Connect with us
Lomba Sihir, Melting Pot Genre dari Roster Sun Eater

Music

Lomba Sihir, Melting Pot Genre dari Roster Sun Eater

Mengobrol sedikit mengenai “Selamat Datang di Ujung Dunia” dan kekompakan mereka.

Lomba Sihir mungkin dikenal dengan band pengiring projek solo dari Baskara Putra atau lebih dikenal dengan Hindia. Sejak kemunculannya, grup tersebut mencuri perhatian karena Lomba Sihir berisikan all-star dari label rekaman Sun Eater.

Lomba Sihir bermula di pertengahan 2019, atas inisiatif Baskara yang mengajak Tama, Enrico, Tristan, Udu dan Rayhan untuk menjadi band pengiring Hindia di panggung, setelah sebagian besar di antara mereka juga terlibat di proses rekaman album “Menari dengan Bayangan”.

Seiring berjalannya waktu, Lomba Sihir berkembang menjadi band yang sesungguhnya dengan kontribusi merata dari semua anggota dalam proses pembuatan musiknya hingga akhirnya pada masa awal pandemi eksistensi mereka semakin matang sebagai satu band dengan menulurkan album “Selamat Datang di Ujung Dunia”, setelah sebelumnya mengeluarkan single bertajuk “Hati dan Paru-paru”.

Cultura berhasil menghubungi mereka yang diwakilkan oleh tandem duet Hindia, Natasha Udu dan sang gitaris Rayhan Noor. Mengobrol sedikit mengenai “Selamat Datang di Ujung Dunia” dan kekompakan mereka.

Boleh ceritakan awal Lomba Sihir?

Rayhan: Kalau ketemu karena kita satu circle, waktu itu yang punya projek solo duluan, Baskara dengan Hindia. Yaudah terus dia ngehubungin temen-temen deketnya untuk jadi session player, kebetulan yang dihubungin sama Baskara kita. Bahkan, waktu itu belum gue yang main gitar masih Petra tapi karena kesibukan dia akhirnya gue diajak untuk mengisi posisi tersebut. Yaudah formasinya sampai sekarang seperti ini.

Kalian dikenal sebagai band pengiring Hindia, kenapa akhirnya memutuskan menjadi band yang utuh?

Rayhan: Sebenarnya ini bentuk kebingungan kita di masa pandemi. Seharusnya di tahun 2020 kemarin kita banyak tour, dari awal tahun sampai akhir tahun tapi karena bulan Mei semua harus di-stop, kita bingung harus gimana atau ngapain. Akhirnya, setelah bingung beberapa bulan kita memutuskan untuk regroup. Kita diskusi dan keluar hasil untuk menjadikan Lomba Sihir sebagai sebuah band yang utuh.

Siapa yang punya ide untuk menjadi sebuah band yang lepas dari Hindia hingga bikin album?

Natasha Udu: Ya karena kebingungan ngapain selama pandemi akhirnya secara impulsive aja, kita bikin album.

Rayhan: Dan kebetulan ada yang support untuk kita melakukan itu, yaudah deh dijadiin aja album.

Disaat band lain takut mengeluarkan album di masa pandemi, kalian malah ngeluarin “Selamat Datang Di Ujung Dunia”. Apa yang menjadi pemantiknya?

Natasha Udu: Kenapa kita tidak takut untuk ngeluarin album di masa sulit seperti sekarang, karena tujuan utamanya untuk ngisi waktu dan for fun tanpa tekanan dari mana-mana. Makanya, di “Selamat Datang Di Ujung Dunia” bisa denger berbagai macam jenis musik, Rayhan suka rock masukin ada rock disana, Tristan lebih electronic lo bisa dapet di album itu. Emang ini projek bersama aja buat seneng-seneng.

Rayhan: Ngeluarin album disaat pandemi sejujurnya agak takut tapi kita dari awal emang tidak menargetkan apa-apa, sukses atau tidak. Karena musisi yang keluar disaat pandemi emang sedikit banget apalagi di periode “Selamat Datang Di Ujung Dunia” dikeluarin.

Bagaimana proses kreatif ketika menggarap “Selamat Datang Di Ujung Dunia”?

Rayhan: Prosesnya penggarapanya kita duduk bareng satu studio dan natural aja. Bikin beat dilanjutin bikin kerangka lagu, lirik dan pemilihan notasi. Sebenernya tidak ada yang special.

Natasha Udu: Kayak lagi nongkrong aja, bikin gini yuk. Semua ngasih insight masing-masing.

Saat pengerjaan, kalian lagi banyak mendengarkan musik apa?

Rayhan: Dari awal emang kita niat untuk bikin album yang gado-gado, maksudnya genreless gitu. Jadi kita nge-list beberapa lagu berdasarkan feel, ada yang roadtrip, progressive house, 80’s pop, rock ala Eagles of Death Metal, emang ngacak semua lagunya di “Selamat Datang Di Ujung Dunia”.

Lirik sendiri siapa yang menulis?

Rayhan: Jadi kita di Lomba Sihir punya peran masing-masing. Dari awal kita udah tau kemampuan masing-masing, contohnya yang bikin struktur lagunya gue dengan Enrico, finishing touch sama penambahan ornament jatah Tristan, post production si Tama, Udu kebagian peran di marketing setelah keluar album, dan Baskara nulis lirik karena dia punya power di bagian itu. Ya, jadi masing-masing dari kita emang udah tau porsinya tanpa harus “lirik Baskara aja”. Semua itu kejadian karena kita udah ngerti skill masing-masing.

Jadi memang dimaksimalkan saja kemampuan masing-masing?

Rayhan: Sebenernya masing-masing punya kemampuan untuk nulis lagu dan lirik karena Udu punya projek solo, gue juga ada, Tristan sama Mantra Vutura. Kita semua punya kemampuan itu, bahkan Baskara juga bisa bikin lagu bukan nulis lirik aja. Emang natural aja kerja bersama.

Album ini ditulis tanpa rintangan dong ya?

Natasha Udu: Rintangan pasti ada karena kita garap album ini di masa pandemi, jadi tidak bisa bertemu langsung. Kita cuma bisa lempar-lemparan file, take vocal juga ribet untuk nyari range yang tepat.

Bedanya Lomba Sihir dengan roster Sun Eater lain apa?

Natasha Udu: Semua roster Sun Eater punya ciri khas masing-masing.

Rayhan: Bedanya kita adalah melting pot dari semua genre yang ada di Sun Eater. Maksudnya, gue dan Enrico punya latar belakang kuat di rock, Tristan kuat di 80’s pop, semua punya referensi masing-masing dan dijadikan satu. Bedanya kita jadi tidak punya karakter.

Rencana kedepan Lomba Sihir apa?

Natahsa Udu: Lucunya adalah Lomba Sihir tidak punya rencana, banyak sih yang kita pingin tapi belum menjadi prioritas karena masing-masing dari kita lagi fokus dengan projek solo. Sekarang rencana Lomba Sihir masih berhubungan dengan “Selamat Datang Di Ujung Dunia” aja.

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Declan McKenna: What Happened to the Beach?

Declan McKenna: What Happened to the Beach? Album Review

Music

Ariana Grande: Eternal Sunshine Ariana Grande: Eternal Sunshine

Ariana Grande: Eternal Sunshine Album Review

Music

Java Jazz Festival 2024: Embracing Unity Through Music

Entertainment

Green Day: Saviors Album Review

Music

Connect