Connect with us
Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang
Visinema

Film

Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang Review: Damai dari Kejauhan

Soroti lika-liku perantau dalam segala permasalahannya.

★ ★ ★ ★ ★
★ ★ ★ ★ ★

 

‘Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini’ merupakan salah satu judul film drama dari Visinema Pictures yang 2020 lalu berhasil sajikan permasalahan dalam keluarga dengan sentuhan membumi. Tak heran, film tersebut menuai pujian dan dihadirkan semestanya sendiri hingga kini. Sebagai kelanjutannya, hadirlah ‘Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang’ yang saat ini sedang mengudara di bioskop.

‘Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang’ merupakan film drama produksi Visinema Pictures yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko. Menempatkan Sheila Dara Aisha, Lutesha, Jerome Kurnia, dan Ganindra Bimo sebagai deretan pemeran utama bersama Rio Dewanto dan Rachel Amanda, film ini berpusat pada Aurora yang sedang menjalani masa-masa kuliah lanjutnya di London. Di tengah lilitan permasalahannya tersebut, perlahan ia menemukan apa yang benar-benar diinginkan dalam perantauannya.

Sebagai sekuel dari ‘Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini’, alur cerita maju-mundur menjadi usungan utama dalam ‘Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang’ ini. Akan tetapi, Angga Dwimas Sasongko kali ini memberikan segmen-segmen sebagai pengantar dalam penceritaannya. Meski dengan teknik penceritaan baru tersebut, terkadang alurnya yang melompat-lompat bisa jadi menghadirkan kebingungan yang serupa seperti prekuelnya tiga tahun lalu.

Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang

Layaknya prekuel tiga tahun lalu, ‘Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang’ berusaha untuk menyajikan bermacam-macam permasalahan yang umumnya dialami oleh orang modern. Bila ‘Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini’ memberikan waktu untuk menelusuri problematika dari keluarga hingga ke akar-akarnya, sekuelnya seakan menaruh pusat perhatiannya dari sisi Aurora sebagai orang yang menjalani perantauan untuk kali pertama. Dengan representasi dan dialog-dialog membuminya, film ini tentu akan mudah sekali menyentuh rasa dari para penontonnya.

Akan tetapi, fokus cerita ini yang terasa memberikan treatment kurang baik dari karakterisasinya. Aurora memang direpresentasikan dengan baik karena ‘Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang’ memang menyorot kehidupannya. Akan tetapi, representasi berbagai karakter lainnya yang baru di-establish pada film ini seharusnya bisa digali lebih dalam.

Honey yang berusaha bertahan dengan trauma asmaranya, Kit dengan krisis heritage-nya, hingga Jem yang digambarkan plain bad guy membuat penampilan mereka hanya hadir untuk memberikan warna untuk Aurora, mengaburkan warna dari masing-masing mereka. Walau memang dapat diakui bahwa akting dari setiap pemeran karakter tersebut tampil dengan baik dan believable seiring durasinya.

Seperti ‘Mencuri Raden Saleh’, ‘Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang’ bisa disebut sebagai lahan eksperimen teknis dari Angga Dwimas Sasongko. Satu elemen yang paling kentara adalah sinematografinya kerap dikemas dalam time-lapse yang shaky dan blurry demi memberikan efek dramatis, yang sayangnya membuat adegannya menjadi semakin memusingkan seiring dengan alur nonlinear-nya. Selain itu, tak banyak teknis yang berubah dari ‘Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini’, seperti musik modern pop, set design yang tetap terasa urban-nya meski berlatar di London.

Akhir kata, ‘Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang’ adalah eksperimen lain dari Angga Dwimas Sasongko yang membawa seri ‘Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini’ lebih dalam. Hadir dengan representasi yang eksperimental, eksekusinya masih jauh dari sempurna walau tetap mampu memikat rasa penontonnya tentang problematika perantauan di negeri orang.

Lost in Translation & Her: Kesepian dan Perpisahan dari Dua Perspektif

Film

Siksa Kubur & Badarawuhi di Desa Penari: Rayakan Lebaran dengan Film Horor Lokal

Entertainment

Monkey Man Monkey Man

Film & Serial Terbaru April 2024

Cultura Lists

Perfect Days Perfect Days

Perfect Days: Slow Living & Komorebi

Entertainment

Connect