Musik folk pop yang easy listening sudah lama memiliki pasar besar di industri musik Indonesia. Banyak musisi dalam negeri yang mencoba peruntungan melalui genre musik ini, namun hanya beberapa yang berhasil mencuri hati penikmat musik lokal, salah satunya adalah Endah N Rhesa.
Susah-susah gampang, konsep musik folk yang sederhana sebetulnya lebih dari sekadar merangkai puisi yang romantis dan memiliki petikan gitar merdu. Endah Widiastuti dan Rhesa Aditya memberikan sentuhan personal pada setiap lagu yang mereka ciptakan.
Ada cerita, ada momen spesifik yang hendak diceritakan atau diabadikan dalam sebuah lagu. Lagu seperti “Pamulang” hingga “Liburan Indie” memiliki segmentasi yang sangat khusus jika kita dengarkan liriknya. Endah N Rhesa selalu mengutamakan bagaimana lagu yang mereka buat memiliki nilai sentimentil bagi keduanya. Ketika lagu yang mereka rilis mampu menyentuh hati pendengarnya, hal tersebut dianggap sebagai bentuk apresiasi dari penggemarnya.
Simak interview lengkap Endah N Rhesa seputar prinsip mereka dalam bermusik, serta mimpi dan harapan dari kedua pasangan suami istri yang kreatif dan romantis ini.
Kita mundur sebentar ke album pertama Endah N Rhesa, “Nowhere To Go” pada 2009 (versi remake). Apa harapan Endah N Rhesa melalui perilisan album tersebut? Identitas seperti apa yang Endah N Rhesa ingin sampaikan pada penikmat musik Indonesia?
Harapan kami saat merilis album tersebut sebenarnya sederhana, ingin supaya musik kami ada di etalase CD—jaman itu belum marak platform digital. Karena akan mudah bagi orang untuk mendengarkan musik kami. Mengenai identitas itu benar-benar kami perhatikan dari sisi lirik yang bahasa Inggris semua—untuk mengerucutkan market pengguna internet jaman itu. Konsistensi kemunculan duo yang berkarya berdua dengan format akustik, dan berangkat melalui karya yang imajinatif dan bercerita.
Endah N Rhesa memiliki gaya penulisan yang tidak sekedar simple namun memiliki nyawa dengan sentuhan-sentuhan sentimentil seperti “Pamulang”, “Menua Bersama”, hingga “Liburan Indie” yang terasa personal namun juga relevan untuk banyak orang. Bagaimana proses penulisan lirik dan komposisi musik Endah N Rhesa selama ini? Visi apa yang selalu kalian ingin hadirkan dalam sebuah track yang kalian ciptakan? Mungkin ada hal-hal tertentu juga yang kalian hindari dalam proses menciptakan lagu?
Proses penulisan lirik dan komposisi buat kami nggak ada yang pasti / pakem. Kadang bisa dimulai dari mana saja. Bisa dari notasi, lirik, ritem. Tapi memang kami amat sangat mementingkan bunyi yang buat kami terdengar enak. Visi yang kami hadirkan sebenarnya ingin selalu bisa bersenang-senang saat bikin karya, belajar sesuatu yang baru. Karena kami membayangkan bahwa lagu itu akan hidup bersama kami, kami nyanyikan terus, dan melekat pada diskografi sehingga inginnya setiap lagu punya cerita dan kesan personal buat kami berdua. Kami lebih fokus pada hal yang ingin kami sampaikan, terkadang malah tidak terpikir apa yang dihindari. Hahaha!
Mulai tahun 2009, Endah N Rhesa telah memenangkan berbagai penghargaan. Mulai dari MTV Music Award, Rolling Stone, hingga Anugerah Musik Award. Apa definisi sebuah penghargaan musik bagi Endah N Rhesa? Apa hal tersebut kerap menjadi tolak ukur kesuksesan kalian? Atau Endah N Rhesa memiliki standard kesuksesan sendiri?
