Baahubali: The Epic adalah versi remix / re-edited dari dua film legendaris India, Baahubali: The Beginning (2015) dan Baahubali 2: The Conclusion (2017). Disutradarai oleh S. S. Rajamouli dan ditulis bersama V. Vijayendra Prasad, versi ini dirilis kembali pada 2025 sebagai satu film utuh berdurasi sekitar 3 jam 44 menit.
Plot utamanya tetap mengikuti inti cerita saga Baahubali: kisah pewarisan tahta kerajaan Mahishmati, konflik saudara, pengkhianatan politik, romantika kerajaan, dan peperangan takdir—namun kini digabungkan menjadi satu narasi yang mencoba menjaga alur emosional sekaligus memadatkan sebagian subplot.
Screenplay dan struktur narasi dalam versi The Epic memperlihatkan upaya agar gabungan dari dua film terasa lebih mulus dan berdampingan, tetapi juga menghadapi tantangan: beberapa adegan yang dihapus atau dipadatkan membuat koneksi karakter dan motivasi terasa sedikit kurang “bernapas.” Beberapa kritikus menyatakan bahwa versi baru kehilangan sebagian konteks emosional karakter Amarendra Baahubali dan dinamika tertentu karena pemangkasan adegan dari film asli.
Dari sisi sinematografi dan elemen visual, Baahubali: The Epic tetap mempertahankan skala megah dan estetika visual khas Rajamouli. Adegan-adegan pertempuran, lanskap kerajaan, kostum dan produksi set terasa sangat sinematik dan megah. Warna, pencahayaan, dan komposisi visual tetap menjadi kekuatan utama film ini.

Akting dalam film ini juga tetap menjadi daya tarik: Prabhas sebagai Amarendra / Mahendra Baahubali menunjukkan karisma raja dan pahlawan, karakter antagonis Bhallaladeva (Rana Daggubati) tetap menonjol sebagai lawan yang kompleks dan emosional. Tokoh lain seperti Queen Sivagami (Ramya Krishna) dan Devasena (Anushka Shetty) menambah berat narasi karakter wanita dalam saga kerajaan.
Tema film—kekuasaan, pengorbanan, hak pewarisan, kepemimpinan moral, dan katalis keluarga/kerajaan—tetap mendominasi, meski formatnya kini disatukan. Ada juga nilai nostalgis: versi Epic memungkinkan penonton baru & lama meresapi kembali cerita dengan tempo yang mungkin lebih intens dan terasa sebagai “super-potong” dari saga Baahubali.
Kelebihan versi ini adalah skala epik tetap terjaga, visual & produksi ambisius masih terasa, dan penggabungan dua film menjadi satu menawarkan pengalaman “sebagai satu cerita utuh”. Untuk penggemar setia Baahubali dan penggemar film epik mitologi, versi ini bisa terasa lebih padat dan fokus.
Namun kekurangannya terletak pada pacing dan keseimbangan emosi: beberapa pemangkasan adegan membuat dampak emosional karakter tertentu terasa agak terganggu, terutama bagi mereka yang sudah mengikuti versi asli. Selain itu, karena durasi tetap sangat panjang, pemadatan cerita tidak sepenuhnya menghilangkan tantangan bagi penonton baru untuk memahami semua detail keluarga kerajaan dan sejarahnya.
Kesimpulannya, Baahubali: The Epic adalah usaha menarik untuk merayakan ulang sebuah saga ikonik dalam format baru dengan segala keindahannya dan kelemahannya. Versi ini mungkin bukan pengganti dua film yang berdiri sendiri, namun ia layak dinikmati sebagai pengalaman epik tunggal yang mendebarkan.

