Sebagai musisi berdarah Inggris-Jepang, Rina Sawayama menjadi salah satu yang paling dominan dalam menyuarakan keluh kesah kaum minoritas. Melalui single seperti “STFU!”, Ia meluapkan amarah tentang mikroagresi yang kerap Ia terima sebagai keturunan Asia di negeri barat, hingga “Comme Des Garcons” yang mengadaptasi rasa percaya diri dari pria masa kini yang semakin terbuka dengan preferensi mereka.
Sukses merilis album debutnya, “Sawayama” pada 2020 lalu, Rina Sawayama siap kembali dengan album kedua bertajuk “Hold The Girl” pada 2 September mendatang. “This Hell” menjadi single utama yang dirilis pada 18 Mei kemarin. Kali ini Ia ingin merayakan dan menebarkan cinta pada komunitas (khususnya LGBTQ) ketika dunia semakin memberikan ‘neraka’ pada mereka.
Ia juga bersenang-senang selama proses produksi dengan mengadaptasi musik country-pop. Rina memaknai musik country sebagai comfort music, dengan lirik cerita yang otentik, dan media ekspresi personal bagi musisi yang menganutnya. Kita sudah cukup sering mendengar Rina bereksperimen dengan banyak genre pada titik ini. Tak selalu mengikuti patokan ‘tradisional’ dari suatu genre, Ia selalu bisa menyulap materi musik dari genre di luar pop untuk dikemas menjadi musik yang sesuai dengan style personalnya. Rina sudah memiliki identitas yang kuat dalam musiknya untuk melakukan eksperimen seperti dalam single “This Hell”.
Beberapa penikmat musik mungkin akan beranggapan ‘lagu ini bukan country’, namun jika didengarkan lebih lagi, kita bisa mendengar unsur country-pop. Dimana Rina menyanyi di bar rodeo futuristik dengan pertunjukan lasso. It’s about the vibe.
Dalam segi lirk, Rina Sawayama tidak pernah membawakan hook yang sekedar catchy namun terasa kosong. Sikap tersebut masih dipertahankan dalam single terbarunya ini. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, “This Hell” merupakan lagu tentang perayaan dan cinta untuk komunitas LGBTQ, atau kelompok minoritas lainnya. Dimana dunia menghakimi mereka bahwa mereka menyimpang, tidak pantas untuk dicintai, dan berdosa hanya karena berusaha menjadi diri mereka sendiri.
Rina membalas opini masyarakat tersebut dengan sikap sarkas mengagungkan keberadaan neraka. Seakan terbakar di neraka adalah pesta paling meriah yang sayang untuk dilewatkan. ‘This hell is better with you, we’re burning up together, baby, that makes two’, serunya dalam chorus. ‘Neraka’ menjadi simbolis dari komunitas yang dikucilkan oleh masyarakat.
Tak berusaha mengubah sebutan yang diberikan, melalui “This Hell”, Rina telah mengubah definisi dari neraka itu sendiri menjadi sesuatu yang memiliki makna lebih positif. Tentunya dalam artian sarkasme, menunjukan betapa bebasnya jiwa Rina dalam mengekspresikan diri. Seperti inilah ‘keberanian’ yang harusnya dimaknai oleh seorang musisi pop dalam menulis lirik hingga bereksperimen dengan simbolis yang multitafsir.
Rina juga memasukan banyak referensi budaya pop dari era 2000an. Mulai dari ‘That’s hot’ milik Paris Hilton, hingga ‘F**k what they did to Britney, to Lady Di and Whitney’ menyinggung eksploitasi yang dilakukan oleh paparazzi pada masanya pada diva-diva tersebut. Referensi-referensi sejenis diselipkan untuk menciptakan lirik yang lebih berisi sekaligus menarik perhatian pendengarnya.
Sekali lagi, Rina Sawayama berhasil kembali dengan merilis single pembuka untuk hype menuju album terbarunya. Waktu masih jauh dari tanggal perilisan, kita jelas tak sabar lagi mendengarkan single-single pengantar berikutnya setelah “This Hell” yang sudah menyulut bara.
