Connect with us
Mitski: The Land Is Inhospitable and So Are We
Cr. Ebru Yildiz

Music

Mitski: The Land Is Inhospitable and So Are We Album Review

Mistki membuat perpaduan antara cinta dan luka sebagai materi rekaman yang mendefinisikan segalanya.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

11 tahun berada di industri musik, Mitski Miyawaki berada di puncak karir ketika album “Be the Cowboy” rilis pada 2018. Meski tidak memiliki hits populer seperti solois lain dalam satu skena, kesuksesan dan kredibelitas Mitski sebagai salah satu musisi dengan karya-karya berbobot diakui oleh fanbase media online hingga media musik. Dengan estetikanya yang moody-nya, TikTok menjadi salah satu platform yang masih membuat musik Mitski relevan di kalangan penikmat musik muda memasuki 2020an.

Meski tidak pernah menaklukan tangga lagu utama, lagu-lagu Mistki telah digunakan hingga 2,5 juta video di TikTok. Mistki juga unggul untuk pencapaian stream hingga mengantongi gold dan platinum. Ketenaran maya dengan meme dan tren yang mengindikasikan bahwa musiknya adalah terapi bagi penggemarnya, bisa jadi ekspresi cinta dari penggemarnya. Namun hal ini sempat membuat sang musisi mempertimbangkan untuk “menarik” diri dari popularitas.

Namun, Mistki kembali! Tak lama setelah “Laurel Hell” pada 2022 lalu, kini ia kembali dengan “The Land Is Inhospitable and So Are We” (berikutnya disebut ‘The Land Is Inhospitable’) yang terasa seperti awal baru. Bersama dengan produser yang sudah lama bekerja sama dengannya, Patrick Hyland, kali ini membantu Mitski menciptakan twist yang tidak terduga untuk album ini.

Mendengarkan ‘The Land Is Inhospitable’, kita akan menemukan momen emosi yang intens dimana cinta terasa seperti pemandu dengan dorongan yang kuat di situasi yang pelik, atau harapan di dunia yang suram. Talenta Mitski dalam mengemas begitu banyak idea yang tajam dan penuh hantaman emosi dalam album berdurasi kurang lebih setengah jam saja membuat album ini membuat kita kembali terpukau dengan pesona baru musisi berdarah Amerika-Jepang ini.

The Gist:

‘The Land Is Inhospitable’menunjukan bagaimana Mitski berkembang lebih baik dalam menciptakan karya ketika membicarakan bagaimana manusia saling berinteraksi dan apa yang terjadi setelah mereka meninggal. Banyak lagu dalam album ini terdengar unggul ketika Mistki mengaransemen musiknya dalam proses kreatif dan menambahkan elemen paduan suara. Banyak penikmat musik menyebutnya sebagai musisi berlabel ‘sad girl‘ dalam skena pop, karena ia memang memiliki kecenderungan menyelam kedalam berbagai perasaan dan pemikirannya yang emosional.

Banyak juga musisi yang sebetulnya mengangkat topik yang serupa, tentang kebebasan mencurahkan perasaan secara dramatis, menyinggung isu kesepian, keluar dari hubungan buruk dan mengakhirinya. Namun tak banyak yang bisa melakukan sebaik Mitski, dimana sentuhan lembutnya berpadu dengan melodinya yang megah. Mistki bisa jadi yang terbaik dalam skenanya. Album ini kembali mengingatkan kita akan fakta tersebut tentang musiknya.

Pada bagian pertama album, lirik-lirik lagu yang ditulis fokus pada luka emosional yang mendalam dan perasaan buruk tentang diri sendiri setelah berakhirnya suatu hubungan. Namun, menuju akhir dari rekaman, kita akan mendengar bagaimana Mitski mulai mengalami perkembangan dalam menghargai dirinya. Intisari dari album ini adalah keseimbangan antara kesedihan yang intens dan kebahagiaan dengan euforianya.

Mitski juga menunjukan inti tersebut melalui pilihan aransemen dan rangkaian tracklist. ‘The Land Is Inhospitable’ secara keseluruhan antara memperdengarkan kegaduhan pikiran yang riuh, sekaligus kedamaian yang menghanyutkan. Mistki membuat perpaduan antara cinta dan luka sebagai materi rekaman yang mendefinisikan segalanya.

