Semakin banyak film animasi dengan materi dewasa rilis di Netflix, mulai dari “I Lost My Body” (2019), hingga “The Summit of the Gods” (2021). Pada awal tahun ini, “The House” menjadi film animasi dewasa terbaru yang menambah koleksi katalog platform streaming populer ini. “The House” merupakan film animasi anthology dengan genre misteri dan dark comedy.
Bukan dari Prancis, “The House” merupakan film animasi stop-motion dari studio Inggris, Nexus Studios. Film ini terbentuk dari tiga kisah berbeda di bawah sutradara yang berbeda pula. Cerita I disutradarai oleh Emma de Swaef dan Marc James Roels, Niki Lindroth von Bahr untuk cerita II, kemudian cerita III disutradarai oleh Paloma Baeza.
Tiga Kisah, Tiga Era, Satu Rumah
Ada tiga kisah dengan tiga karakter, dari tiga era, dan dengan problematika yang berbeda. Namun satu hal yang menyatukan mereka adalah sebuah bangunan rumah dengan misteri dibalik dinding dan pondasinya. Bahkan dengan sinopsis tersebut, “The House” memiliki keterkaitan cerita yang unik dan gaib dalam segi naskah.
Lebih dari sekadar cerita-cerita berbeda yang terjadi dalam satu rumah yang sama. Kisah satu dengan kisah lainnya sama sekali tidak memiliki keterkaitan plot karena konflik dan permasalahan yang dihadapi cukup berbeda. Meskipun begitu, keempat sutradara yang terlibat dalam “The House” tetap memiliki visi dan tema yang sama; nuansa cerita yang surealis dan kelam menyelimuti hubungan protagonis dengan rumah tersebut. Menciptakan sebuah keterkaitan yang brilliant dalam segi penulisan naskah yang sebetulnya sangat khusus, namun bisa menyajikan ragam materi yang umum.
Kisah I bertajuk ‘And heard within, a lie is spun’ menjadi awal dari berdirinya ‘The House’ dalam kisah ini di masa lampau. Bercerita tentang sebuah keluarga kecil yang mendapatkan properti secara cuma-cuma dari seorang arsitek misterius. Kisah pertama dalam film ini kan menghadirkan nuansa horor folklore yang cukup membuat kita gelisah dan tidak nyaman.
Kemudian kisah II, ‘Then lost is truth that can’t be won’ berlatar di era modern yang seperti adalah masa kini, dengan protagonis seekor tikus yang merupakan seorang kontraktor rumah, hendak menjual rumah yang telah Ia renovasi ulang, namun harus berhadapkan dengan serangga yang bersemayam di rumah tersebut. Kisah ini akan memberikan yang membuat kita bergidik, terutama kita yang takut dengan kecoa.
Kemudian cerita III, ‘Listen again and seek the sun’, tampaknya berlatar di masa depan ketika bumi mengalami banjir besar seperti yang selama ini kita dengar dari prediksi ilmuwan. Meski dengan keadaan rumah yang lembab dan tidak ada tenant baru, seekor kucing berusaha merenovasi rumahnya untuk menjadi apartemen sesuai mimpinya. Setelah dua cerita yang gelap dan menegangkan, kisah penutup ini menghadirkan cerita yang lebih emosional dan memberikan pengharapan.
Film Animasi Stop-Motion yang Menegangkan dan Suram
Bicara tentang film animasi, tak bisa lepas dari mengomentari kualitas animasi dan visualnya. “The House” merupakan film animasi stop-motion dengan tingkat kedetailan desain properti latar dan dummy karakter yang sangat detail, didukung dengan pengambilan stop-motion yang sudah memenuhi standar animasi genre ini di era modern. Mulai dari pergerakan api yang terlihat jelas terbentuk dari serat kapas, hingga tekstur pakaian yang dikenakan oleh setiap karakter.
Desain cerita I terlihat berbeda dengan cerita II dan III, bisa jadi karena perbedaan karakter manusia dengan hewan yang lebih fleksibel dengan material serat atau kain yang menjadi tekstur utama dalam animasi ini. “The House” memiliki animasi, angel, dan tekstur yang sangat detail sebagai sebuah animasi stop-motion.
Cerita II menjadi babak dimana animasi stop-motion yang memperlihatkan sinematografi dan animasi yang dinamis. Pemilihan musik hingga adegan tarian yang dihadirkan akan membuat kita kagum sekaligus bergidik.
Sebuah Kisah Tidak Harus Selalu Dimaknai, Nikmati Ketidak-masuk-akalan yang Terjadi
Film animasi seperti “The House” akan menjadi jenis film yang kita cari maknanya di Reddit atau forum-forum bertema film di dunia maya. Apa makna dari film “The House”? Jika kita menyatukan judul dari cerita I, II, III, kita akan mendapatkan sebuah pesan; ‘And heard within, a lie is spun. Then lost it’s truth that can’t be won. Listen again and seek the truth’.
Kalimat tersebut memiliki arti ‘Dan terdengar di dalam, sebuah kebohongan berputar. Kemudian kehilangan kebenaran yang tidak bisa dimenangkan. Dengarkan kembali dan carilah kebenaran’. Apa yang sebetulnya berusaha disampaikan atau dimaknai oleh film ini? Terkadang kita tidak perlu mengerti untuk menikmati sebuah seni film bertema surealisme. “The House” memiliki naskah yang bisa kita nikmati tanpa berusaha menggali maknanya lebih dalam.
Kisah I dan II memiliki plot yang sudah cukup kronologis untuk dipahami sebagai cerita fiksi yang mengandung unsur horor. Kemudian kisah III memiliki pesan yang lebih dekat dengan kehidupan nyata dan lebih mudah dipahami oleh penonton.
Secara keseluruhan, “The House” merupakan animasi stop-motion dengan kualitas animasi yang detail dan ragam tekstur. Konsep cerita yang dihadirkan bisa jadi terlalu absurd untuk penonton yang tidak terbiasa dengan genre demikian, namun tanpa berusaha mencari makna mendalam dari setiap kisah, “The House” menyajikan cerita gaib nan unik yang seru untuk disimak.