Connect with us
Derek
Netflix

TV

Derek Review: Suka Duka Bekerja di Panti Jompo

Derek adalah karakter paling polos dan baik hati yang pernah dimainkan oleh Ricky Gervais.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Ricky Gervais adalah komedian asal Inggris dengan selera humornya yang offensive dan ironis. Mengandung ironi kehidupan, tentang bagaimana orang-orang pada umumnya bersikap dalam berbagai situasi.

Pada 2022, “After Life” menjadi serial tersukses di Netflix yang telah berakhir pada season ketiganya. Buat penggemar baru Ricky Gervais dan ingin melihat serial yang kurang lebih sama dengan “After Life”, bisa coba binge “Derek”.

Dibintangi oleh Ricky Gervais sebagai Derek, ia adalah pemuda berkebutuhan khusus yang dengan kepolosan seperti anak kecil. Ia mencintai binatang lucu dan tak keberatan menghabiskan waktu dengan para lansia, ketika anak-anak mereka lebih memilih untuk menitipkan orang tua mereka di panti jompo.

Gervais terkenal sebagai komedian yang to the point dan memiliki persona panggung sebagai orang dengan opini kasar akan segala hal. Ia mengaku bahwa Derek adalah karakter paling baik yang pernah ia tulis sekaligus perankan.

Derek

Mengikuti Keseharian Derek sebagai Pekerja di Panti Jompo

“Derek” merupakan sitcom dengan eksekusi mockumentary seperti “The Office” dan “Abbott Elementary”. Seperti kedua sitcom tersebut juga, Derek bersama karakter pendukung lainnya menjadi representasi yang mengajak kita menyimak bagaimana mereka menjalankan panti jompo secara umum.

Derek menjadi staff yang paling peduli dengan setiap lansia di panti jompo. Kemudian ada Hannah (kerry Godliman) sebagai manajer yang overworked namun memiliki rasa tanggung jawab besar. Adapula Kev (David Earl), gelandangan yang berteman dengan Derek, Dougie (Karl Pilkington) sebagai teknisi, dan Vicky (Holli Dempsey) pegawai baru.

Terkadang kita akan menyimak pesta ulang tahun salah satu lansia, agenda field trip yang hectic sekaligus menyenangkan, hari kunjungan, dan pastinya hari-hari berkabung ketika salah satu dari lansia meninggal di panti jompo. Kita akan menyaksi penghuni panti jompo datang dan pergi dari sudut pandang Derek yang polos.

Ada kalanya ia merasakan kebahagian sederhana layaknya anak kecil, ketika bertemu dengan anjing favoritnya. Maupun kebodohan-kebodohan yang terjadi di sekitarnya sebagai bahan tertawaan. Tak jarang pula kita akan diajak terharu dalam momen-momen menyedihkan atau berkabung ketika lansia favoritnya meninggal. Layaknya kehidupan, “Derek” menunjukan kekayaan emosi yang bisa dialami manusia ketika berada di panti jompo. Ada kebahagian, senda gurau, kesedihan, hingga haru yang benar-benar menyentuh hati.

Derek

Lebih Didominasi dengan Materi Drama Kehidupan dengan Aksen Komedi

Meski kali ini Gervais menjadi protagonis yang polos dengan sikap yang baik. Ia selalu bisa menyelipkan humor-humor kasar dan vulgarnya pada karakter lainnya. “Derek” memiliki kadar komedi yang tidak terlalu dipaksakan dan melebur dengan sempurna dalam setiap skenario. Siap membuat kita tertawa pada konteks yang tepat.

“Derek” memiliki gaya penulisan naskah yang sama dengan “After Life”. Ide sitcom seperti ini lebih mengutamakan latar dan apa yang pada umumnya terjadi secara natural dalam latar tersebut, dalam “Derek” adalah panti jompo.

Materi humor yang disajikan disesuaikan pada latar skenario, Gervais tidak menciptakan materi komedi dulu untuk kemudian bisa ditempel dalam latar “Derek”. Membuat serial ini kental dengan nuansa slice of life ketimbang komedi yang dibuat-buat.

Berbeda dengan sitcom Gervais seperti “The Office” atau sitcom pada umumnya yang lebih menonjolkan unsur komedi. Sebagian besar karakter dalam “Derek” memiliki peran yang serius dan membawakan peran mereka layaknya pekerja panti jompo yang bertanggung jawab.

Indah dengan Segala Kekurangan dan Kelebihan Setiap Karakter

Salah satu daya tarik sitcom karya Ricky Gervais adalah penulisan karakternya. Ia selalu menghadirkan karakter-karakter yang nyeleneh, dengan kecenderungan kepribadian yang buruk, atau bahkan kerap disepelekan oleh masyarakat pada umumnya. Kasarnya adalah karakter-karakter pecundang.

Selain Derek dan Hannah, staff-staff lain pastinya tidak pernah berencana berakhir dengan bekerja di panti jompo dalam skenario ini. Kebanyakan dari mereka memang tampil sebagai karakter-karakter yang payah dan tidak punya hal lebih baik untuk dilakukan dalam kehidupan.

Namun, Gervais selalu berusaha mempresentasikan karakter otentik dengan kekurangan dan kelebihannya. Ada banyak perkembangan karakter yang sederhana namun berarti seiring berjalannya episode-episode “Derek”. Dimana terlihat lebih relevan dan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari kita.

Meski bukan perkembangan pesat yang mengubah kehidupan mereka secara drastis. Kita akan melihat bagaimana satu langkah baik yang diambil oleh setiap karakter memberikan dampak yang cukup besar untuk memancarkan energi positif di lingkungan mereka.

“Derek” terdiri dari dua season dengan satu episode spesial Natal sebagai finale. Sebetulnya sitcom ini memiliki pola yang sudah sering kita temukan, latar yang repetitif dengan sedikit perkembangan. Namun, buat kita yang sedang mencari tontonan komedi dengan sentuhan drama yang heartwarming, dijamin “Derek” bisa jadi pengalaman binge yang berkesan.

Damsel Damsel

Damsel Review: Aksi Menegangkan Millie Bobby Brown Melawan Naga

Film

House of Ninjas House of Ninjas

House of Ninjas Review: Laga Ninja Berlatar Thriller Spionase Modern

TV

Echo Echo

Echo Review: Alaqua Cox Semakin Memikat dan Ikonik sebagai Maya Lopez

TV

Plus Minus Avatar: The Last Airbender Live Action Plus Minus Avatar: The Last Airbender Live Action

Plus Minus Avatar: The Last Airbender Live Action

TV

Connect