Definisi penghargaan musik menurut kami adalah apresiasi yang diberikan oleh sekelompok / kumpulan, asosiasi, atau komunitas, yang mana bisa begitu memotivasi seorang seniman untuk terus berkarya. Tolak ukur kesuksesan kami sebenarnya banyak, tapi yang utama adalah kemampuan kami untuk terus menerus menghasilkan / memproduksi karya dan merasa bahagia karenanya. Yes, kebahagiaan itu sebenarnya tolak ukur kami terhadap kesuksesan berkarya. Bisa jadi karyanya nggak terlalu dikenal, nggak laku, nggak dapat penghargaan, tapi kami senang banget sama karya itu… Ya, itu udah sukses. Hahaha!
Melihat berbagai aktivitas Endah N Rhesa yang kerap memperlihatkan kepedulian pada isu tertentu dan baru saja juga memproduseri musisi baru. Melalui blog Endah N Rhesa, kita juga mengetahui Endah ternyata suka berkomunitas. Apa saja hal yang sebetulnya kalian ingin capai, atau dampak seperti apa yang ingin kalian berikan secara general sebagai seorang musisi yang memiliki platform untuk dilihat dan dengar banyak orang?
Kami berdua besar di komunitas-komunitas seperti Warung Apresiasi, Komunitas Jazz Kemayoran (KJK), Friday Jazz Night Ancol, Klub 45, komunitas gitaris, musisi indie, dll. Banyak banget kesempatan yang para senior / teman-teman dulu berikan kepada kami jaman masih merintis karir. Membuat komunitas melalui Earhouse sebenarnya seperti sebuah tindakan “give back to community”. Kadang musisi baru memerlukan wadah tukar pikiran, tampil, membentuk support system agar bisa terus nyala api berkaryanya. Ya, harapannya ketika membuat komunitas yaitu bisa membuat vibe yang demikian.
Mei kemarin, Endah N Rhesa baru saja merilis single “Di Ujung Pelangi”. Bisa ceritakan proses produksi dari single tersebut?
Yes, “Di Ujung Pelangi” lahir di tengah kolaborasi kami bersama dreamseeker.id. Itu adalah platform komunitas yang menghubungkan orang-orang dan kegiatan kreatif. Jadi kami ingin men-challenge diri kami untuk mendokumentasikan ruang gerak dan kerja kami sebulan sekali dan kemudian membuat lagu baru. Semua terjadi begitu saja, cenderung cepat hanya sekali waktu berdiskusi langsung jadi lagunya. Hahaha!
Di Ujung Pelangi” merupakan track tentang impian dan harapan, dimana Endah N Rhesa menulis lirik yang terasa lebih general. Namun, apa yang menjadi impian dan harapan Endah N Rhesa sebagai partner bermusik sekaligus partner hidup?
Yang menjadi impian dan harapan kami sebagai partner bermusik dan hidup adalah terus bisa bersama-sama, menjadi teman hidup, tua bareng, main musik bareng, berkarya bareng, bahkan ya jika Tuhan menghendaki dan menjawab doa kami ya inginnya pergi bareng juga. Rasanya tidak ada yang lebih membahagiakan untuk bisa terus bersama-sama berdua.
Terakhir, apa ada project terbaru dari Endah N Rhesa yang patut kita nantikan setelah ini?
Awal bulan ini, kami sudah merilis ulang lagu “When You Love Someone” di usia kelahirannya yang 17 tahun dengan aransemen baru bekerja sama dengan ChandraCom, Indra Lesmana (mastering), Eko Sulistyo (mixing), Sadat Effendy (asisten engineer) yang kesemuanya adalah ahli di bidang audio. Lagu ini menjadi begitu istimewa. Ke depannya, kami berencana merilis album ke-6 tahun ini, semoga kesampaian, di tengah kesibukan kami memproduseri banyak musik belakangan ini.