Pada pertengahan 1990-an, MTV sedang berada pada masa keemasan: sebuah ekosistem yang membentuk selera global, memproduksi ikon, dan memunculkan narasi sosial dalam format video klip empat menit. Di tengah arus grunge, glam, dan rock radio-friendly, muncul satu video klip Aerosmith yang secara halus dan playful menawarkan sesuatu yang berbeda. “Crazy” (1994) bukan sekadar promo visual untuk lagu power ballad. Ia adalah sebuah pernyataan budaya tentang kebebasan perempuan muda, pemberontakan yang manis, dan kekuatan persahabatan.
Dibintangi Alicia Silverstone—yang pada masa itu menjadi “MTV Youth Icon”—dan Liv Tyler—putri Steven Tyler yang kehadirannya langsung menambah lapisan meta-narrative—video ini mengekspresikan sebuah fantasi era ’90-an: dua remaja perempuan yang kabur dari sekolah, mengambil kendali penuh atas hidup mereka, dan menjelajahi dunia tanpa meminta izin siapa pun. Walaupun bentuknya playful dan penuh humor, “Crazy” mengandung gagasan sosial yang jauh lebih besar dari yang tampak di permukaan.
Pelarian Sebagai Pernyataan: Ketika Bolos Sekolah Menjadi Simbol Kedaulatan
Dari detik pertama, “Crazy” mengisyaratkan ketidakpuasan terhadap struktur sosial yang mengurung. Alicia dan Liv tidak digambarkan sebagai “troublemakers”, melainkan sebagai subjek yang haus pengalaman. Kamera mengikuti mereka keluar dari ruang kelas, menuruni koridor, dan melompat ke mobil convertible seakan menandai satu hal: mereka memilih dirinya sendiri.
Pemilihan narasi road trip penting secara simbolis. Dalam budaya Amerika, road trip adalah metafora klasik untuk kebebasan. Ketika genre ini ditempatkan pada karakter perempuan muda, maknanya bergeser menjadi upaya melarikan diri dari kontrol patriarkal dan institusional. Kebebasan yang mereka kejar bukan destruktif seperti pemberontakan grunge; ini adalah kebebasan yang lembut, intim, dan penuh tawa.
The Female Gaze yang Jarang Ditemui Pada Era Awal MTV
Walaupun disutradarai oleh Marty Callner—figur sentral dalam estetika glam-rock MTV—video ini sebagian besar bergerak dari perspektif dua perempuan itu sendiri. Kita tidak melihat mereka sebagai objek jarahan kamera. Justru, kita melihat dunia melalui mata mereka:
-
laki-laki dewasa yang melihat mereka menjadi punchline
-
pekerja bengkel yang malu-malu kalah agresif
-
pengunjung bar yang disetir oleh charisma duo ini
-
situasi dewasa yang mereka kendalikan tanpa takut
Dalam banyak video rock era ’80/’90-an, perempuan hadir sebagai ornamen. Dalam Crazy, perempuan adalah penggerak narasi, pusat energi, dan pemilik kamera dari dalam karakter. Inilah mengapa video ini terasa progresif bahkan menurut standar hari ini.
Kesenangan sebagai Resistensi: Fun is Political
Di era ’90-an, representasi perempuan muda di media sering terjebak pada dua kategori: “gadis baik” yang taat aturan atau “bad girl” yang berfungsi sebagai eksotisasi moral. Crazy memilih jalan ke tiga: perempuan yang bersenang-senang tanpa beban moralitas.
Kesenangan (fun) dalam video ini tidak hadir sebagai godaan — ia hadir sebagai otoritas.
Dengan:
-
menggoda truck driver
-
menyamar sebagai stripper
-
berbelanja tanpa peduli remeh-temeh norma
-
menari sesuka hati di tempat umum
Alicia dan Liv memperlihatkan bahwa perempuan tidak harus selalu serius untuk melawan sistem. Kegembiraan pun dapat menjadi bentuk resistance.
Strip Club Scene: Reclaiming Sensuality
Adegan paling kontroversial—dan paling diperdebatkan secara budaya—adalah saat mereka bekerja sejenak di klub strip. Namun yang terjadi bukanlah objektifikasi. Justru momen ini mengalihkan lensanya:
-
tubuh mereka bukan properti laki-laki di ruangan
-
gestur sensual berubah jadi humor internal
-
laki-laki dewasa menjadi latar komikal
-
sensualitas dipakai sebagai bentuk kontrol, bukan komoditas
Adegan ini semacam anti male-gaze statement dalam balutan komedi. Ini berbeda dari video rock lain yang biasanya memposisikan perempuan sebagai fantasi visual.
Persahabatan Perempuan Sebagai Inti Narasi
Tidak ada cinta romantis. Tidak ada laki-laki yang menjadi motivasi. Tidak ada drama interpersonal.
Yang tertinggal adalah persahabatan dua perempuan — hangat, chaotic, saling mendukung, dan penuh privasi kecil yang hanya dimengerti oleh dua orang yang kompak.
Persahabatan ini adalah fondasi utama Crazy. Ia memindahkan perhatian dari “perempuan sebagai objek” menjadi “perempuan sebagai pelaku dengan dunia internal yang kaya”.
Cultural Impact: The Birth of the Girlhood Road Trip Trope
“Crazy” menempati ruang khusus dalam sejarah pop-culture karena:
-
menciptakan blueprint visual bagi karakter “rebellious teenage girl duo”
-
mendahului gelombang girl power yang meledak 2–3 tahun kemudian
-
mendefinisikan gaya fashion ’90s (crop top, denim, kacamata retro, boots)
-
menginspirasi puluhan film remaja dan video musik setelahnya
-
menegaskan bahwa MTV adalah arena pembentukan identitas generasi
Video ini adalah leluhur dari banyak teks budaya modern — dari Thirteen, Crossroads, Spring Breakers, sampai energi chaotic-girl dalam TikTok culture.
Kesimpulan: Kebebasan yang Tidak Minta Maaf
Dalam esensinya, “Crazy” adalah perayaan feminin yang jarang muncul di media Rock pada zamannya:
perempuan yang tidak minta izin, tidak meminta maaf, tidak menunggu validasi, dan tidak takut bermain-main dengan dunia dewasa.
Ia menawarkan tesis sederhana namun kuat:
Kadang kebebasan bukan tentang lari dari sesuatu, tetapi tentang berani mengejar sesuatu yang lebih besar dari versi diri yang dibatasi.
Dan itulah mengapa Crazy tetap hidup — bukan hanya sebagai nostalgia MTV, tetapi sebagai artefak budaya yang merayakan kedaulatan perempuan muda.
View this post on Instagram

