Beauty is pain. Potret perjuangan perempuan menuju kesempurnaan, baik luar maupun dalam, telah banyak diangkat dalam berbagai media. Beberapa judul yang populer di antaranya, “Black Swan” (2010), “The Neon Demon” (2016), hingga ‘The Outside’, salah satu episode terbaik dari serial horror “Guillermo del Toro’s Cabinet of Curiosities” (2022).
Ketika tema-tema tersebut dikawinkan dengan film body horror seperti “The Fly” (1986) dan “Tusk” (2014), pada 2024 ini, lahirlah “The Substance” dari Coralie Fargeat, yang juga menyutradarai “Revenge” (2017).
Dibintangi oleh Demi Moore, Elisabeth Sparkle adalah diva dengan karir cemerlang, hingga ia menginjak usia 50 dan terancam digantikan dengan aktris muda yang lebih segar dan menawan. Kesempatan baru untuk mempertahankan karirnya ketika Elisabeth menemukan The Substance, serum misterius yang mampu mewujudkan versi terbaik dari setiap orang; selama penggunanya sanggup menghargai keseimbangan.
Pengalaman Body Horror Mengerikan yang Maksimal
“The Substance” adalah kisah tentang Elisabeth Sparkle, aktris yang tak bisa menerima bahwa dirinya semakin menua dan tak lagi menawan secara fisik. Dengan menggunakan The Substance, terciptalah Sue (Margaret Qualley), gadis muda yang lebih menawan dan sempurna secara fisik. Elisabeth semakin membenci dirinya yang tua, sembari mencintai Sue, versi terbarunya yang lebih segar.
Berbagai aspek produksi dalam film ini membawa penontonnya ke dalam pengalaman body horror yang mengerikan dan immersive. Terutama melalui sound effect dan mixing-nya yang membuat kita seperti berada di dalam tubuh Elisabeth. Begitu pula dengan sinematografi “The Substance” yang sangat stylish dan berani, diaplikasikan secara konsisten dari awal hingga akhir.
Tata busana dan tata rias film ini juga patut diapresiasi dalam menghadirkan keindahan sekaligus mimpi buruk transformasi pada Elisabeth yang esensial dalam setiap film body horror.
“The Substance” merupakan film yang tak hanya brutal dan sadis secara visual, penulisan karakter dan konflik dalam kisahnya juga tak kalah brutal mengenai self-hate dan krisis kepercayaan diri yang sering kali dialami wanita, terutama dalam industri hiburan.

Cr. Mubi
Demi Moore dan Margaret Qualley Tampil Totalitas
Coralie Fargeat sangat beruntung dengan berhasil meng-cast Demi Moore dan Margaret Qualley untuk membintangi “The Substance” yang bisa sangat menantang dan “mengerikan” bahkan untuk kedua aktris ini. Latar belakangan dari kedua aktris Hollywood ini juga memberikan lapisan pesan dalam film yang mengangkat topik ekspektasi wanita dalam dunia hiburan.
Demi Moore merupakan aktris yang pernah muda dan populer pada akhir 1980an hingga awal 1990an. Ia pernah dinobatkan sebagai aktris dengan bayaran tertinggi pada 1995, tampil menawan sekaligus kontroversial pada film seperti “Ghost” (1990), “Indecent Proposal” (1993), hingga “Striptease” (1996).
Sementara Margaret Qualley adalah aktris mudah yang sedang naik daun di Hollywood. Ia sudah pernah bermain dalam film Quentin Tarantino, “Once Upon a Time in Hollywood” (2019), serta dua film Yorgos Lanthimos, “Poor Things” (2023) dan “Kinds of Kindness” (2024). Dalam film-film tersebut Qualley hanya berperan sebagai karakter pendukung, namun kecantikannya memang sulit untuk tidak dihiraukan.
“The Substance” patut dijadikan film breakthrough dari Margaret Qualley karena ia tampil totalitas dalam film yang menantang ini. Demi Moore sebagai aktris senior pun juga masih mampu melampaui ekspektasi penonton ketika kebanyakan dari tidak membutuhkan pembuktian dari sang aktris.
Contoh ‘Show, Not Tell’ pada Film Horror yang Cerdik
Kemampuan sutradara Coralie Fargeat dalam mengeksekusi naskah ‘show, not tell‘ sudah terlihat sejak film “Revenge”, namun “The Substance” merupakan sajian yang melampaui ekspektasi penonton dengan penyampaian cerita secara visual yang cerdik.
Sebagai film dengan genre body horror dan fiksi ilmiah, menakjubkan bagaimana Fargeat mampu menjelaskan cara kerja The Substance yang orisinal dan kompleks hanya melalui berbagai adegan yang minimalis dan efisien. Ada pula berbagai simbolis visual yang mampu menyampaikan perasaan internal setiap karakter hanya melalui adegan dan arahan akting yang dieksekusi dengan maksimal oleh setiap aktris dan aktor.
Menakjubkan bagaimana “The Substance” mampu menyampaikan kisah dan berbagai makna yang berada di baliknya selama 2 jam dengan dialog yang sangat minim.
Film ini patut jadi panutan film horror secara umum yang seharusnya tidak terlalu bertele-tele secara dialognya. Jalan cerita “The Substance” secara keseluruhan mudah dimengerti, berbagai pesannya juga tergolong mudah dicerna, lepas dari konsep fiksi ilmiahnya.
“The Substance” tak diragukan adalah film body horror terbaik pada 2024 ini. Nyaris sempurna dalam berbagai aspek, sangat menggembirakan bahwa film seperti ini kembali tayang di bioskop, dengan cerita yang orisinal, presentasi yang berani dan brutal, serta penampilan para bintang yang berkesan. “The Substance” akan menimbulkan banyak pembicaraan baik secara teksnis produksi maupun muatan ceritanya.
