Quantcast
Ooku: The Inner Chambers - Ketika Perempuan Mendominasi Peradabaan Jepang Kuno - Cultura
Connect with us
Ooku: The Inner Chambers
Netflix

TV

Ooku: The Inner Chambers – Ketika Perempuan Mendominasi Peradabaan Jepang Kuno

Peran gender dalam skenario sejarah fiksi yang unik dan memiliki pesan mendalam tanpa agenda klise.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

Bayangkan sebuah timeline alternatif dimana masyarakat Jepang pada abad ke-17 hingga ke-18 yang secara tradisional konservatif benar-benar berubah. Perempuan mengambil posisi kekuasaan sementara laki-laki menjadi warga kelas kedua, berkembang menjadi kaum gender yang terisolasi dan diperlakukan sebagai pihak yang rapuh dan perlu perlindung, atau sebaliknya dieksploitasi.

Konsep dunia menarik inilah yang menjadi latar belakang dari anime Netflix terbaru, “Ooku: The Inner Chamber”, diangkat dari manga bergenre fantasy historical pemenang penghargaan karya Fumi Yoshinaga. Sementara serial anime-nya disutradarai oleh Noriyuki Abe dan ditulis oleh Takasugi Rika.

Dikisahkan wabah cacar merah melanda Jepang pada masanya, hanya menjangkit laki-laki sebagai korbannya, negara pun mengalami krisis populasi laki-laki. Untuk melindungi mereka, para anak laki-laki dan pria dewasa akhirnya dikurung di dalam rumah. Akibatnya, pria dewasa menjadi ‘objek’ yang diinginkan layaknya ‘barang’ langkah, sekaligus diremehkan dan dipinggirkan karena tidak lagi menjalankan peran seperti pria sebelum wabah melanda (bekerja dan bertani). Namun masih dibutuhkan sebagai sumber benih untuk menghamili perempuan demi menjaga populasi di Jepang.

Yumine

Yumine sebagai Shogun Perempuan Kedelapan yang Mengungkap Perubahan Sejarah

“Ooku: The Inner Chambers” mengisahkan masa di mana masa pria yang harusnya mengisi posisi shogun mengalami krisis juga karena wabah cacar merah. Agar tidak merusak kestabilan negara yang mampu berujung pada perang, perempuan pun maju mengisi posisi. Yoshimune, yang pragmatis dan lugas menjadi pembuka pada episode anime ini, ia adalah shogun kedelapan dan tidak terlalu tertarik dengan kemewahan yang ditawarkan di Istana Edo.

Bukan shogun yang naik tahta untuk menikmati kekuasaan semata, Yoshimune menelusuri tradisi-tradisi lama di Ooku dan bertekad untuk mengubah sejarah untuk masa kepemimpinan yang lebih praktis dan menguntungkan pihak-pihak yang selama ini dieksploitasi; laki-laki yang tingga di Ooku.

Ketika Yoshimune menyelidiki berbagai ritual dan tradisi di Ooku, ia menemukan salah satu ritual yang mengusiknya; pria pertama yang tidur dengan shogun harus dibunuh. Hal yang kemudian membangkitkan rasa ingin tahunya tentang masa lalu, mendorongnya untuk menyelidiki, hingga akhirnya menemukan dokumentasi istana bertajuk “Catatan Matahari Terbenam”. Melalui catatan inilah, Yoshimune akan mengajak kita pada plot berikutnya dalam anime ini, kembali ke masa lalu, menyimak bagaimana masyarakat patrilineal Jepang beralih menjadi peradaban yang didominasi perempuan.

Modifikasi Konten Sejarah Nyata, jadi Eksplorasi Fantasi Peran Gender yang Terlihat Otentik

Sekilas, mungkin banyak yang berekspektasi tentang muatan cerita dengan agenda feminisme maupun maskulinitas dalam anime ini. Namun, ‘Ooku’ memiliki formula yang menarik dalam mengeksplorasi peran gender, sesederhana mengubah situasi daripada subyeknya. Berbeda dengan tipikal sajian cerita yang menjunjung feminisme pada umumnya. Ini lebih dari sekadar idelogi, namun bagaimana situasi krisis mampu melumat dan membentuk masyarakat ke posisi yang sebelumnya tidak terbayangkan, semuanya demi bertahan hidup.

