Pada perilisan tiga episode perdananya, “Arcane” langsung menempati ranking pertama di platform Netflix beberapa negara. Namun setelah perilisan pada minggu kedua, “Arcane” kini telah menjadi serial ranking pertama, menggeser popularitas “Squid Game” yang beberapa bulan ini menjadi serial paling banyak di Netflix dalam sekala worldwide.
Euphoria serta kepopuleran yang diperoleh oleh serial perdana besutan Riot Games ini lebih dari sekadar hasil promosi yang intensif, kualitas animasi yang diberikan telah memenuhi ekspektasi penggemar League of Legends (LoL), maupun penonton yang baru saja mengenal Jinx, Vi, dan kawan-kawan.
Kini sembilan episode komplit “Arcane” season pertama sudah bisa di-stream di Netflix. Sementara season kedua diumumkan sedang dalam proses produksi. Setelah membahas bagaimana “Arcane” telah memberikan pembuka dengan tiga episode pertama yang emosional sekaligus dramatis, bagaimana Riot mengakhiri serial animasi ini untuk membuat kita memohon season berikutnya?
Baca Juga: Arcane (Part 1) Review: Awal Mula Perseteruan Vi dan Jinx yang Tragis
Karakter “League of Legends” Masih Belum Menunjukan Wujud Komplitnya
Meski dengan plot serial yang termasuk fast phase, “Arcane” season pertama ini masih belum memberikan apa yang kita tunggu-tunggu; wujud komplit dari setiap karakter champion dari game “League of Legends”.
Viktor masih berjuang mengembangkan teknologi Hex Core, Ekko belum mendapatkan senjata yang unik, begitu juga dengan karakter utama lainnya seperti Caitlyn, Jayce, dan Vi. Namun, sudah ada beberapa adegan yang memperlihat pertarungan seru dari setiap karakter tersebut. Karena dalam part 2 dan part 3, semua karakter sudah bukan anak-anak lagi, karakter mereka sudah semakin dekat dengan ekspektasi penggemar game-nya.
Meski pertunjukan wujud komplit dari masing-masing karakter belum ditampilkan, penulisan cerita yang dikembangkan dengan baik membuat kita rela menunggu. Semuanya membutuhkan perkembangan karakter yang bertahap, membuat “Arcane” tidak memiliki plot yang terburu-buru, namun memiliki kecepatan cerita yang pas agar serial tidak berakhir membosankan.
Kompleksitas Semesta Piltover dan Zaun yang Semakin Berkembang
Pada titik ini, kita semakin mengenal semesta “Arcane” yang digarap dengan komposisi sempurna sebagai pembuka era baru. “Arcane” memiliki world-building yang baik sejauh ini.
Piltover dengan regulasi penemuannya, kontras dengan kebebasan bereksperimen di Zaun. Kemudian teknologi Hextech yang menjadi kekuatan Piltover versus Shimmer produksi Zaun. Begitu juga dengan cerita yang memiliki unsur politik dan kemiliteran dari masing-masing kubu.
Kini Noxus juga mulai masuk dalam semesta “Arcane”. Perlu diketahui, LoL sendiri berlatar di sebuah semesta yang disebut Runeterra, dimana di dalam terdiri dari berbagai region dengan budaya dan karakteristik penduduknya masing-masing.
Sejauh ini kita sudah mengenal Piltover dan Zaun, kemudian karakter dari Noxus mulai masuk dalam cerita, yaitu ibu Mel, Ambessa Merdara (bukan champion LoL). Tidak menutup kemungkinan semesta “Arcane” akan semakin luas dan membentuk satu cult classic modern bagi penikmat trend budaya pop.
“Arcane” Memiliki Potensi Besar Menjadi Serial Seasonal yang Selalu Dinanti
Alasan utama “Arcane” akhirnya rilis sebagai serial animasi perdana adalah permintaan para penggemar LoL yang selalu dibuat kagum dengan proyek sinematik Riot Games. Setiap season baru, Riot selalu membuat mini cinematic seperti “A New Dawn”, “Kin of the Stained Blade”, dan berbagai sinematik dalam bentuk video klip musik lainnya. Dimana dalam setiap proyek tersebut, Riot menyuguhkan animasi berkualitas tinggi, cerita yang menarik, dan pastinya adegan bertarung yang seru.
Tak sekadar memberikan apa yang diinginkan oleh penggemarnya, Riot ingin menyajikan sesuatu yang melampaui ekspektasi kita. Sesuatu yang universal, bisa dinikmati oleh pemain LoL maupun kita yang benar-benar penonton baru “Arcane”. Hal tersebut membutuhkan waktu, dan penantian tersebut sudah terbayar.
Meski season pertama belum menunjukan banyak hal dan hanya fokus pada karakter-karakter tertentu, justru inilah bentuk dari keseriusan Riot untuk mewujudkan serial kolosal dengan “Arcane”. Mereka telah memiliki banyak materi karakter, semesta yang kaya cerita, dan potensi tersebut ingin dibangun secara bertahap untuk menciptakan world-building yang sempurna.
Berbeda dengan proyek adaptasi game lainnya yang kerap hadir prematur, Riot telah mengawali “Arcane” dengan ambisi dan rasa percaya diri yang besar, bahwa kita akan meminta season kedua, bahwa Netflix akan memperpanjang kerjasama untuk distribusi serial yang kini menjadi serial nomor satu dalam platform tersebut. “Arcane” kini telah menjadi serial adaptasi game terbaik yang akan kita nanti di setiap musimnya.