasi stop-motion paling ikonik yang tak lekang oleh waktu. Konsep cerita lahir dari imajinasi Tim Burton, namun Henry Selick sebagai sutradara dan penulis naskah patut mendapatkan apresiasi lebih atas kesuksesan film animasi ini. Begitu juga untuk Danny Elfman sebagai komposer musik dan segenap tim Henry Selick yang mengembangkan ide Burton sebagai semesta Halloween Town yang menawan secara visual.
Caroline (2009)
Henry Selick akhirnya mendapatkan apresiasi mutlak sebagai sutradara film animasi dalam “Caroline”. Diangkat dari novel Neil Gaiman, Caroline adalah gadis berambut biru yang kesepian ketika orang tuanya sibuk dengan renovasi rumah baru mereka. Ia pun menemukan pintu rahasia yang mengantarnya pada dimensi dimana ia menemukan kehidupan lain yang lebih ideal. Namun, dibalik kesempurnaan tersebut, tersimpan rahasia yang mengerikan.
Jika “The Nightmare Before Christmas” adalah film stop-motion terbaik, “Caroline” menjadi salah satu yang terikonik. Film animasi stop-motion bergenre horor ini berhasil menghadirkan petualangan seorang anak yang mengerikan, seperti mimpi buruk dimana kita tak akan terbangun.
Corpse Bride (2005)
“Corpse Bride” merupakan animasi stop-motion yang disutradarai oleh Tim Burton dan Mike Johnson. Kalau sudah dari ide sutradara Tim Burton, pastinya kita akan disajikan dengan film dengan nuansa gothic yang kental. Naskah satu ini diangkat dari dongeng orang Yahudi. Victor adalah mempelai pria yang gugup menjelang pernikahannya. Ia pun berlatih mengucapkan sumpah pernikahan di hutan. Sayangnya, ia justru tidak sengaja menikahi mempelai wanita berwujud mayat hidup di hutan tersebut.
“Corpse Bride” memiliki visual animasi stop-motion yang dramatis, dengan pemilihan warna yang suram namun tetap memikat dengan tema gothic-nya. Kalau menyukai animasi bertema gothic seperti “The Nightmare Before Christmas”, otomatis pasti jatuh hati juga dengan “Corpse Bride”.
Frankenweenie (2012)
Satu lagi sajian film animasi stop-motion dari Tim Burton adalah “Frankenweenie”. Terinspirasi dari cerita Frankenstein. Ketika anjingnya, Sparky, mati secara tragis, Victor mengalami kesulitan menerima kenyataan dan berusaha membangkitkan anjingnya kembali. Penemuan Victor pun membawa bencana bagi pihak-pihak yang tidak memahami konsekuensi dari membangkitkan makhluk dari kematian.
Keputusan yang cukup berani untuk membuat film animasi stop-motion dalam hitam-putih. Namun jauh dari kata membosankan, “Frankenweenie” justru menghadirkan elemen horror dengan visual hitam-putih. Ini bukan film tentang hubungan anak dengan peliharaan yang ceria, namun kisah muram yang menyalahi hukum alam.
Anomalisa (2015)
Animasi adalah medium, bukan genre. Mungkin masih banyak audience umum yang menganggap bahwa film animasi selalu memuat materi yang childish. Padahal ada banyak juga film animasi yang memuat cerita dengan materi dewasa. Salah satu yang terbaik dan dieksekusi dalam bentuk stop-motion adalah “Anomalisa” oleh Charlie Kaufman dan Duke Johnson.
Michael Stone adalah seorang pria dengan kehidupan yang biasa-biasa saja, cenderung membosankan. Ia pun menyadari hal tersebut dan mulai merasa lelah dengan rutinitasnya yang monoton. Namun, kehidupannya mulai mengalami perubahan ketika ia bertemu dengan orang asing dalam perjalanan bisnis.
My Life as a Zucchini (2017)
Icare adalah anak kecil yang menjalani kehidupan baru di panti asuhan setelah ibunya meninggal. Meski awalnya mengalami kesulitan untuk menerima kehidupan barunya, Icare pun mulai belajar menjalin pertemanan. Ia juga bertemu dengan orang-orang dewasa yang bisa ia percaya serta memperlakukannya dengan baik.
