“Look Back” merupakan anime terbaru yang diadaptasi dari manga one-shot karya Tatsuki Fujimoto, yang terkenal melalui “Chainsaw Man”. Berbeda dari adaptasi shonen manga fantasi yang penuh aksi tersebut, “Look Back” adalah karya adaptasi Fujimoto bergenre drama coming of age yang latarnya lebih realistis.
Kita akan mengikuti perjalanan gadis muda bernama Fujino, ia memiliki minat dan bakat pada seni menggambar. Ketika melihat karya adik kelasnya yang lebih mengesankan, Kyomoto, di buliten sekolah, keseriusan Fujino yang bercita-cita sebagai mangaka semakin diuji.
Sesuai dengan judulnya, “Look Back”, film anime ini adalah kisah nostalgia antara dua sahabat yang berbakat dalam mengembangkan diri dan menemani satu sama lain, melakukan hal yang paling mereka cintai.
Inspirasi, Persahabatan & Melihat Waktu Berlalu
“Look Back” termasuk film animasi dengan durasi yang pendek, hanya 57 menit. Padahal kita akan melihat interaksi antara Fujino dan Kyomoto yang terjalin dari SD hingga kedua memasuki awal dunia profesional di bidang seni. Sekuen perkembangan interaksi antara kedua karakter utama lebih banyak mengandalkan montage tanpa dialog. Mulai dari menggambar manga bersama, hingga momen-momen menyenangkan mengunjungi kota, hingga menikmati penghasilan pertama mereka dari mengerjakan manga.
Namun, tetap ada momen-momen penting yang dieksekusi dengan dialog di antara kedua sahabat ini. Misalnya momen pertemuan pertama mereka, hingga momen-momen selanjutnya yang memberikan perubahan pada kelanjutan hubungan dari keduanya. “Look Back” mengetahui mana momen yang perlu diberi perhatian lebih dan yang hanya dimasukan dalam montage, kembali pada konsepnya yaitu nostalgia dan melihat waktu berlalu dengan cepat.
Jika melihat dari sudut pandang Fujimoto sebagai penciptanya, kita bisa melihat mangaka tersebut melihat kebelakang masa-masa muda ketika ia masih menggambar secara amatir. Meskipun untuk kisah Fujino dan Kyomoto ini tidak diklaim sebagai kejadian nyata yang dialami oleh Fujimoto di masa mudanya. Namun tetap berhasil menangkap emosi dan semangat seorang anak yang bercita-cita sebagai mangaka.
Twist Surealisme & Adaptasi Animasi Kurang Maksimal
Salah satu ciri khas Fujimoto pada manga-nya adalah panel minimalis yang repetitif. Hal tersebut tampak sekali berusaha diadaptasi pada animasinya. Namun sedikit disayangkan banyak adegan montage dalam “Look Back” hanya kumpulan dari still image yang diiringi dengan musik saja. Setidaknya ada ekspektasi ditambahkan motion yang subtil pada sekuen montage-nya.
Namun untuk dubbing dan animasi ekspresi pada setiap karakter sudah cukup hidup pada adegan-adegan penting. Terutama karakter Kyomoto yang digambarkan pemalu dan kikuk, presentasinya sangat berkesan. Sementara Fujino juga memikat dengan selera humornya yang unik, serupa dengan Fujimoto.
“Look Back” juga memiliki twist plot surealisme yang mungkin akan sedikit bikin bingung yang tidak biasa dengan karya-karya Fujimoto. Namun secara keseluruhan tidak terlalu menggangu pesan dan emosi yang hendak disampaikan.
Terinspirasi dari Tragedi Nyata Kyoto Animation pada 2019
(Slight Spoiler Alert!)
Manga “Look Back” dirilis pada 19 Juli 2021, sangat berdekatkan dengan peringatan dua tahun tragedi kebakaran di Kyoto Animation pada 2019 silam. Tragedi tersebut memakan korban meninggal sebanyak 36 orang dan 34 korban luka-luka, termasuk pelaku yang dengan sengaja membakar studio animasi tersebut. Pelaku melakukan penyerangan dengan klaim bahwa ada seniman yang bekerja di studio tersebut menjiplak karyanya.
Memang tidak ada press dengan klaim bahwa Fujimoto mengerjakan “Look Back” dengan tragedi tersebut sebagai inspirasi. Namun jika membandingkan babak kedua pada plot film animasi ini, ada banyak kesamaan yang cukup jelas bahwa plotnya hendak menyamai tragedi pembakaran Kyoto Animation. Meskipun dengan sedikit penyesuaian agar tidak terlalu menjiplak.
“Look Back” adalah surat cinta diam-diam dari Fujimoto kepada para seniman yang sayangnya meninggalkan kita lebih cepat. Ini juga menjadi nostalgia akan jiwa-jiwa muda dalam mengejar passion mereka.
Melihat ke belakang, akan ada hal yang kita syukuri maupun kita sesali. Baik perasaan positif maupun negatif, pada akhirnya “Look Back” hendak memberikan harapan dalam kisah yang realistis. Sebagaimana prestasi maupun tragedi adalah bagian dari kehidupan yang terkadang tidak terhindarkan.
