Setiap orang tentu memiliki masalah mereka masing-masing. Akan tetapi, tak selamanya orang dapat bertahan menghadapi ragam masalah yang hadir di hadapan mereka. Bahkan beberapa di antaranya menganggap satu-satunya solusi terkait itu adalah dengan bunuh diri, yang tak sepenuhnya bisa dibenarkan. Singkatnya, itu menjadi fokus dalam ‘Kembang Api’ yang sedang tayang di bioskop.
‘Kembang Api’ merupakan film drama komedi produksi Falcon Pictures yang diarahkan oleh Herwin Novianto. Membawa bintang-bintang kenamaan seperti Donny Damara, Ringgo Agus Rahman, Marsha Timothy, hingga Hanggini. Film ini berkisah tentang empat orang yang ingin mengakhiri hidup mereka dengan menggunakan bola kembang api. Akan tetapi, mereka semua justru terjebak dalam time loop dan berusaha untuk memahami fenomena janggal tersebut sembari berkaca dengan diri masing-masing.
Narasi dari ‘Kembang Api’ berpusat pada sekelompok orang yang ingin bunuh diri dan justru terjebak pada time loop dalam setiap sequence-nya. Konsep putaran waktu seperti ini akan membuat film arahan Herwin Novianto akan mudah sekali dibandingkan dengan ‘Sabar Ini Ujian’ dari Anggy Umbara.
Meski begitu, ‘Kembang Api’ memberikan perbedaan pada fokus penceritaannya. Alih-alih hanya berpusat pada satu karakter, penonton diberi waktu untuk memahami permasalahan empat karakter dengan runtut. Melihat bagaimana semuanya tenggelam dalam problematika diri seakan memberi alasan mengapa masing-masing dari mereka ingin mengakhiri hidup dan membuat penonton akan lebih mempedulikan eksistensi para karakternya.
Time loop disajikan sebagai wadah bagi para karakter ini untuk berkaca pada diri masing-masing dan mempertanyakan keputusan untuk mengakhiri hidup, memberikan character development dan mengukuhkan kehadiran mereka pada plot utama film ini.
Tak hanya itu, ‘Kembang Api’ tampil lebih menarik melalui para karakternya yang bergulat dengan argumen terkait masalah-masalah mereka. Tentang mereka yang merasa masalah mereka paling berat, hingga opini mengenai remaja yang tak pantas untuk bunuh diri membuat film terasa lebih hidup dan memberikan bangunan komedi tersendiri dalam durasinya. Dengan mencakup isu seperti trauma akan kegagalan, hilangnya orang tersayang, sampai bullying yang masih marak dibahas membuat film ini menjadi lebih padat akan pesan moral.
Hadirnya karakterisasi menarik tersebut didukung pula dengan performa akting yang mengagumkan oleh para cast-nya. Donny Damara dan Ringgo Agus Rahman hadir sebagai pengantar narasi yang baik, membuat semuanya menjadi terfokus.
Marsha Timothy tetap tampil baik, meski memang penampilannya dalam ‘Kembang Api’ tampak bukan yang terbaik darinya karena naskah seperti tak berpihak padanya. Di sisi lain, Hanggini yang tergolong paling junior dengan karakter remaja milenialnya mampu mencuri perhatian melalui dialog penuh bobot yang konsisten dalam durasinya.
Meski narasi dan karakterisasi terasa sangat unggul, aspek teknis seakan dianak tirikan dalam ‘Kembang Api’ ini. Dari sekian kekurangan yang hadir pada scoring dan special effects, sinematografi tampak digarap dengan baik. Beberapa representasi paling mencolok adalah penggunaan continuous take yang membuat dialog para karakternya terasa hidup serta penggunaan color tone cenderung cool yang konsisten hingga akhir.
Akhir kata, ‘Kembang Api’ adalah film sebagai wadah refleksi penonton untuk mengambil beragam langkah selain bunuh diri sebagai solusi masalah. Dengan representasinya yang grounded dan tetap mengundang tawa, menikmati film arahan Herwin Novianto ini adalah suatu kenikmatan tersendiri selagi masih tersedia di bioskop.