Memperingati tahun ke-10 berdirinya Riot Games, perusahaan pengembang multiplayer online battle arena (MOBA), League of Legends (LoL), mengumumkan proyek animated series pertama mereka, “Arcane”, pada Oktober 2019 silam. Setelah penantian kurang lebih 2 tahun, “Arcane” akhirnya rilis juga di Netflix pada 7 November 2021.
Bagi penggemar semesta LoL, pastinya sudah tidak asing lagi dengan atribut promosinya yang selalu memiliki kualitas animasi dan musikal memukau. Mulai dari trailer mid-season dalam bentuk video klip musik, mini series animation, World Championship theme song, hingga berbagai proyek virtual singer seperti K/DA hingga Pentakill.
Dengan begitu, Riot Games telah menanamkan ekspektasi tinggi akan “Arcane” pada audiences-nya. Untuk mewujudkan serial animasi perdana LoL yang sempurna, Riot menggandeng Fortiche Production untuk eksekusi animasi dan Ash Baron (Toy Story, Surf’s Up) sebagai sutradara.
Dengan segala hype dan promosi yang cukup intensif dari Riot Games untuk serial animasi perdananya ini, apakah “Arcane” merupakan animasi game-adapted terbaik di Netflix saat ini?
Animasi Berkualitas Didukung dengan Soundtrack yang Immersive
Fortiche Production telah menyelesaikan ‘PR’-nya untuk memenuhi ekspektasi penonton akan kualitas animasi “Arcane”. Sebagai serial dengan genre aksi, eksekusi adegan duel, pertarungan, hingga ledakan pada latar belakang sudah disajikan dengan cukup baik.
Sementara desain background pada storyboard untuk setiap frame masih memiliki dimensi yang terbatas. Masih terlihat statis, hanya saja ditutupi dengan pemilihan warna dan ilusi perspektif dengan pencahayaan dan blur. Trik tersebut sudah cukup untuk menutupi kekurangan pada background dengan dimensi yang tidak terlalu three dimensional.
Satu lagi yang membantu “Arcane” tetap terasa immersive tanpa three dimensional background adalah soundtrack-nya. Mulai dari opening credit-nya, “Enemy” dari Imagine Dragon dan JID, yang tidak akan kita ‘skip’, hingga “Welcome to the Playground” yang dinyanyikan Bea Miller, menyambut penonton ketika memasuki area Zaun.
Babak Pertama yang Heartbreaking dan Emosional untuk Vi dan Powder
Tiga episode pertama “Arcane” lebih fokus pada perkenalan latar semesta yaitu Zaun dan Piltover yang kontras serta memperlihatkan potret kesenjangan sosial. Namun, Vi dan Powder menjadi dua karakter utama dalam serial ini. Kehadiran mereka sudah dominan sejak prolog dengan adegan emosional dalam tragedi yang terjadi pada mereka berdua pada usia yang sangat muda.
Hanya melalui tiga episode, “Arcane” bisa merangkum latar belakang kisah dari Vi dan Powder sebagai dua bersaudara dengan kisah yang menyentuh sekaligus menghancurkan hati penontonnya. Episode 3 “Arcane” menjadi penutup sempurna bagi ‘Act 1’ serial ini.
Secara keseluruhan, “Arcane” memiliki plot dengan fase yang cepat, namun tidak terasa terburu-buru. Dengan pemilihan penokohan dan momen-momen yang terjadi dalam tiga episode perdana ini, chemistry antara Vi dan Powder tetap terbentuk dengan sempurna. Mulai dari bagaimana keduanya saling menyayangi hingga akhirnya harus menghadapi kesalahpahaman, menciptakan tragedi baru untuk akselerasi cerita pada episode-episode berikutnya.
Voice acting dan animasi ekspresi serta gestur pada karakternya juga berhasil memberikan penampilan kartun yang emosional. Terutama pada Powder, dengan Ella Purnell sebagai pengisi suaranya. Powder alias Jinx ibarat ‘Harley Quinn’-nya League of Legends. Karakter atau champion satu ini terkenal dengan karakternya yang eksentrik, gila, dan menyukai ledakan. Powder merupakan sneak peek dari awal kegilaan eksekusi champion animasi ini sebagai karakter animasi yang ikonik.
Selain Vi dan Jinx, bagi penggemar LoL pasti akan merasakan hype ketika menemukan champion lainnya muncul sebagai karakter dalam “Arcane”. Kemunculan setiap champion yang menjadi karakter diaplikasikan dalam cerita secara tepat. Tidak seperti dipaksakan, eksplorasinya juga tidak langsung menonjol secara bersamaan. Kemuncul berbagai karakter baru juga tetap berkesan dan tidak kalah penting dengan karakter lainnya yang sudah lebih populer dalam lore League of Legends.
Ekspektasi untuk “Arcane” Episode Selanjutnya
Masih ada ekspektasi akan potensi lebih dari animasi ini untuk menyajikan adegan duel yang lebih spektakuler; hal tersebut merupakan ‘PR” berikutnya dari “Arcane” yang masih perlu dibuktikan di episode-episode berikutnya. “Arcane” Act 1 merupakan kisah dengan latar beberapa karakter masih anak-anak, beberapa lainnya masih dalam fase pembentukan karakter tanpa kekuatan besar seperti dalam game-nya.
Jinx belum dibekali oleh berbagai senjata ledak, Vi belum memiliki sarung tangan tinju ikoniknya. Adegan duel antar setiap karakter dalam wujud terkuat mereka akan menjadi sesuatu yang patut kita nantikan.
Seperti yang sudah disebutkan, “Arcane” menutup episode 3 dengan adegan yang monumental dan tragis. Keseluruhan dari babak pertama telah menjadi “pemisah” ke babak selanjutnya yang harus mampu memberikan lebih dari yang sudah dipresentasikan. Beberapa karakter penting sudah tereliminasi; lalu apa selanjutnya? Perkembangan plot di Piltover juga lebih dinantikan karena belum terlalu banyak memberikan peristiwa yang monumental.
Secara keseluruhan, “Arcane” merupakan serial animasi perdana dari Riot Games yang berhasil memenuhi ekspektasi kita yang telah menunggu selama 2 tahun. Bisa dikategorikan sebagai serial animasi adaptasi game terbaik saat ini di Netflix. Namun, serial ini masih punya tanggung jawab mempresentasikan kelanjutan kisahnya untuk mendapatkan skor sempurna.