“My Life as a Zucchini” merupakan film dengan muatan kampanye anti kekerasan dan isu penelantaran anak. Tak hanya melalui kisah Icare, ada karakter-karakter lainnya dengan latar belakang yang relevan dengan kehidupan nyata. Meski visualnya sangat sederhana untuk film animasi stop-motion, film ini tetap meninggalkan kesan mendalam berkat kualitas ceritanya.
Mary & Max (2009)
“Mary & Max” adalah animasi stop-motion yang terinspirasi dari pengalaman Adam Elliot sebagai sutradara. Dimana ia pernah menjalin hubungan sahabat pena selama lebih dari 25 tahun. Mary mulai mencari sahabat pena karena bosan ketika usianya 8 tahun. Ia pun memilih alamat secara acak yang menjadi alamat dari Max, pria 44 tahun dari Amerika. Selama bertahun-tahun, persahabatan unik dan emosional pun terjadi di antara mereka berdua.
Sama seperti “Frankenwenweenie” dan “Corpse Bride”, film animasi stop-motion ini juga bertema suram. Begitu pula aplikasi visualnya, mesk tidak sepenuhnya hitam-putih, “Mary & Max” didominasi dengan warna-warna monoton yang tidak memancarkan kebahagian. Namun kehangatan terkadang terasa dari interaksi surat antara Mary dan Max yang bertumbuh menjadi hubungan baik.
Isle of Dogs (2018)
“Isle of Dogs” merupakan manifestasi dari rasa cinta Wes Anderson pada binatang anjing dan kebudayaan Jepang. Walikota Megasaki mengedarkan perintah untuk mengkarantina semua anjing ke pulau terpencil karena wabah flu. Seorang bocah pun melakukan petualangan ke pulau tersebut untuk menemukan anjingnya kembali.
Meski pindah medium animasi stop-motion, sinematografi dan naskah yang presentasikan “Isle of Dogs” masih memperlihatkan ciri khas Wes Anderson. Tak hanya menghibur dengan lelucon eksentriknya, film ini juga memiliki detail visual stop-motion yang mengagumkan. Bagi penggemar hewan anjing, dijamin akan tersentuh melihat film ini. Kita bisa melihat bagaimana Anderson memang mengerjakan film animasi ini dengan cinta.
The House (2022)
“The House” merupakan film animasi stop-motion Inggris yang masuk Netflix pada awal 2022. Menjadi kolaborasi lintas sutradara dan animator dengan konsep anthology-nya. Mulai dari sutradara Emma De Swaef, Niki Lindroth von Bahr, Paloma Baeza, dan Marc James Roels. Sesuai dengan judulnya, film ini berlatar pada satu bangunan rumah yang menghasilkan tiga cerita, melintasi waktu dan generasi. Ada tiga cerita yang disajikan dengan tema kemakmuran duniawi, mencari kebahagian yang sejati, hingga kegilaan yang absurd.
Wendell & Wild (2022)
“Wendell & Wild” merupakan film animasi stop-motion terbaru kolaborasi Henry Selick dan Jordan Peele. Tentu saja, sebagai penulis, Peele mengangkat isu sosial komunitas kulit hitam. Kat Elliot kehilangan orang tuanya ketika ia masih sangat muda. Membuatnya tumbuh tanpa kasih sayang dan tidak ada yang memahaminya. Memasuki usia remaja, ia masuk ke sekolah Katolik perempuan di kota asalnya. Dengan kekuatan barunya, ia bertemu dengan teman-teman baru dari neraka.
“Wendell & Wild” mengangkat tema supranatural, namu yang lebih kuat adalah tentang gratifikasi dan isu remaja dengan catatan kriminal yang kerap tidak dipahami. Meski tidak seikonik kedua film sukses Henry Selick sebelumnya, film animasi ini menampilkan visual stop-motion Selick ke level berikutnya.