Connect with us
Beabadoobea: Beatopia
Cr. Griffin Lotz for Rolling Stone

Music

Beabadoobea: Beatopia Album Review

Selamat datang di dunia masa kecil Beatrice Kristi yang lebih ceria dengan alunan chick rock dan bedroom pop. 

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Pada 2020, Beabadoobee mengekspresikan kegelisahan, amarah, dan jiwa pemberontakan seorang remaja dalam album debutnya, ‘Fake It Flower’. Musiknya yang memperdengarkan genre rock grunge; estetika baru yang diidamkan Gen-Z sebagai elitis musik masa kini, sekaligus mengobati para milenial yang tumbuh besar dengan musik dari era 2000an.

Setelah memperkenalkan diri pada dunia dengan materi yang cukup berat, Bea memutuskan untuk mengangkat materi yang lebih ringan dan ceria pada album sophomore-nya, ‘Beatopia’.

Berangkat dari trauma masa lalu dan keterbatasan dalam mengekspresikan kegelisahan pribadi sudah bukan menjadi latar belakang yang asing bagi kebanyakan musisi. Ibaratnya, ‘Fake It Flowers’ adalah breakthrough momen dari Beatrice Kristi, sebagai pribadi dan musisi. Momen dimana akhirnya Ia bisa mengungkapkan apa saja yang mengganggunya selama ini.

Ketika beban tersebut telah dilepaskan, membuahkan perdamaian dalam batin, Kristi memiliki kekuatan baru untuk menggali kenangan masa kecilnya dari tumpukan trauma, mengajak kita untuk melihat keindahan dari ‘Beatopia’. 

The Gist: ‘Beatopia’ merupakan dunia imajinasi yang diciptakan oleh Kristi ketika Ia berusia sekitar 7 tahun. Dimana kehidupan Kristi mengalami perubahan drastis ketiak kedua orangnya memutuskan untuk pindah ke London dari Iloilo, Filipina.

Pengalaman pindah lingkungan dan sekolah tidak pernah muda bagi anak-anak pada umumnya. Hal tersebut juga terjadi pada Kristi kecil yang merasa berbeda dan terisolasi, memulai tahun pertamanya di sekolahan anak-anak kaukasia. Ia pun menciptakan dunianya sendiri untuk kabur dari perasaan terasingkan di dunia nyata. ‘Beatopia’ terbentuk dari bahasa dan karakter imajinasi ciptaan Kristi. Sayangnya, ketika teman-teman dan gurunya mengetahui ‘Beatopia’, mereka malah mengolok-olok dan Kristi pun memutuskan untuk menghapus dunia imajinasinya tersebut. 

Hingga akhirnya Kristi menemukan kerajaannya yang hilang kembali. Berada diposisi yang lebih baik sekarang, musisi 22 tahun ini percaya diri untuk menghidupkan kembali ‘Beatopia’ sebagai materi dari album keduanya. Kembali menjadi Kristi kecil dalam dunia imajinasinya, tracklist Beatopia dipenuhi lagu dengan lirik naif.

Dikomposisi dan dirangkai oleh Bea karena terdengar indah. Ia tidak terlalu ambil pusing dan berpikir kritis dalam menciptakan lagu seperti ketika menulis lagu untuk ‘Fake It Flowers’. Sikap ekspresif yang naif dan bebas tersebut pun mendominasi ‘Beatopia’ yang terdengar lebih ceria dan ringan, namun tetap terasa profound

Sound Vibes: Jika dibandingkan dengan ‘Fake It Flowers’, perbedaan pertama yang mencolok adalah komposisi ‘Beatopia’ yang lebih bright. Layaknya gadis kecil yang ekspresif dalam dunia imajinasinya, kita akan mendengar spektrum lain dalam musik Beabadoobee melalui album ini. Lebih variatif dan eksploratif.

Dibuka dengan ‘Beatopia Cultsong’, aransemen instrumental yang diperdengarkan membawa kita kembali pada dunia hippie psychedelic era 60-70an. ‘Sunny Day’ dan ‘See You Soon’ menjadi lagu yang bubbly dan hangat, seperti matahari yang menyambut pagi.

‘Ripples’ menjadi lagu dengan komposisi gitar akustik berpadu dengan aransemen orkestra bernuansa baroque yang tidak biasa dari diskografi Beabadoobee selama ini. Masih bermain dengan gitar, ‘the perfect pair’ menjadi track yang memperdengarkan aransemen bossa nova

Best Tracks: Sebagai single pertama, ‘Talk’ menjadi satu-satunya track mengingatkan kita kembali pada energi dari era ‘Fake It Flowers’. Dibutuhkan keterbukaan akan hal baru bagi penggemar Bea untuk menikmati ‘Beatopia’. Karena ini album ini benar-benar memperdengarkan spektrum baru dari Beabadoobee.

‘Sunny Day’ bisa menjadi lagu penyemangat baru di pagi hari. ‘Ripples’ dan ‘the perfect pair’ menjadi suguhan baru dari katalog Bea yang patut diapresiasi. Lagu-lagu keras yang gloomy tidak akan ditemukan dalam album ini, aplikasi instrumen gitar dengan distorsi juga absen dulu dari ‘Beatopia’. 

Beabadoobee berhasil mempresentasikan keindahan ‘Beatopia’ yang sempat dipandang sebelah mata dan menimbulkan trauma di masa kecilnya. Tidak berakhir sebagai gimmick saja, kita bisa mendengar Kristi tulus kembali menjadi Kristi kecil yang imajinatif, kreatif, dan ceria dalam proses produksi album ini. Meski sederhana dalam segi penulisan, Kristi justru memperdengarkan keberanian dalam mengeksplorasi berbagai spektrum musik baru untuk album ini.

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Declan McKenna: What Happened to the Beach?

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Album Review

Music

Ariana Grande: Eternal Sunshine Ariana Grande: Eternal Sunshine

Ariana Grande: Eternal Sunshine Album Review

Music

Java Jazz Festival 2024: Embracing Unity Through Music

Entertainment

Green Day: Saviors Album Review

Music

Connect