Sound Vibes:

‘The Land Is Inhospitable’ memperdengarkan racikan musik baru yang sebelumnya belum kita dengan dari Mitski dalam satu karya album solid. Ini seperti mendengarkan rekaman lama, diikuti dengan instrumen gitar yang terdengar seperti jenis gitar yang digunakan orang yang baru saja mulai berlatih. Ini terdengar seperti rekaman musik yang intim di kamar musisinya.

Terkadang kita akan mendengarkan aransemen bernuansa shoegaze, seperti track ‘Buffalo Replaced’, dimana mampu terdengar lembut sekaligus taguh secara bersamaan. Namun secara keseluruhan album lebih kental dengan nuansa musik country, secara spesifik country dengan pengaruh pop yang populer di Los Angeles pada akhir 60an menuju awal 70an.

Rekaman ini terangkai dari berbagai lagu yang terdengar dari film-film Hollywood lawas. Lagu seperti ‘I Don’t Like My Mind’ terpengaruh oleh jenis musik yang lebih lembut, kontras dengan hasrat kuatnya untuk terus bermusik meski diterpa kritikan. Gaya musik album ini mengingatkan kita pada tema Wild West, menyinggung pemikiran Mitski tentang bagaimana perasaannya terhadap kehidupan, cinta, dan menimbulkan pertanyaan tentang harga dari keberadaannya.

Best Tracks:

Lagu pertama, ‘Bug Like An Angel’ dimulai dengan Mitski yang bernyanyi diiringi gitar akustik. Dalam lagu ini mengungkapkan bagaimana seiring ia tumbuh dewasa, ia menemukan sensasi menghabiskan waktu dengan minum-minuman terasa seperti menghabiskan waktu dengan keluarga. Dengan kejutan panduang suara yang muncul tiba-tiba melontarkan kata ‘family‘. Ini menjadi lagu pembukan yang galau dengan kehadiran paduan suara dan ironinya, namun secara perlahan berubah menjadi suara yang memberikan rasa nyaman dan companionship. Ini bukan perasaan yang bahagia, namun kembali lagi pada intisari tema lirik dari album ini; ada percikan kebahagian meski dalam kesedihan yang diromantisasi.

‘I’m Your Man’ menjadi lagu yang terinspirasi dari lagu bertajuk sama dari Leonard Cohen yang diputar balik. Mitski mengibaratkan pacarnya sebagai anjing dan dirinya sebagai pemilik. Pada akhir lagu, ia menyayikan lirik yang cukup menarik; ‘You believ me like a God, I betray you like a man’. terdengar seperti ia tiba-tiba mengkhawatirkan sesuatu yang bersifat spiritual. Lagu ini membendung kompleksitas dalam lapisan kesedian pasca patah hati, topik yang sudah tidak asing lagi dalam karya-karyanya. Seperti ia menyatakan krisis kepercayaan.

Sebagai rekaman dengan tracklist yang berganti-ganti emosi antara luka dan cinta, beberapa track sesederhana itu ditampilkan sebagai lagu cinta klasik yang romantis. ‘My Love Mine All Mine’ menjadi salah satu lagu paling romantis di tengah-tengah lagu-lagu dengan lirik sensasional. Lagu ini merupakan pesan Mitski pada bulan untuk menyampaikan cintanya pada orang yang ia sayangi bahkan setelah dirinya sudah tiada. Dikomposisi dalam alunan musik slow-dance yang menghayutkan dan menghipnotis pedengarnya dengan hook, ‘Cause my love, is mine all mine/I love, my,my,mine’, yang repetitif namun candu.

Kemudian lagu ‘Heaven’ juga menjadi lagu yang dimekari oleh harapan; ketika dua insan saling jatuh cinta, menciptakan keajaiban yang terasa murni dan membuai. Lagu ini terasa semakin megah dengan aransemen orkestra lembut sepanjang lagu, terus berkembang menjadi melodi-melodi yang semakin sensual dan indah mengibaratkan rasa ‘dimabuk cinta’.

David Bayu: Di Dalam Jiwa Album Review David Bayu: Di Dalam Jiwa Album Review

David Bayu: Di Dalam Jiwa Album Review

Music

10 Underrated Musicians You Should Listen 10 Underrated Musicians You Should Listen

10 Underrated Musicians You Should Listen

Cultura Lists

Glass Beams Glass Beams

Glass Beams Memadukan Musik Timur dan Barat yang Menghipnotis

Music

Susanne Sundfør Susanne Sundfør

Eksplorasi Musik Susanne Sundfør dari Masa ke Masa

Music

Advertisement Drip Bag Coffee
Connect