Salah satu aspek penting dari “Ooku: The Inner Chambers” terletak pada kemampuannya mempertahankan detail-detail sejarah sambil menawarkan perspektif baru terhadap peristiwa baru. Percaya diri berkesperimen dengan sejarah dengan perubahan yang tetap terasa otentik. Sebagai contoh, istilah Ooku awalnya merujuk pada tempat tinggal para perempuan di Istana Edo, yang kemudian dalam seri ini berubah menjadi penjara sekaligus tempat perlindungan bagi para pria yang berhasil menghindari wabah cacar merah. Mengabdi pada shogun layaknya seorang selir-selir namun pria.

Demikian pula, Tokugawa Iemitsu, shogun ketiga yang berkuasa dari tahun 1623 hingga 1651 dan secara historis dikenal karena mengusir seluruh Eropa dari Jepang, memiliki peran yang berbeda dalam ‘Ooku’. Dalam skenario ini, Iemitsu adalah anak perempuan rahasia dari shogun yang meninggal karena cacar merah.

Untuk menjaga keberlanjutan keluarga Tokugawa, Kasuga (abdi istana) menyembunyikan kematian shogun dan mengangkat anak perempuan tersebut sebagai shogun perempuan pertama, yang dirahasiakan gendernya dari dunia luar. Namun kemudian menemukan cara sendiri untuk kembali ke identitasnya sebagai perempuan sekaligus menjaga statusnya sebagai shogun yang membawa Jepang keluar dari masa krisis.

Ooku: The Inner Chambers

Memberikan Pemahaman akan Peran Gender yang Tidak Sepihak

‘Ooku’ terus menekankan pada kita bahwa akar dari kejahatan sosial tidak terbatas pada satu gender tertentu, tetapi terletak pada ketidakseimbangan kekuasaan. Ini menyoroti bagaimana hanya dengan mengubah perspektif dan situasi mampu menyuguhkan cerita rumit yang menarik, bahwa segala hal nilai yang kita pegang selama ini bisa berubah jika dilihat dari sudut yang berbeda, namun dengan pemahaman yang pada akhirnya sama saja. Menimbulkan peleburan pada definisi gender yang tradisional. Tanpa berpihak pada salah satu gender; semua gender bisa menjadi korban maupun penindas.

Konsep pertukaran peran gender dalam anime ini menjadi panggung eksplorasi isu kompleks seperti dismorfi tubuh, hirarki, dan penyalahgunaan kekuasaan. Di luar tembok Istana Edo, negara dilanda kelaparan, krisis ekonomi, dan ketakutan. Banyak anak perempuan dibesarkan sebagai laki-laki demi meneruskan reputasi keluarga, namun merasa asing dari tubuh mereka sendiri.

Di keluarga miskin, perempuan mengambil peran laki-laki, bekerja di ladang karena laki-laki rawan terjangkit cacar merah jika dibiarkan berkeliaran. Serta fenomena eksploitasi remaja pria sebagai ‘komoditi’ langkah. Dipersunting oleh keluarga perempuan yang kaya sebagai pemberi benih, atau dieksploitasi secara seksual di pusat hiburan kota. Mendorong penontonnya untuk merenungkan bagaimana gender mempengaruhi persepsi tentang pekerja seks.

Di dalam batas-batasan “Ooku: The Inner Chambers” muncul fenomena sosial mengerikan yang berbeda. Mereka yang tak berdaya mengalami pelanggaran, sementara mereka yang tampak kuat terungkap lumpuh dalam keadaan mereka sendiri. Kebahagiaan berlalu dengan cepat di dunia yang indah namun kejam, dimana permainan kekuasaan membuat semua orang merasa tidak aman dan rentan.

Anime ini memiliki akhir season yang cukup konklusif, setidaknya menjawab semua pertanyaan dari anomali fenomena peran gender yang dipertunjukan pada episode pertama. Kemudia dieksplorasi secara kronologis pada kelanjutan season hingga finale. Kesepuluh episode lengkap “Ooku: The Inner Chambers” bisa di-streaming di Netflix.

adolescence netflix adolescence netflix

Adolescence: Drama Intens tentang Remaja dan Kompleksitasnya

TV

demon city netflix demon city netflix

Demon City Review: Aksi Brutal Tanpa Kedalaman Emosional

Film

Carry-On Netflix Carry-On Netflix

Carry-On Review: Ketegangan Aksi di Bandara dengan Sentuhan Natal

Film

The Siege of Jadotville The Siege of Jadotville

The Siege of Jadotville Review – Kisah Heroisme yang Terlupakan

Film

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect