Rilis perdana pada 2019 lalu, “After Life” telah melepas season terakhirnya pada awal tahun ini. Semenjak season pertama, Ricky Gervais sebagai penulis dan bintang utama serial ini telah menegaskan bahwa “After Life” hanya akan berlanjut hingga season ketiga.
Tony adalah seorang jurnalis koran lokal yang mengalami depresi ketika istri tercintanya, Lisa, meninggal karena kanker. Menjadi pria lajang yang menyimpan kesedihan besar, Tony justru mengekspresikan diri dengan berkata kasar pada semua orang yang Ia temui, termasuk rekan kerja dan saudara iparnya sendiri.
Konsep awal Ricky Gervais untuk serial drama komedi adalah bagaimana ketika seseorang memiliki kebebasan untuk berkata apapun, tentang apapun tanpa memikirkan konsekuensinya, karena Ia merasa besok bisa menjadi hari terakhirnya.
Pada dasarnya tidak jauh dengan gaya komedi yang selama ini menjadi ciri khas Gervais sebagai komika. Namun, untuk melemparkan berbagai beat humor dengan ide tersebut, komedian Inggris ini telah menciptakan protagonis dan sebuah lingkungan fiksi yang lebih dari ekspektasinya sendiri.
Bersantai & Menengok Kabar Setiap Karakter untuk Terakhir Kalinya
“After Life” season pertama dan kedua menjadi season dimana kita memiliki ekspektasi serta antusiasme tinggi untuk peduli dengan kelanjutan kisah Tony. Dalam season terakhirnya, “After Life” tidak terlalu banyak memiliki plot monumental, hanya secara sederhana memperlihatkan perkembangan setiap karakter, hari lepas hari.
Jika penonton masih bertahan pada season ini, setidaknya penonton telah menyukai gaya penulisan cerita dari setiap episode “After Life” yang natural. Kita tidak akan keberatan jika tidak ada lonjakan besar dalam kisah Tony dalam melanjutkan hidup setelah kepergian Lisa.
Serial ini masih menyuguhkan beat dan skit humor yang akan membuat kita tertawa sekaligus merasa tidak nyaman, sesuai dengan gaya komedi Ricky Gervais yang offensive.
Setiap episode juga terbentuk dari berbagai adegan pendek setiap karakter dalam menghadapi problematika kehidupan. Mulai dari Kath yang kesepian, Matt yang ingin tampak sebagai pria tangguh, Lenny dengan keluarga barunya, dan karakter pendukung lainnya.
Beberapa kisah akan membuat kita tertawa, namun ada juga kisah yang membuat kita merasa prihatin. Inilah yang menjadi kekuatan utama “After Life”, peleburan materi komedi yang kasar dengan drama kehidupan yang mampu menyentuh hati penontonnya.
Penokohan Tony yang Mengalami Perkembangan Secara Natural
Tony telah menjadi protagonis dengan penokohan terkuat, sebagai ‘pusat’ dari keseluruhan plot “After Life”. Meski dengan berbagai kisah, karakter unik, dan agenda yang terjadi kota Tambury, perkembangan karakter dan kisah Tony menjadi aspek utama yang membuat ”After Life” fokus pada plot. Serial ini pun memiliki awal dan akhir yang jelas, tanpa harus terus berlanjut hingga menjadi serial komedi yang membosankan bagi penggemarnya.
Tony memiliki penokohan yang realistis, terutama dalam segi perkembangan karakternya. Bahwa pria dewasa di atas 50 tahun tidak bisa berubah dalam waktu sekejap hanya karena terinspirasi dengan perkataan orang disekitarnya. Kita tidak disuguhkan kisah dimana Tony adalah pria kasar pada season pertama, kemudian menjadi sepenuhnya baik dan berhenti berkata kasar pada season terakhir. Kita bisa melihat sedikit perubahan dari Tony pada setiap season, namun bukan perubahan yang drastis.
Jika diperhatikan, Tony dari season pertama hingga akhir adalah Tony yang sama. Selalu ada momen dimana kita gregetan dengan sifat agresifnya, namun selalu ada momen dimana Ia melakukan hal baik yang membuat kita terenyuh. “After Life” sendiri tidak pernah menjadi serial tentang perkembangan Tony sebagai manusia, namun bagaimana Ia berkembang dalam mengatasi kesedihan dan melanjutkan hidup tanpa orang yang paling Ia cintai.
Serial Slice of Life Comedy Inggris Terbaik dari Ricky Gervais
Slice of life lebih familiar dalam skena anime sebagai sebuah genre. Slice of life sendiri dimaknai sebagai sebuah genre yang menyuguhkan narasi potongan kehidupan. Baik tentang cinta, keluarga, persahabatan, atau sekedar melakukan kegiatan yang berubah hobi.
“After Life” merupakan serial slice of life dewasa yang Inggris banget. Mulai dari gaya komedinya, visual kota, penokohan setiap karakter, kemudian didukung dengan sinematografi dan vibe lagu yang khas Inggris.
Jika anime slice of life menciptakan kegemaran baru pada penonton untuk memimpikan kehidupan remaja ideal di sekolahan Jepang, slice of life Inggris akan membuat kita ingin tinggal di kota kecil, mendengarkan Radiohead sambil minum secangkir teh. “After Life” telah menciptakan genre slice of life-nya sendiri yang kita harap bisa kita temukan lagi dalam kisah yang baru di lain waktu.
“After Life” menampilkan adegan penutup yang akan menimbulkan banyak spekulasi dan asumsi pada penonton. Kita semua bisa menarik berbagai makna dari akhir kisah Tony. Namun, pada akhirnya drama slice of life seperti “After Life” bukan tentang akhir, namun tentang berbagai momen dan pelajaran apa saja yang bisa kita maknai dalam prosesnya.